Sekumpulan Aktivis Berkumpul Mengenang Demonstrasi Tahun 1998

Sekumpulan Aktivis Berkumpul Mengenang Demonstrasi Tahun 1998

Nizar Aldi - detikSumut
Senin, 23 Mei 2022 05:59 WIB
Anggota Perhimpunan Pergerakan 98 berkumpul bersama sejumlah mahasiswa di Medan. Foto Nizar Aldi/detikSumut
Anggota Perhimpunan Pergerakan 98 berkumpul bersama sejumlah mahasiswa di Medan. Foto Nizar Aldi/detikSumut
Medan -

Akhir pekan lalu, tepatnya Sabtu (21/5/2022), puluhan orang aktivis yang tergabung dalam Majelis Nasional Perhimpunan Pergerakan 98 berkumpul. Mereka berkumpul di hutan jati, di Jalan Eka Warni, Kota Medan, Sumatera Utara (Sumut).

Tempat mereka berkumpul bukanlah gedung pertemuan, bukan juga cafe atau restoran. Melainkan lahan kosong dengan tanah merah yang ditumbuhi rumput kecil dan sejumlah pohon jati.

Sepanjang jalan menuju lokasi ada fasilitas publik, swalayan dan rumah toko. Hilir mudik kendaraan pun tergolong tinggi. Padahal dari pengakuan para aktivis itu, dulu kawasan itu tidak begitu ramai. Bahkan tergolong sangat sepi. Pelintas pun jarang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jika mereka berkumpul 24 tahun silam, maka mereka akan menyepakati lokasi berkumpul di Eka Warni. Karena lokasi itu jauh dari pantauan para pemangku kepentingan yang ingin mempertahankan orde baru.

Sehingga mereka aman untuk berdiskusi dan membuat rencana aksi. Tempat itu juga persembunyian mereka, jika mereka dihadapkan pada konflik dengan aparat keamanan. Karena sekalipun tempat itu sepi, namun masih dapat dijangkau dengan mudah untuk bersembunyi.

ADVERTISEMENT

"Tempat ini bersejarah bagi kami, tempat ini dulu tempat kami sembunyi, kami merancang demonstrasi Mei 1998, sebelumnya di April di Maret kami sudah merencanakan itu karena kami ingin Indonesia berubah," terang Majelis Nasional Perhimpunan Pergerakan 98, Sahat Simatupang.

Sahat mengatakan bahwa pertemuan mereka bukanlah hanya sekedar melepas rindu. Melainkan juga bersilaturahmi dan merefleksikan perjuangan reformasi 98. Mereka ingin menitipkan sejumlah kenangan perjuangan di masa lalu kepada generasi baru.

"Kami juga mengundang sejumlah mahasiswa dari berbagai universitas untuk ikut bersama kami. Berdiskusi dan membagi pengalaman gerakan di masa lalu," jelasnya.

Sahat menuturkan banyak yang dikorbankan untuk menghasilkan reformasi tahun 1998. Sebab yang dilawan pada masa itu adalah kekuatan rezim yang sudah mengakar disegala sektor.

Sehingga tidak mudah untuk membangun gerakan. Bahkan ketika mereka berkumpul dua atau tiga orang, maka sudah pasti ada pihak yang mengintai mereka. Namun perjuangan waktu itu tercapai. Presiden Soeharto lengser. Tetapi masih banyak yang belum tuntas hingga saat ini. 24 tahun reformasi justru mengubur cerita dan harapan masa lalu.

"Yang tinggal kenangan, dan itu yang kita refleksikan. Kita berharap dapat merefleksikan gerakan gerakan mahasiswa diwaktu lampau. Membangun satu kelompok untuk membagikan kenangan itu pada generasi baru," jelasnya.

Sahat menambahkan mereka berkumpul 21 mei tepatnya tanggal lengsernya Soeharto untuk merefleksikan kembali reformasi 98. Mereka ingin negara menjalankan agenda reformasi, mensejahterakan dan memberikan keadilan sosial bagi rakyat Indonesia.

"sekarang kami berkumpul, kami ingin negara ini menjalankan agenda reformasi, kami ingin masyarakat sejahtera, kami ingin pemerintah memberikan keadilan sosial makanya kami berkumpul di tempat ini," sambungnya.

Sementara itu, wakil ketua bidang Hukum dan HAM, Perhimpunan Pergerakan 98, M.Harizal mengharapkan mahasiswa, pemuda dan civil society untuk bersama menyelamatkan Indonesia dari kelompok intoleran yang mengancam persatuan Indonesia, serta melawan politik transaksional.

Karena banyak dari agenda reformasi yang mereka cita-citakan dibajak oleh sekelompok orang (oligarki), yang punya kuasa dan uang. Sehingga dapat membajak partai politik dan agenda negara.

Harizal berharap pemerintah menuntaskan penembakan mahasiswa Trisakti, peristiwa Semanggi I dan II serta penembakan di berbagai daerah di Indonesia tahun 1998. Serta sejumlah pelanggaran yang dilakukan terhadap mahasiswa di berbagai kampus di Indonesia pada masa itu.




(bpa/bpa)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads