Teologi Parlapelapean, Perlawanan pada Kuasa Penindasan

SAE Nababan

Teologi Parlapelapean, Perlawanan pada Kuasa Penindasan

Tim detikSumut - detikSumut
Senin, 09 Mei 2022 06:59 WIB
Memorial Lecture mengenang 1 tahun kepergian SAE Nababan diikuti ratusan umat kristiani dari berbagai gereja dan organisasi.
Memorial Lecture mengenang 1 tahun SAE Nababan diikuti ratusan umat kristiani dari berbagai gereja dan organisasi.Foto: baringin gaol/detik.com
Medan -

Tokoh gereja dunia Pdt. Dr. Soritua Albert Ernst Nababan, atau yang akrab disapa SAE Nababan pada era pemerintahan Orde Baru membangkitkan semangat baru perlawanan terhadap ketidakadilan. Perlawanan tersebut dikenal dengan teologi keseimbangan. Aplikasi dari teologi keseimbangan itu sendiri adalah gerakan parlapelapean.

Hal itu diungkapkan Akademisi Universitas Airlangga, Prof Dr Hotman Siahaan dalam Memorial Lecture mengenang 1 tahun kepergian SAE Nababan digelar di Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Uskup Agung Medan, Minggu (8/5/2022).

Hotman menuturkan bahwa teologi keseimbangan yang diterapkan SAE Nababan di masa perjuangannya adalah teologi untuk menjawab zaman. Karena pada masa itu, kekuasaan negara yang begitu keras memaksakan kehendaknya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat itu gerakan yang anti negara ditumpas dengan sistematis. SAE Nababan melahirkan inspirasi merevitalisasi agama dan budaya dengan teologi keseimbangan.

"Banyak konflik yang dihadapi oleh HKBP, sehingga muncul gereja - gereja baru. Masa SAE Nababan hal itu tidak terjadi, namun muncul satu gerakan yang disebut parlapelapean. Dalam Bahasa batak, parlapelapean adalah gubuk persinggahan sementara. Hal ini dilakukan untuk bertahan melawan penindasan," terangnya.

ADVERTISEMENT

Gerakan parlapelapean adalah gerakan perlawanan terhadap kekuasaan yang sudah kehilangan dimensi moral. Sebagai tokoh reformasi nasional dan simbol gerakan oikumene dunia, SAE Nababan, memiliki pandangan tegas terutama dengan gerakan melawan rezim orde baru yang ingin mengendalikan dan mengintervensi gereja HKBP.

Hotman menuturkan bahwa gerakan sosial keagamaan yang dilakukan oleh SAE Nababan adalah gerakan yang menguatkan integritas. Setiap orang disadarkan bahwa gereja tidak sesempit gedung yang ada. Gereja bukan ruang yang dibatasi, gereja seluas kepentingan masyarakat. Untuk penerapan aspek spiritual dan keagamaan yang dimiliki.

"Sehingga menjadi sosok yang pantas diteladani, dan harus dipahami untuk melawan kekuasaan. Teologi keseimbangan yang dilakukan oleh SAE Nababan adalah teologi yang patut diteladani," jelasnya.

Hotman menuturkan bahwa teologi itu menerapkan prinsip orang yang memperoleh banyak jangan sampai berlebihan, orang yang memperoleh sedikit jangan sampai berkekurangan. Prinsip ini untuk menjaga harmoni ditengah keberagaman masyarakat. Ada keinginan untuk mempertahankan harmoni ditengah masyarakat.

Memorial Lecture mengenang 1 tahun SAE Nababan diikuti ratusan umat kristiani dari berbagai gereja dan organisasi. Kegiatan yang dipandu oleh Pdt. Sylvana Maria Apituley, M.Th Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) tersebut menghadirkan sejumlah pembicara nasional.

Selain Hotman Siahaan, kegiatan tersebut juga diisi oleh Pdt Dr Andar Pasaribu dari United Evangelical Mission (UEM), Pdt Dr Benny Sinaga dari Sekolah Tinggi Bibelvrouw HKBP Laguboti, Pdt Mestika Nusantara Ginting yang saat ini menjabat sebagai Kepala Bidang Diakonia Gereja Batak Karo Protestan (GBKP).

Pdt SAE Nababan lahir di Tarutung pada 1933 dan Tutup usia di Jakarta 8 Mei 2021. Menempuh pendidikannya di Sekolah Tinggi Teologi Jakarta dan lulus pada 1956 dengan gelar Sarjana Teologi. Ia mendapat beasiswa dan melanjutkan pendidikannya di Universitas Heidelberg dan lulus dengan gelar Doktor Teologi pada 1963.




(bpa/bpa)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads