Apakah detikers memerlukan contoh naskah drama untuk pementasan atau tugas. Sebelum itu, detikers perlu tahu seluk-beluk naskah drama.
Naskah drama merupakan perpaduan dua kata naskah dan drama. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi V, naskah adalah karangan yang masih ditulis dengan tangan. Sementara drama merupakan cerita atau kisah, terutama yang melibatkan konflik atau emosi, yang khusus disusun untuk pertunjukan teater.
Endraswara (2011) mengemukakan bahwa naskah drama adalah kesatuan teks yang membuat kisah. Secara etimologis, kata drama berasal dari bahasa Yunani yakni draomai. Pada masa kolonialisme Belanda, drama juga disebut tonil yang kemudian berubah lagi menjadi sandiwara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kumpulan Contoh Naskah Drama Singkat Berbagai Tema
Berikut contoh naskah drama yang dikutip detikSumut dari buku Menulis Naskah Drama, Academia Edu, Scribd, dan sumber lainnya. Simak selengkapnya!
Contoh Naskah Drama (1): Pengajuan Skrip Naskah
Prolog:
Andi adalah anak sekolah yang gemar menulis. Dirinya memiliki sebuah naskah yang hendak dia terbitkan.
Dialog:
Andi: Shan, aku ingin cerita, nih?
Shani: Cerita apa? Soal mimpi gilamu, kan? Kamu sekarang mau bermimpi apa lagi? Jadi astronot? Atau, berkelana ke planet Neptunus?
Andi: Hahaha, kau ini tahu saja. Aku memang mau menceritakan mimpiku. Namun, mimpiku kali ini bukan seaneh yang dulu. Kali ini, mimpi yang aku wujudkan ini lebih realistis. Aku ingin jadi penulis novel, Shan. Tepatnya menjadi penulis novel fantasi. Kamu tahu sendiri kan kalau ini tukang ngayal. Jadi, aku yang menjadi penulis novel fantasi adalah yang bisa aku wujudkan.
Shani: Widih, tumben-tumbenan mimpimu sial, mana bagus juga lagi. Eh, ngomong-ngomong, kamu udah bikin naskahnya belum?
Andi: Udah, dong. Malah kemarin aku kirim ke penerbit.
Shani: Widih, mantap kali kalau begitu! Semoga naskah diterima penerbit ya, Ndi.
Andi: Aamiin. Makasih ya Shan.
Beberapa waktu kemudian
Shani: Ndi, bagaimana dengan naskah novelmu? Diterima penerbit tidak?
Andi: Nggak, nih Shan. Malahan, aku disuruh revisi sama penerbitnya. Mana revisiannya banyak lagi. Ah, mimpi indah untuk bikin novel fantasi mimpi yang bisa aku wujudkan.
Shani: Yaelah, Ndi. Naskah kamu kan cuma disuruh direvisi; bukan ditolak. Jadi, naskah kamu masih punya peluang buat diterbitkan oleh penerbit. Lagian, jika tidak diterbitkan di penerbit yang kamu tuju itu, kamu masih bisa kirim ke penerbit lain. Iya, kan
Andi: Iya sih, Shan. Eh, ngomong-ngomong, terima kasih ya atas masukannya.
Shani: Sama-sama, Ndi.
Epilog:
Andi pun kembali merevisi naskah novelnya tersebut. Shani sebagai sahabatnya pun terus memberi dukungan dan memberi masukan kepada Andi. Cerita pendek, novel karangan fantasi Andi pun diterbitkan dan digemari oleh banyak pembaca.
Contoh Naskah Drama (2): Perdebatan Tukang Becak dan Polisi
Prolog:
Seorang tukang becak asal Madura yang dipergoki seorang polisi saat memasuki kawasan 'Becak Dilarang Masuk!'.
Dengan santainya si tukang becak itu melintas di depan polisi sampai polisi datang meniup peluit.
Dialog:
Polisi: Apakah kamu tidak melihat gambar di sana? Becak tidak boleh masuk ke jalan ini, dengan nada tinggi sambil menunjuk rambu-rambu.
Tukang becak: Oh, iya saya lihat Pak Polisi. Tapi itu kan gambar becaknya kosong, tidak ada orangnya. Sementara becak saya kan ada orangnya, berarti boleh masuk.
Polisi: Bodoh! Apa kamu tidak bisa baca? Di bawah gambar itu kan ada tulisannya becak dilarang masuk!
Tukang becak: Memang tidak bisa baca saya, Pak. Kalau saya bisa baca, pasti saya bisa jadi polisi seperti Bapak, bukan jadi tukang becak seperti sekarang.
Contoh Naskah Drama (3) tentang Pergaulan Bebas
Prolog:
Pagi itu di sebuah sekolah SMA, Bayu berlari menghampiri Jono, Liyana, Nina, Ardi, Mira, Cici, dan Ahmad.
Dialog:
Bayu: Teman-teman, kemarin ada salah seorang teman kita yang ditahan polisi karena terlibat kasus narkotika.
Jono: Iya, kemarin saya mendengar kabar burung, tetapi saya tidak mengetahui siapa anak yang ditahan tersebut.
Nina: Katanya sih, kalau tidak salah dengar yang ditangkap polisi itu si Riko anak kelas sebelah.
Ahmad: Kasihan sekali, pasti dia ada masalah sehingga sampai mencoba obat-obatan terlarang sebagai pelariannya. Di satu sisi, kejadian tersebut merusak nama baik sekolah kita.
Liyana: Namun, bisa saja dia merupakan korban atau dijebak orang. Kita tidak boleh menuduhnya sebagai pengguna terlebih dahulu sebelum ada bukti yang kuat.
Nina: Setahuku, dia memang berasal dari keluarga cukup mampu, tetapi kurang kasih sayang dari orang tuanya.
Ardi: Benar kata Liyana, sekarang banyak oknum tidak bertanggung jawab yang menjebak atau mencari korban lainnya.
Cici: Sekarang memang sedang marak kasus narkotika di kalangan remaja. Hampir setiap hari tayangan di televisi menyiarkan berita tentang kasus narkotika.
Ahmad: Kita harus pandai-pandai memilih teman bergaul dan mewaspadai orang asing di sekitar kita.
Mira: Kasih sayang dan perhatian orang tua memang sangat berpengaruh pada kehidupan remaja yang masih labil. Kalau orang tua terus mengabaikan anak-anaknya, mereka akan terjerumus ke pergaulan bebas.
Bayu: Katanya sih, dia tidak sampai dipenjarakan karena masih di bawah umur. Dia hanya akan melewati tahap rehabilitasi dan kedua orang tuanya perlu diselidiki lebih jauh terkait ketidaktahuan mereka tentang anaknya yang sudah berulang kali menggunakan obat terlarang tersebut.
Cici: Semoga saja setelah direhabilitasi, Riko bisa sembuh dan bersekolah seperti biasanya.
Liyana: Semoga saja, perjalanan hidup kita masih panjang. Usia kita sekarang ini merupakan usia di mana kita menemukan jati diri dan merencanakan masa depan. Sangat disayangkan jika tindakan buruk yang kita perbuat sekarang dapat menghancurkan masa depan kita.
Jono: Mari kita bersama-sama saling mendukung dan mengingatkan supaya kita tidak terjerumus ke dalam pergaulan bebas yang akan merusak masa depan kita. Kuatkan iman dan terbuka kepada orang tua, keluarga, dan teman terdekat jika ada masalah agar kita tidak depresi dan memicu kita melakukan perbuatan terlarang seperti mencoba menggunakan narkotika!
Contoh Naskah Drama (4): Lupa Jadwal Masuk Sekolah
Prolog:
Siang itu lima sekawan yakni Danu, Diba, Dita, Didit, dan Dadang sepakat untuk mengerjakan tugas sepulang sekolah bersama.
Dialog:
Dita: Nanti kita kerjakan tugas di tempat biasa ya teman-teman.
Didit: Di balai desa atau di rumah Danu?
Dita: Di balai desa saja.
Diba: Baiklah teman-teman, kalau begitu saya pulang ganti baju dan makan dulu baru saya ke balai desa.
Setelah mereka semua pulang ke rumah masing-masing dan jam menunjukkan pukul empat sore, Diba, Dita, dan Didit segera berangkat menuju balai desa. Hanya Danu yang tidak berangkat karena sepulang sekolah ia tertidur pulas dan lupa jika sudah sepakat mengerjakan tugas.
Di Balai Desa
Didit: Danu mana ya? Sudah hampir jam lima dia tak kunjung datang.
Diba: Jangan-jangan dia lupa jika sekarang kita akan mengerjakan tugas?
Dita: Atau mungkin dia mengira kalau kita akan mengerjakan tugas di rumahnya. Sebaiknya kita ke rumahnya mungkin dia sudah menunggu kita.
Dadang: Mungkin dia ada urusan tetapi lupa memberitahu kita. Kita tunggu saja disini sembari menyelesaikan separuh tugas.
Mereka berempat mengerjakan tugas bersama terlebih dahulu sembari menunggu kedatangan Danu. Setelah jam tangan Dadang menunjukkan angka pukul 5:30 sore, terlihat dari jauh anak laki-laki terengah-engah berlari membawa tas.
Didit: Tuh kan, Danu baru kemari.
Diba: Eh.. iya. Tetapi kenapa dia berlari seperti dikejar hantu dan memakai seragam sekolah?
Danu: Teman-teman? Sedang apa kalian sepagi ini di balai desa? Apa kalian tidak takut terlambat ke sekolah?
Seketika Dita, Diba, Didit dan Dadang tertawa terbahak-bahak.
Dita : Ini masih sore, Danu. Pasti kamu baru bangun tidur kan?
Diba : Makanya Dan, kita dilarang tidur sampai hampir petang.
Epilog:
Wajah Danu memerah disertai rasa malu dan menyesal.
Contoh Naskah Drama (5) tentang Makna Kebersamaan
Prolog:
Suatu hari lima sekawan sedang bermain bola di lapangan desa tempat mereka tinggal. Mereka memang sering bermain bola sore hari di lapangan tersebut. Saat ini, mereka sedang beristirahat di pinggir lapangan.
Bayu: Dod, kamu dibawakan bekal apa oleh ibumu? (sambil membuka kotak bekalnya).
Dodi: Aku dibawakan bekal ayam goreng ini. Kalau kamu, Bay?
Bayu: Aku dibawain bekal udang besar sama bundaku. Soalnya kemarin ayahku menangkap udang bersama ayah Ehsan.
Dodi: Jadi, bekalmu juga juga pakai udang, San?
Ehsan: Iya, Dod. Aku sama dengan Bayu (tersenyum semringah).
Dodi: Waaahhh enaknya... aku juga suka sekali udang. Kalau kamu, Ham?
Ilham: Aku dibawakan sayur daun ubi dengan ikan sambal, Dod. Makanan kesukaanku.
Dodi: Wahhh, itu juga tak kalah enaknya. Kalau kamu, Ton?
Anton: (tersenyum meringis) Aku tidak membawa bekal. Ibuku pagi-pagi sekali sudah bekerja karena abangku akan masuk SMA. Oleh karena itu, ayah dan ibu harus giat mencari uang. Jadi, ibuku tak sempat memasakkan aku dan membawakanku bekal (sedih).
Dodi: Ya sudah, Ton. Kamu masih bisa kok makan bersama kami.
Anton: Maksudnya?
Ehsan: Bagaimana kalo kita ramai-ramai makannya biar Anton juga bisa makan, makanan kita.
Ilham: Bagaimana caranya?
Ehsan: Begini saja, bagaimana kalo kita memakan menggunakan daun pisang? Jadi, makanan kita nantinya dituang ke daun pisang itu. Biar kita semua bisa makan bareng-bareng.
Dodi: Ide bagus tuh. Ayo!
Ilham dan Bayu mengambil daun pisang yang tak jauh dari tempat mereka. Mereka semua menuangkan makanannya di daun pisang tersebut. Mereka makan dengan lahap.
Anton: Terima kasih ya teman-teman. Cuma kalian teman yang mengerti keadaanku.
Bayu: Siap. Santai aja, Ton (tersenyum).
Contoh naskah drama singkat lain di halaman selanjutnya ...
Contoh Naskah Drama (6): Saling Melengkapi
Prolog:
(Setting: di sebuah taman kota pada sore hari)
Dialog:
Sarnowo: Sayang, minggu depan ada acara ulang tahun sepupuku. Aku mau ajak kamu datang ke pesta itu
Mutia: (mencoba mengingat - ingat, apakah dia juga ada janji kencan dengan Amir, pacarnya yang satu lagi)..hhmm..pengen siy, tapi lihat nanti ya. Aku belum tahu minggu depan di kantor ada lembur atau tidak.
Sarnowo: (yang sebenarnya sudah tahu kalau Mutia ada kencan dengan Amir)..duuh..diusahain donk. Kan aku juga pengen ngenalin kamu ke keluarga besarku.
Mutia: Iya..aku usahain..(tak lama kemudian HP Mutia pun berdering. Mutia melirik layar HP nya dan ternyata Amir yang menelepon)
Sarnowo: Kok ngga diangkat say?
Mutia: ah ngga penting..dari temenku kok. Nanti aku telp balik saja (sambil berusaha menyembunyikan kegugupannya)
Sarnowo: eh pinjam HP nya donk..aku mau sms temen kantorku (sambil senyum - senyum usil)
Mutia: pulsaku habis juga tuh (sudah mulai merasa tidak nyaman)
Sarnowo: oh ya sudah lah..yuuk kita pulang saja. Sudah sore nih
Mutia : (merasa belum mendapatkan barang apapun hari itu, dia berpikir keras tentang bagaimana caranya bisa mengajak Sarnowo ke mall) kita ke mall dulu yuuk..ngadem bentar gitu..sambil lihat-lihat
Sarnowo: oh pengen ke mall? ayoo(kemudian mereka berdua jalan ke mall karena jarak antara taman dan mall yang dekat)
(Setelah sampai di mall)
Mutia: (sibuk memilih - milih baju dan sebuah di sebuah butik)..bagus ngga say? pantes ngga aku pakai ini? (sambil bergaya bak foto model)
Sarnowo: oh bagus..makin cantik aja kamu (Sarnowo yang tahu akal bulus Mutia yang selalu morotin uangnya mulai pasang strategi)
Mutia: udah ini aja..setelah bayar kita pulang biar ngga kemalaman (sambil membawa barang - barang belanjaannya ke kasir)
(Sarnowo yang biasanya langsung mengikuti Mutia ke kasir, saat itu terlihat anteng di dekat kamar ganti dan pura-pura tidak mendengar ajakan Mutia)
Sarnowo: (berteriak untuk kesekian kalinya)..Sayang..ini lho sudah selesai dihitung belanjaannya.
Sarnowo: (sambil jalan mendekat) ya udah..tinggal dibayar kan
Mutia: kok kamu gitu..kan biasanya kamu yang bayarin (sambil marah teriak-teriak)
tak lama kemudian Amir pun mendekat ke meja kasir
Amir: oh ini juga yang biasa membayari barang-barang belanjaanmu?
Mutia: (dengan ekspresi yang kaget setengah mati) eh..hmm...anu..kok kamu bisa di sini?
Amir: aku memang sengaja datang kesini. Aku dan Sarnowo sudah tahu polah tingkahmu mempermainkan kamu
Sarnowo: sudah puas kan kamu menghabiskan uang kami berdua selama ini?
Petugas kasir mengingatkan Mutia untuk segera membayar barang belanjaannya karena jumlah orang yang antri semakin banyak
Mutia: (dengan tertunduk malu) maaf mbak, saya tidak jadi beli semua barang-barang ini (kemudian terdengar teriakan cemooh orang - orang yangs edang antri di belakang Mutia)
Amir & Sarnowo: enak ya dibikin malu seperti sekarang. Kena batunya kan sekarang.
(tanpa menjawab, Mutia kemudian lari meninggalkan Sarnowo dan Amir)
Contoh Naskah Drama (7) tentang Masa Depan
Prolog:
Ilham, Mamad, Zahra, Rira, Alan, dan Intan adalah 6 orang yang sudah bersahabat sejak sekian lama.
Berbeda dengan keempat temannya, sikap dan kepribadian Rira dan Alan sangat kontras dengan pemikiran Ilham, Mamad, Zahra, dan Intan.
Pada suatu hari ketika mereka sedang bertemu, Rira dan Alan mendapat teguran dari teman-temannya lantaran sikapnya masih saja seperti anak kecil.
Dialog:
Ilham: Apa sih yang harus kita lakukan supaya keinginan kita itu nantinya bisa terealisasi dan tidak hanya sekedar mimpi saja? (sambil melirik ke arah Rira dan Alan)
Mamad: Ya tentunya harus banyak sekali yang harus kamu lakukan! Sederhananya, misalkan dari sekarang, kamu harus mulai menata kehidupan dan kepribadian kamu lebih dewasa lagi!
Epilog:
Jawaban Mamad sejatinya ditunjukan kepada Riri dan Alan. Pasalnya, sebagai sahabat ia ingin membuat sahabatnya bersikap lebih baik lagi dan sama-sama belajar untuk memahami dan menghormati karakter masing-masing, agar pertemanan tetap terjalin.
Contoh Naskah Drama (8): tentang Empat Sahabat
Prolog:
Di suatu siang yang sangat terik, ada 4 orang pemuda yang berkumpul di saung di tengah-tengah sawah. Keempat pemuda tersebut tampak kepanasan dan sesekali mereka mengipaskan tangannya ke wajahnya.
Dialog:
Dian: Panasnya. Nggak ada angin mampir lagi. Siang bolong begini kita enaknya ngapain ya? (mengusap keringat di dahi dan lehernya).
Dino: Baru tau aku kalau siang itu bolong. Emang bolongnya itu di sebelah mana?
Dion: Iya, lagian siang bolong itu juga aneh. Lah kalau siang ada bolongnya, malam ada bolongnya juga nggak?
Dino: Betul itu, malam bolong juga nggak pernah dengar aku. Dari mana sih kamu dapat kata-kata itu, Dian?
Dian: Nggak tau juga (sambil cengengesan). Pokoknya, kata siang bolong itu sering aja terdengar di telingaku. Ya udah, aku ikut-ikutan aja. Kali aja bisa bikin gaul gitu.
Doni: Oalah, modal ikut-ikutan gitu mana bisa bikin gaul. Kalau emang bisa, harusnya aku udah gaul dong, kerjaanku ikutin emak ke pasar melulu tiap hari.
Dino: Wihhh anak emak, anak yang baik.
Dion: Ya, kalau modal ikut-ikutan juga bisa bikin gaul, mending kamu ikut bapak saya saja.
Dian: Ikut ke mana memangnya?
Doni: Iya, kepo juga nih. Ikut bapak kamu ke mana?
Dion: Kan gini, kemarin itu bapak ngajakin aku ke mana gitu, aku nggak mau. Nah, buat gantinya, gimana kalau kamu yang ikut. Aku yang bilang sama bapak deh.
Dian: Lah, kau ini. Nyuruh ngikut bapakmu tapi nggak tahu mau diajak ke mana. Gimana sih.
Doni: Ya udahlah, Dion kalian dengerin. Pasti bakal bikin bingung lah dia.
Dino: (Menepuk jidat) Baru inget kalau sebaiknya omongannya si Dion nggak dianggep biar nggak puyeng.
Dian: Astaga, bener juga. Ya sudahlah, masak gara-gara aku ngomong siang bolong gitu kalian malah jadi ribut.
Dino: GR aja kamu itu. Kita dari tadi ini cuma ngobrol. Bukan ribut. Nggak ada perkelahian juga.
Dian: Iya, maksud aku, ya sudah jangan dibahas lagi ini.
Doni: Lah kan memang dewan perwakilan kita mau membahas Rancangan Undang-Undang nanti
Dion: Loh iya ta? Rancangan Undang-Undang yang mana? Undang-Undang soal pengucapan siang bolong?
Doni: Aduh kau ini (menjitak kepala Dion). Nggak ada hubungannya kali, dewan sama siang bolong. Lagian ngapain juga mereka bahas ginian
Dian: Eh tapi nggak salah loh, yang namanya dewan perwakilan itu kan wakilnya kita. Jadi ya wajar dong kalau mereka juga bahas apa yang kita bahas.
Dino: Hmm bener banget (sambil mengacungkan jempol).
Doni: Sudahlah kalian ini. Matahari udah mulai lengser tuh, aku tinggal dulu ya.
Dino: Mau kemana?
Doni: Males ngomong sama kalian, selalu nggak ada ujungnya.
Dian: Lah, kita di tengah sawah, ya pantes ajalah kalau nggak ada ujungnya.
Dion: Bener banget tuh.
Doni: Ya sudahlah, pokoknya intinya aku mau pergi dulu.
Dino: Lah mau pergi, kamu ini kayak nggak betah aja ada di dunia. Kita baru usia 20-an bro, masak udah pengen koid aja.
Doni: Maksud aku, aku pulang dulu gitu.
Dian: Nah, ini nih. Harus dikoreksi nih. Kata-kata yang nggak bener gini. Kalau memang mau pulang ya bilang mau pulang dong. Jangan bilang mau pergi. Entar dikira udah nggak demen hidup kamu.
Doni: Ah terserah kau sajalah. Aku pulang dulu. Takut dicariin emak.
Dion: Ya sudah kalau begitu, kita juga pulang aja teman-teman. Nggak ada Doni nggak seru
Epilog:
Akhirnya, keempat pemuda itu pun kembali ke rumahnya masing-masing.
Contoh Naskah Drama (9) tentang Siswa
Prolog:
Reno, Yanti, Matius, dan Ricard sudah berteman sejak kecil dan mereka berempat sudah berada dibangku sekolah SMP.
Pada suatu hari Budi bertanya tentang kesiapan temannya itu untuk mengikuti ulangan bahasa Indonesia yang akan dilangsungkan besok hari.
Dari ketiga temannya itu, Toni mengaku tidak belajar karena lebih memilih untuk bermain PS sepanjang hari.
Dialog:
Reno: Guys.. besok kita ada ulangan bahasa Indonesia, lho apa kalian sudah pada siap?
Yanti: Siap dong.. aku sudah belajar dari kemarin-kemarin
Matius: Aku juga sudah belajar kok.. Semoga saja nanti nilaiku bagus! Kalu kamu Ton?
Ricard: Aku nggak belajar sama sekali.
Reno: Kok gitu? emang kamu ngapain aja? main PS doang ya?
Matius: Iya sih.. Soalnya tiap malam aku ngabisin banyak waktu untuk main PS doang. Urusan belajar mah aku nggak terlalu perduliin
Contoh Naskah Drama (10) tentang Persahabatan
Prolog:
Ruangan kelas terasa sangat dingin dan tegang, karena bertepatan dengan momen ujian semester sekolah. Andi dan Bani duduk sebangku, kemudian ada Siti dan Dina duduk sebangku di depannya, sedangkan Bidu duduk sendiri di samping Bani.
Saat itu, matematika adalah mata pelajaran yang sedang diujikan. Semua murid pun tampak kebingungan dan kewalahan saat melihat soalnya. Sehingga, terjadilah percakapan antara para sekawan, Andi, Bani, Bidu, Siti dan Dina.
Dialog:
Bani: Dina, aku mau minta jawaban dari soal nomor 6 dan 7 dong!
Dina: B dan D
Siti: Kalau nomor 11, 12, dan 13 jawabannya apa Ban?
Bani: 11 A, 12 D, nomor 13 aku belum nih.
Andi: Husssttt... jangan kenceng-kenceng nanti guru dengar lho.
Siti: Soalnya susah sekali, masih banyak yang belum aku kerjakan nih.
Kemudian mereka berempat pun memutuskan untuk saling contek menyontek. Namun, tidak dengan di Bidu. Bidu malah terlihat tenang dan mengerjakan soal ujiannya sendiri tanpa bergabung untuk menyontek.
Bani: Bid, kamu udah selesai jawab soal?
Bidu: Belum, masih 2 soal lagi.
Bani: Aku mau minta jawaban nomor 16 sampai 20 Bid!
Bidu: Nggak bisa, Ban.
Bani: Lah kenapa? Kita kan sahabat, harus kerja sama.
Dina: Iya Bidu, kita harus kerja sama
Andi: Iya, kamu kan paling pintar di sini Bid.
Bidu: Tapi bukan kerja sama yang seperti ini harusnya.
Siti: Kenapa emangnya? Cuma beberapa soal doang!
Bidu: Menyontek atau memberi contekan itu hal buruk sama dengan soda. Aku tidak mau menyontek karena dosa, atapun memberi contekan ke kalian. Aku minta maaf ya.
Siti: Tapi saat ini mendesak Bid.
Dina: Ya Bidu, bantu kami.
Bidu: Tidak, maaf.
Andi: Ya sudah, biarkan. Uruslah urusanmu sendiri Bid dan kami akan urus urusan kami sendiri.
Bani: Kita lihat buku saja.
Bani pun lalu mengeluarkan buku matematika dari kolong mejanya secara diam-diam. Kemudian melihat rumus dan jawabannya. Lalu, Siti menanyakan hasilnya.
Siti: Bagaimana Ban, ada tidak? apa jawabannya?
Bani: Ada. kalian dengar ya. 16 A, 17 D, 18 B, 19 A, 20 C.
Namun, suara Bani yang terdengar keras, membuat guru pun mendengarnya. Seketika menghampiri mereka.
Guru: Hey, kalian ini, mencontek terus. Kelar saja kalian!
Mereka berempat pun keluar dari kelas dan dihukum di lapangan untuk menghormati tiang bendera.
Bani: Aku tidak menyangka akan dihukum seperti ini.
Siti: Seharusnya kita belajar ya.
Andi & Dina: "Iya benar!"
Tiba-tiba Bidu keluar kelas dan menghampiri mereka. Kemudian ia ikut berdiri hormat sama seperti yang lain.
Dina: Kenapa Bid? Kamu dihukum juga?
Bidu: Tidak, aku ingin menjalani hukuman kalian juga. Kita kan sahabat? Aku ingin kita bersama.
Siti: Aku berharap ini jadi pelajaran untuk kita semua ya.
Dina: Dan tidak boleh diulang lagi.
Andi: Kita sahabat sejati!
Epilog:
Lalu, mereka pun menjalani hukuman dengan tawa dan senyum. Persahabatan akan mengalahkan segala keburukan dan membuat kita tidak akan mengulangi hal buruk lagi.
Penjelasan tentang pengertian hingga struktur naskah drama ada di halaman selanjutnya ...
Pengertian Naskah Drama
Menurut Wiyanto (2002), naskah drama adalah karangan yang berisi cerita atau lakon. Bentuk naskah drama dan susunannya berbeda dengan naskah cerita pendek atau novel. Naskah drama tidak mengisahkan cerita secara langsung. Penuturan ceritanya diganti dengan dialog para tokoh.
Selain pengertiannya, dalam konsepnya, drama dengan cerita pendek atau novel juga berbeda. Naskah drama ditulis dan kemudian dipentaskan. Naskah yang dipentaskan nantinya akan dinamai sebagai teater.
Melansir dari e-modul Kemdikbud Seni Budaya Teater Paket C Setara SMA/MA gubahan Drs. M.Sinar Hadi S, naskah drama adalah teks yang berisi cerita dengan mengutamakan ucapan-ucapan para pemerannya (dialog) untuk menyampaikan isi drama tersebut.
Naskah drama juga diartikan sebagai dokumen penting berisi data otentik serta akurat yang akan dipentaskan di depan umum.
Susunan dan bentuk naskah drama berbeda dengan naskah cerita lain seperti cerpen maupun novel. Dalam hal ini, naskah drama itu berfokus pada dialog antar tokohnya. Sebab, jalan cerita pada naskah drama biasanya akan tersampaikan dengan dialog antar pemainnya.
Struktur dan Elemen Drama
Wiyanto (2002) menyebutkan bahwa dalam sebuah teks drama akan ditemukan beberapa istilah yang erat kaitannya dengan lakon drama. Istilah-istilah itu merupakan bagian dari elemen dan pembangunan struktur teks naskah drama. Adapun makna dari istilah-istilah itu sebagai berikut:
1. Babak
Babak dapat dimaknai sebagai kesatuan bagian dari naskah drama. Biasanya terdapat beberapa babak dalam satu drama. Babak dalam drama terbagi menjadi:
Babak 1: alur perkenalan tokoh hingga pemunculan konflik
Babak 2: Konflik dan puncak konflik (klimaks)
Babak 3: Penurunan konflik dan penyelesaian konflik.
Secara umum, akan ada tanda batas yang menandakan antar babak. Dalam pementasan drama, hal ini biasanya dicirikan dengan memadamkan lampu panggung ataupun dengan perubahan latar belakang layar.
2. Adegan
Struktur teks drama selanjutnya yaitu adegan (bagian dari babak). Adegan yaitu bagian yang menggambarkan satu latar waktu dan suasana dari rangkaian yang ada dalam suatu babak drama.
3. Prolog
Prolog merupakan bagian pendahuluan/pengantar dalam drama. Umumnya, prolog berisi sinopsis, perkenalan tokoh dan pemerannya, maupun konflik yang akan terjadi dalam drama
Prolog berperan besar dan penting dalam drama. Pasalnya pada bagian ini pikiran penonton akan disiapkan untuk bisa mengikuti cerita drama yang akan disajikan atau ditampilkan. Maka dari itu, prolog harus dibuat menarik.
4. Dialog
Drama merupakan karya fiksi yang dinyatakan dalam bentuk dialog. Dialog adalah percakapan yang terjadi antar tokoh/pemain drama.
Dalam teks drama, dialog sering kali menggunakan kosakata percakapan. Misalnya kata aduh, sih, dong, oh, dan masih banyak lagi. Drama akan menentukan dan mempengaruhi alur atau jalan cerita drama.
5. Epilog
Epilog yaitu bagian akhir atau penutup dari drama. Biasanya epilog ini berisi kesimpulan ataupun nilai moral (ajaran) yang bisa diambil dari drama tersebut.
Pada bagian prolog dan epilog umumnya ditandai dengan percakapan yang menggunakan kata ganti orang ketiga.
Nah, itulah contoh naskah drama singkat yang lengkap beserta pengertian dan strukturnya, detikers. Semoga bermanfaat!
Simak Video "Video: Dian Sastro Ungkap Dampak Kehadiran AI di Industri Film"
[Gambas:Video 20detik]
(astj/mff)