RSUD Martapura Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, Sumatera Selatan (Sumsel), buka suara terkait ibu hamil bayi kembar, Tri (25) disebut ditolak pihaknya, melahirkan melalui operasi caesar. RSUD mengakui itu terjadi karena miskomunikasi dan kurangnya dokter spesialis kandungan.
"Jadi intinya, miskomunikasi. Kita mengakui, kita kekurangan dokter spesialis kandungan untuk di hari Kamis, Jumat dan Minggu," kata Direktur Utama RSUD Martapura OKU Timur, Dedy Damhudy kepada detikSumut, Kamis (16/3/2023).
Tri sendiri, kata Dedy, merupakan pasien lama di RSUD OKU Timur. Selama mengandung bayi kembar tersebut, Tri sendiri sudah kerap melakukan kontrol atau USG di sana.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kronologisnya, pasien itu berobat ke spesialis kami, spesialis kandungan, sudah USG. Dia sudah sering kontrol ke SpOG kami, dia itu hamil bayi kembar," ujar Dedy.
Oleh karenanya, Tri pun disarankan RSUD jika sudah waktunya nanti untuk tidak melahirkan sang bayi di bidan karena kondisi bayi yang tak memungkinkan dilahirkan secara normal.
"Terus disarankan SpOG kami, tolong nanti jangan lahiran di bidan, langsung ke rumah sakit. Karena kalau lahir di bidan akan kesulitan melahirkannya," katanya.
Selanjutnya, kata dia, di hari kejadian tepatnya pada Minggu (13/3) dini hari, tiba-tiba Tri dan keluarga mengambil keputusan untuk melahirkan bayi kembar itu di Bidan Desa. Hal itu dilakukan, tanpa menjalankan saran yang sebelumnya sudah pernah disampaikan dokter di RSUD OKU Timur.
"Setelah itu (disarankan lahir di RS), rupanya pasien ini melahirkan di bidan. Satu (bayi) lahir selamat, satunya lagi nyangkut di kandungan," katanya.
Selanjutnya, sekitar pukul 02.30 WIB dini hari, Tri kemudian dibawa atau dirujuk ke IGD RSUD OKU Timur, untuk dilakukan operasi caesar. Namun saat itu, Dedy mengakui dokter spesialis kandungan di RS sedang tak berada di tempat, dan bisa tiba di RS sekitar pukul 06.00 WIB, karena lokasi dokter tersebut yang beralamat di Muara Dua, OKU Selatan.
"Namun kebetulan, maaf, kita punya dokter spesialis kan ada tiga hari yang kosong, yang tidak standby. Kami kan ada dua spesialis, yang hari Minggu itu kan kosong jadi bisa standby-nya hari Senin, karena dia berada di luar kota, di Muara Dua, OKU Selatan. Setelah itu, komunikasilah, dan kita konsulkan, dokter kita itu bisa datangnya pukul 06.00 WIB pagi, karena jaraknya yang jauh," katanya.
"Dari pukul 3 subuh itu, pasien bisa di operasi, tapi di pukul 6, oleh karena sudah lahir satu dan takut ada apa-apa, jadi diedukasi dengan keluarga pasien, ini harus cepat, dan dari sepengetahuan dan persetujuan keluarga, akhirnya keluarga setuju pasien akhirnya dirujuk ke klinik swasta yang berjarak satu jam dari sini. Kita itu khawatir, kita bukannya menolak, kita hanya menyarankan demi keselamatan ibu dan bayinya," sambungnya.
Terkait kejadian ini, Dedy sendiri mengakui peristiwa itu terjadi karena kurangnya nakes di RSUD tersebut. Hingga saat ini, pihaknya masih menunggu penambahan nakes khususnya dokter spesialis kandungnya dari Kementerian Kesehatan untuk mengisi tiga hari yang kosong tersebut.
"Saya juga sudah datang ke keluarganya, memohon maaf atas nama pribadi dan rumah sakit, mungkin miskomunikasi. Kita mengakui memang kurangnya SDM kita, kami sedang menunggu dari Kemenkes, penambahan satu dokter SpOG lagi untuk menutupi beberapa hari yang kosong tersebut, termasuk untuk dokter jaga, karena kita rumah sakit tipe D," jelas dia.
(dhm/dhm)