Antropolog asal Amerika Serikat, Timo Duile meneliti tentang keberadaan Kuntilanak di Indonesia. Salah satu yang diteliti Timo soal asal-usul kuntilanak.
Hasil penelitian itu kemudian dituangkan dalam Journal of the Humanities and Social Sciences of Southeast Asia pada 2020 dengan judul "Kuntilanak: Ghost Narratives and Malay Modernity in Pontianak, Indonesia".
Dilansir detikEdu, Kamis (11/5/2023) penelitian mengenai kepercayaan masyarakat terhadap kuntilanak. Disebutkan Timo kuntilanak dikenal di beberapa negara di Asia Tenggara, seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, serta bagian selatan Filipina dan Thailand.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ada tiga jenis narasi yang digunakan Timo yakni narasi kuntilanak dalam budaya populer (seperti yang digambarkan dalam novel dan film horor), cerita rakyat Melayu, dan mitos pendiri kota.
Narasi kuntilanak ini sebagian besar didasarkan pada cerita yang dikumpulkan selama kunjungan kerja lapangan selama enam bulan pada tahun 2014. Penelitian yang digunakan Timo adalah pendekatan objek seputar manusia dan roh, terutama dalam sudut pandang orang-orang di Pontianak, Kalimantan Barat.
Bahwa orang-orang Pontianak mengklaim kotanya didirikan dengan menggusur kuntilanak, yang mendiami pertemuan sungai Kapuas dan Landak sebelum Kota Pontianak dibangun.
Dulunya daerah itu masih rawa-rawa dan hutan lebat. Kemudian ada yang mengklaim bahwa nama 'Pontianak' berasal dari bahasa Melayu po(ho)n ti(nggi), yang berarti 'pohon tinggi'.
Saat ini keberadaan kuntilanak sering dikait-kaitkan dengan pohon tinggi di pedesaan Kamilantan Barat.
"Artikel ini membahas hantu Kuntilanak/Pontianak, sejenis vampir yang tidak hanya menghantui ingatan kolektif orang-orang di ranah Melayu, tetapi juga berperan penting bagi kota Pontianak (ibu kota provinsi Kalimantan Barat di Indonesia) sebagai roh pengusir yang menghantui, menakutkan, dan tidak ada," ungkap Timo dalam jurnalnya.
Baca juga: Begu Ganjang, Cerita yang Melegenda di Sumut |
(astj/astj)