"Kita melihat mereka memiliki koneksi atau jaringan di Aceh. Ini dapat ditengarai pihak penghubung datang pada hari yang sama sehingga mereka dipandu dengan koordinat GPS," kata Direktur Hak Asasi Manusia (HAM) dan Kemanusiaan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu RI), Achsanul Habib, Rabu (4/1/2023).
Achsanul menjelaskan hal itu dalam rapat lintas sektoral terkait penanganan Rohingya yang digelar DPR Aceh. Menurutnya, titik koordinat GPS pengungsi tersebut juga dimiliki lembaga internasional, LSM nasional dan internasional serta pemerintah negara asing melalui kedutaannya.
"Jadi koordinat mereka tercatat dan disebarkan termasuk pergerakan dan perpindahan di tengah laut," jelasnya.
Dia menjelaskan, para imigran masuk ke Indonesia pada hari libur, mengikuti musim serta tengah malam. Dalam dua bulan terakhir di penghujung 2022, dua gelombang pengungsi Rohingya masuk ke Aceh pada November dan dua gelombang pada Desember.
Pada bulan November, kata Achsanul, mereka masuk ketika Pemerintah Indonesia sedang fokus dengan penyelenggaraan KTT G20 di Bali. Sedangkan pada Desember bertepatan dengan libur Natal.
"Dari itu dapat kita simpulkan bahwa mereka tahu benar kapan mereka harus masuk, saat Pemerintah Indonesia berfokus pada hal-hal lain mereka memanfaatkan untuk masuk ke Indonesia," ujarnya.
"Mereka berangkat dari kamp pengungsian di Bangladesh. Dan tujuan akhir bukan Indonesia. Mereka singgah sementara di Indonesia kemudian diselundupkan dalam kelompok - kelompok kecil ke Malaysia," ujarnya.
Diketahui, dua gelombang pengungsi Rohingya terdampar di Aceh pada 25 dan 26 Desember. Gelombang pertama mendarat di Ladong Aceh Besar dan sehari setelahnya satu gelombang terdampar di Pidie.
(agse/nkm)