Bayi 8 Hari di Medan Diduga Korban Malpraktik, Ini Klarifikasi Rumah Sakit

Bayi 8 Hari di Medan Diduga Korban Malpraktik, Ini Klarifikasi Rumah Sakit

Finta Rahyuni - detikSumut
Kamis, 16 Mar 2023 17:48 WIB
Kondisi bayi dugaan malpraktik di RS Mitra Medika di Medan.
Dugaan malpraktik di RS Mitra Medika, Medan. (Foto: Istimewa)
Medan -

Bayi berusia delapan hari di RS Mitra Medika, Jalan Sisingamangaraja, Kota Medan, Sumatera Utara (Sumut) diduga menjadi korban malpraktik. Pihak rumah sakit mengklarifikasi hal itu.

Direktur RS Mitra Medika, Sjahrial R Anas mengatakan kaki bayi tersebut memang melepuh. Hal itu terjadi usai perawat melakukan pengecekan hipotiroid terhadap bayi tersebut.

"Jadi, ini kan sudah kita lakukan (pengecekan hipotiroid), tahu-tahu satu hari sesudah itu, kakinya (bayi) melepuh," kata Sjahrial saat dikonfirmasi detikSumut, Kamis (16/3/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sjahrial menjelaskan setiap bayi yang baru lahir memang wajib untuk dilakukan pengecekan hipotiroid. Hal itu sesuai dengan program pemerintah melalui Kementerian Kesehatan dalam rangka mencegah stunting.

"Jadi, semua bayi yang lahir kan sekarang oleh pemerintah wajib diperiksa hipotiroidnya, kalau ada hipotiroidnya itu perkembangan anak bisa stunting," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Pengecekan hipotiroid itu, kata Sjahrial, juga dilakukan kepada bayi yang kakinya melepuh itu. Sebelum dicek, perawat awalnya mengompres kaki bayi tersebut dengan air hangat.

Namun, sayangnya, setelah pemeriksaan hipotiroid itu, kaki bayi itu melepuh.

"Jadi, cara melakukannya itu, telapak kaki harus dikompres dulu, supaya pembuluh darahnya berkembang, sehingga nanti sekali tusuk saja, bisa darahnya keluar. Nanti kan (darah) itu ditampung di kertas untuk pemeriksaan itu," sebutnya.

Sjahrial mengaku dirinya telah meminta keterangan dari perawat yang mengompres bayi tersebut. Menurut keterangan perawat itu, suhu air yang digunakan untuk mengompres kaki bayi itu sudah sesuai, tidak kepanasan.

"Kalau perawat itu membilangkan suhunya sudah betul, tapi karena kejadiannya waktu itu (kami) tidak ada di tempat, kita gak tau itu betul atau nggak," sebutnya.

Dia menyebut pihaknya telah menjelaskan soal kejadian itu ke keluarga bayi tersebut. Sjahrial juga mengaku pihak rumah sakit akan bertanggungjawab penuh atas peristiwa itu.

"Karena kejadiannya di rumah sakit kami, kamu akan bertanggung jawab penuh terhadap anak ini, kami akan obati dia sampai sembuh. Ibunya pun kami letakkan di kamar VIP, sama anaknya, biar kami rawat. Kami belikan popoknya, susunya, semua kita siapkan," ujarnya.

"Kalaupun nanti ada efek dari apa yang terjadi kepada anak, kami akan buat surat pernyataan bahwa kami akan bertanggungjawab. Jadi, tidak lari," sambungnya.

Baca selengkapnya di halaman selanjutnya...

Sebelumnya, ayah dari bayi tersebut, Ibnu Sajaya Hutabarat (25) menjelaskan kejadian itu berawal saat istrinya melahirkan di rumah sakit tersebut dengan proses operasi pada Rabu (8/3) sore. Lalu, pada malam harinya seorang perawat menemui dirinya untuk menawarkan agar anaknya dicek hipotiroid.

"Awalnya saya oleh perawat ditawari skrining atau hipoteroid untuk cek stunting dan keterbelakangan mental anak. Itu pada 8 Maret, sekitar waktu magrib ke isya," kata Ibnu, Kamis.

Setelah ditawari, Ibnu mengaku tidak langsung menyetujui hal itu. Dia terlebih dahulu mendiskusikan hal tersebut dengan keluarganya.

Keesokan harinya, Ibnu kembali dipanggil ke ruangan bayi dan bertemu dengan perawat yang menawarkan pengecekan itu. Saat itu, kata Ibnu, perawat itu mengatakan bahwa pengecekan stunting itu tidak beresiko.
Mendengar hal itu, Ibnu pun menyetujuinya.

Lalu, pada Jumat (10/3), pengecekan bayi itu pun dilakukan oleh perawat RS Mitra Medika. Perawat melakukan pengecekan dengan mengambil sampel darah dari tumit bayi.

"Katanya program ini bisa dilakukan setelah 2 x 24 jam, atau setelah dua hari kelahiran paling cepat, dan paling lama lima hari setelah lahir. Mekanismenya katanya hanya pengambilan sampel darah, seperti cek gula darah dan cek golongan darah," kata Ibnu.

Namun, setelah pengecekan itu, Ibnu melihat kaki bayinya sudah dalam kondisi diperban. Ibnu mengaku khawatir melihat kondisi anaknya itu, karena sebelumnya bayinya dalam keadaan sehat.

"Di situ aku panik sekali, pas melihat telapak kaki anak ku berubah berwarna merah darah," ujarnya.

Melihat kaki anaknya diperban, Ibnu langsung bertanya kepada perawat soal itu. Namun, saat itu perawat tidak bisa menyampaikan secara detail penyebabnya.

"Aku tanya sama perawat tetapi jawaban mereka satupun tak memuaskan. Anak ku terlihat gelisah gitu, seperti kesakitan. Jujur aku panik, baru beberapa hari lahir anakku itu, awalnya cantik kok bisa begini. Sampai besoknya pun aku tak puas dengan jawaban pihak rumah sakit," kata Ibnu.

Setelah dicek, kaki bayi tersebut sudah dalam keadaan merah dan terkelupas, seperti bekas luka bakar. Atas kejadian itu, Ibnu pun membuat laporan ke Polda Sumut dengan nomor: STTLP/B/319/III/2023/SPKT/Polda Sumut, tertanggal 14 Maret 2023.

Siti Junaida Hasibuan selaku kuasa hukum Ibnu Hutabarat mengaku dirinya langsung dihubungi oleh Ibnu seusai kejadian itu. Mendapatkan info itu, Siti langsung menuju RS Mitra Medika.

Dia lalu menemui pihak rumah sakit untuk menanyakan penyebab kaki bayi tersebut menjadi merah. Siti pun menanyakan prosedur para perawat saat melakukan pengecekan terhadap bayi tersebut.

Saat itu, salah satu perawat mengaku bahwa dirinya sempat mengompres kaki bayi tersebut dengan air hangat. Hal itu dilakukan perawat tersebut dengan alasan agar darah yang akan diambil untuk dicek itu bisa dengan mudah keluar.

Siti menduga air yang digunakan oleh para perawat tersebut terlalu panas, sehingga mengakibatkan kaki bayi menjadi merah dan terkelupas.

"Jadi, pas itu ada perawatnya bilang waktu itu mereka panasi (kaki bayi menggunakan air hangat). Saya tanya sampai seberapa panas mereka panasi, soalnya itu sudah seperti luka bakar," ujar Siti saat dikonfirmasi detikSumut.

Siti meminta Polda Sumut untuk menindaklanjuti kasus itu. Dia berharap dugaan malapraktik itu bisa segera diungkap.

"Saya minta Polda Sumut kerja cepat menindaklanjuti laporan klien saya, agar pemerintah pusat dan daerah segera mengetahui adanya kasus dugaan malpraktik," kata Siti.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Heboh Pasien RSU Mitra Sejati Medan Diamputasi Tanpa Izin Keluarga"
[Gambas:Video 20detik]
(dpw/dpw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads