Lima gelombang pengungsi Rohingya terdampar di Aceh sepanjang 2022. Usai ditolong dan diselamatkan, sebagian besar 'manusia perahu' malah memilih kabur dari kamp penampungan sementara.
Dirangkum detikSumut, Kamis (29/12/2022), tahun 2022 dibuka dengan kaburnya delapan pengungsi Rohingya dari kamp di Kota Lhokseumawe. Beberapa orang yang diduga sebagai penjemput pengungsi ditangkap dalam tahun ini.
Selain itu, pengungsi Rohingya terus berdatangan ke Aceh secara bergelombang. Bila tahun-tahun sebelumnya mereka ditemukan di tengah laut, kali ini 'manusia perahu' ini langsung berlabuh di daratan Tanah Rencong.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut rangkuman kedatangan dan pelarian Rohingya selama 2022:
Januari 2022
Pada pertengahan Januari, sebanyak delapan pengungsi Rohingya yang ditampung di shelter BLK Desa Menasah Mee-Kandang, Kecamatan Muara Dua, Kota Lhokseumawe, Aceh melarikan diri. Mereka kabur dengan memanjat pagar.
Kedelapan pengungsi yang kabur adalah Khaleda Bibi binti Muhammed Yunus (22), Mosana Begum binti Abdul Kasem (18), Asma binti Salim Mulah (15), Haresa binti Saleh Ahmad (24), Kismut Ara binti Solimullah (12), Noor Safa binti Khaitatullah Imur (18), Noor Kayah binti Fetan (24), dan Samira binti Muslim (18).
"Semuanya berjenis kelamin perempuan. Mereka kabur Selasa kemarin," kata Kabid Humas Polda Aceh Kombes Winardy kepada wartawan, Rabu (19/1/2022).
Winardy mengatakan, jumlah pengungsi yang ditampung di shelter tersebut berjumlah 105 orang. Mereka terdiri dari delapan pria dewasa, 80 perempuan desa, enam anak laki-laki dan 11 anak perempuan.
Menurutnya, pasca kaburnya delapan pengungsi, warga setempat menangkap dua orang pria mencurigakan berinisial AF (47) dan RAJ (22). Mereka diduga penjemput pengungsi dari kamp penampungan.
"Mereka diduga kuat akan melakukan penjemputan terhadap pengungsi Rohingya yang berada di Penampungan Shelter BLK Desa Menasah Mee Kandang, Kota Lhokseumawe," ujar Winardy.
Sehari berselang, enam pengungsi yang ditampung di sana mencoba kabur pada Rabu (19/1), namun gagal. Petugas kembali menangkap mereka.
"Karena merasa curiga ada yang melarikan diri, mereka berpencar melakukan pencarian dan menemukan enam orang pengungsi Rohingya yang sedang bersembunyi di semak-semak di belakang gedung BLK," kata Winardy kepada wartawan, Kamis (20/1).
Maret 2022
Kapal yang membawa 114 pengungsi Rohingya berlabuh dibibir pantai Bireuen, Aceh. Kedatangan mereka mengagetkan masyarakat setempat.
"Semalam jam 2 mereka masuk sendiri gak dibantu masyarakat, sampai bibir pantai supaya kapal tidak tenggelam baru dibantu," kata Panglima Laot Bireuen Badruddin saat dimintai konfirmasi, Minggu (6/3).
Dia menyebutkan, pengungsi Rohingya tersebut langsung datang ke perairan di kawasan Kuala Raya, Desa Alue Buya Pasi, Kecamatan Jangka, Bireuen. Masyarakat setempat disebut kaget mengetahui 'manusia perahu' tiba di kampung mereka.
Ketika mereka masuk ke Bireuen, nelayan setempat sedang tidak melaut karena cuaca buruk. Menurutnya, pengungsi tersebut selanjutnya ditampung di meunasah desa setempat.
Berdasarkan data sementara, pengungsi Rohingya itu terdiri dari pria dewasa 58 orang, perempuan 21 orang dan anak-anak 35 orang.
"Mereka datang dengan boat besar, sama kayak boat-boat sebelumnya," jelas Badruddin.
![]() |
April 2022
Sebanyak tiga pria di Bireuen, Aceh ditangkap polisi karena diduga hendak membawa kabur pengungsi Rohingya dari kamp penampungan sementara. 4 pengungsi itu rencananya bakal diselundupkan ke Sumatera Utara.
"Tiga pelaku kita amankan yakni SR (35), FA (28), dan BRH (30). Mereka bertiga merupakan warga Bireuen," kata Kabid Humas Polda Aceh Kombes Winardy kepada wartawan, Senin (18/4).
Ketiganya diciduk tak jauh dari lokasi penampungan yang terletak di Kecamatan Jangka, Bireuen. Penangkapan bermula dari adanya laporan seorang pengungsi ke petugas saat pembagian nasi sahur.
"Seorang pengungsi melapor bahwa empat rekannya telah kabur. Petugas melakukan pencarian dan menemukan dua mobil yang parkir sekitar 300 meter dari lokasi," jelas Winardy.
Dalam mobil itu ditemukan empat pengungsi Rohingya yakni Mhd Ismail (19), Mhd Rizwan (12), Nurlami (18), dan Suhel (19). Nama terakhir merupakan agen di kamp penampungan Rohingya.
"Berdasarkan pemeriksaan singkat, para pelaku mengaku dibayar Rp2 juta per pengungsi untuk membawanya ke Langsa. Sesampai di Langsa ada agen lain yang akan melanjutkan pelarian para pengungsi ke Medan, Sumatera Utara," jelas Winardy.
Baca selengkapnya di halaman selanjutnya...
November 2022
Sebanyak 110 warga etnis Rohingya terdampar Desa Meunasah Lhok, Kecamatan Muara Batu, Aceh Utara. Mereka tiba dengan boat, Selasa (15/11) pagi.
"Tadi pagi sekitar pukul 03.30 WIB mereka bersandar di Desa Meunasah Baro. Keberadaan mereka diketahui sejumlah nelayan," kata Kabag Humas Pemkab Aceh Utara Hamdani kepada wartawan, Selasa (15/11).
Menurutnya, keberadaan warga Rohingya tersebut diketahui nelayan Meunasah Baro dan warga Meunasah Lhok. Setelah dimusyawarahkan, mereka memutuskan menampung 'manusia perahu' itu di meunasah Desa Meunasah Lhok.
Berdasarkan hasil pendataan diketahui jumlah warga Rohingya sebanyak 110 orang terdiri dari laki-laki 72 orang, perempuan 32 orang, anak-anak lima orang serta satu orang balita.
Sehari berselang, 119 pengungsi Rohingya kembali mendarat di pantai Aceh Utara.
"Tadi pagi telah mendarat satu kapal kayu yang membawa 119 warga etnis Rohingya di pesisir pantai Desa Bluka Teubai, Kecamatan Dewantara," kata Kabag Humas Pemkab Aceh Utara Hamdani saat dimintai konfirmasi detikSumut, Rabu (16/11).
Hamdani mengatakan, kapal yang ditumpangi pengungsi tersebut langsung mendarat di bibir pantai. Tim gabungan TNI-Polri yang mengetahui keberadaan mereka akhirnya turun ke lokasi untuk melakukan pengamanan.
Berdasarkan hasil pendataan diketahui mereka terdiri dari 61 orang laki-laki dewasa, 36 perempuan dewasa, 12 anak laki-laki, dan 10 anak perempuan.
![]() |
Desember 2022
Pada akhir tahun ini, ada peristiwa kabur dan terdamparnya Rohingya. Pada Selasa (13/12), sebanyak 23 pengungsi yang ditampung di bekas kantor imigrasi Lhokseumawe, Aceh kabur dari penampungan. 10 orang dapat ditangkap kembali bersama tiga orang penjemput.
"Pengungsi Rohingya ini hendak menuju Medan, Sumatera Utara," kata Kapolres Lhokseumawe, AKBP Henki Ismanto kepada wartawan, Rabu (13/12/2022).
Henki menjelaskan, polisi mendapat laporan dari UNHCR ada 23 Rohingya terdiri dari 10 laki-laki dan 13 perempuan kabur. Usai menerima laporan, polisi turun tangan mencari keberadaan 'manusia perahu' tersebut. Dalam pencarian, 10 orang dapat ditangkap kembali pagi tadi sekitar pukul 05.30 WIB.
"3 orang yang menjemput tersebut serta 10 warga Rohingya yang dibawa dari penampungan sementara berhasilkan diamankan," jelasnya.
Menjelang akhir tahun, 58 pengungsi Rohingya terdampar di pantai kompleks Benteng Indra Patra, Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar. Mereka yang terdampar kali ini semuanya laki-laki.
"Kita dapat informasi tadi pukul 10.00 WIB mereka sudah di lokasi. Sekarang di Benteng Indrapatra," kata Kapolsek Krueng Raya Ipda Rolly Yuiza Away saat dimintai konfirmasi detikSumut, Minggu (25/12).
Menurut Rolly, para pengungsi itu langsung mendarat di pantai di kawasan itu. Mereka kemudian ditampung di gedung milik Dinas Sosial Aceh.
Sehari berselang, 185 pengungsi Rohingya terdampar di pesisir pantai di Desa Ujung Pie, Kecamatan Muara Tiga, Kabupaten Pidie, Aceh, Senin (26/12). Mereka kini ditampung di sebuah sekolah di sana.
"Jumlah tersebut terdiri dari 83 laki-laki dewasa, 70 wanita dewasa, dan 32 anak-anak," kata Kabid Humas Polda Aceh Kombes Winardy kepada wartawan, Selasa (27/12).
Kedatangan para pengungsi itu disebut anomali dan perlu diselidiki. Simak selengkapnya di halaman selanjutnya...
Perlu Diselidiki
Ketua Komisi I DPR Aceh Iskandar Usman Alfarlaki meminta aparat penegak hukum dan pemerintah menyelidiki kedatangan Rohingya ke Aceh yang sudah semakin sekarang. Penyelidikan perlu dilakukan untuk memastikan Tanah Rencong tidak jadikan tempat transit 'manusia perahu'.
Iskandar menjelaskan, pemerintah harus memberikan perlindungan ke mereka secara kemanusiaan. Namun, pemerintah dan pihak terkait juga harus menyelidiki alasan Rohingya kerap terdampar di Aceh.
"Apakah murni mereka ini sebagai pencari suaka politik atau hanya mereka menjadikan Aceh sebagai daerah transit saja yang kemudian akan masuk ke Malaysia," kata Iskandar kepada wartawan, Selasa (27/12).
Menurutnya, pengungsi Rohingya yang terdampar di Aceh kerap melarikan diri usai ditampung. Pelarian itu disebut terjadi tak lama setelah mereka berada di penampungan.
"Ini menunjukkan bahwa mereka tidak murni sebagai pencari suaka politik kalau melarikan diri, lalu siapa sekarang yang memfasilitasi pelarian mereka dan siapa yang menampung mereka serta kemana mereka melarikan diri, ini juga harus di selidiki dan harus diusut secara tuntas," jelas Politikus Partai Aceh itu.
![]() |
"Apakah benar indikasi misalnya terlibat para sindikat human trafficking mereka punya agen di Aceh atau di indonesia kemudian akan di bawa melalui Sumatera Utara dan masuk kembali ke Malaysia dan di Malaysia mencari kerja. Ini juga harus dilakukan proses penyelidikan lebih lanjut," lanjutnya.
Dia menjelaskan, penyelidikan itu perlu dilakukan sehingga Aceh tidak bertubi-tubi dijadikan sebagai zona transit oleh etnis Rohingya dengan berbagai alasan. Mereka kerap mengaku boatnya bocor, BBM habis serta berbulan-bulan di laut.
"Tentu ini butuh proses yang transparan apakah benar seperti pengakuan testimoni yang mereka berikan. Kita juga tidak serta merta harus mendengar dan mengakui apa yang mereka sampaikan ke kita yang berbulan-bulan di laut kemudian ini ada persoalan-persoalan baru kalau seperti ini hampir setiap tahun dan menjelang akhir tahun mereka terus terdampar ke Aceh," ujarnya.
Simak Video "Perjalanan Seru ke Penginapan di Aceh"
[Gambas:Video 20detik]
(dpw/dpw)