Watervang di Lubuklinggau, Bendungan Peninggalan Belanda Jadi Ikon Wisata

Sumbagsel Punya Cerita

Watervang di Lubuklinggau, Bendungan Peninggalan Belanda Jadi Ikon Wisata

M Rizky Pratama - detikSumbagsel
Minggu, 21 Sep 2025 07:00 WIB
Watervang di Lubuklinggau, Sumsel.
Foto: Bendungan Watervang di Lubuklinggau, Sumsel. (M. Rizky Pratama)
Lubuklinggau -

Watervang adalah sebuah bendungan peninggalan kolonial Belanda yang ada di Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan. Kini, Watervang menjadi salah satu tempat wisata ikonik di Lubuklinggau yang wajib dikunjungi.

Objek wisata Watervang sendiri berada di Kelurahan Watervang, Kecamatan Lubuklinggau Timur I, Lubuklinggau, Sumatera Selatan. Objek wisata alam satu ini menawarkan pemandangan air terjun alami yang terbentuk di hilir bendungan di bawah jembatan gantung sehingga dapat memanjakan para pengunjung untuk berswafoto di sana.

Jembatan Watervang yang memiliki panjang sekitar 50 meter tersebut menghubungkan dua sisi sungai, memungkinkan akses dan penyeberangan bagi para warga setempat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meskipun sudah menjadi tempat wisata, bendungan yang sudah berdiri sejak tahun 1941 tersebut hingga saat ini masih melakukan tugas utamanya yakni sebagai sistem irigasi untuk mengaliri persawahan yang luasnya kurang lebih 8.000 hektare yang terletak di kawasan sepanjang Sungai Kelingi di Kota Lubuklinggau sampai ke Kecamatan Tugu Mulyo dan Megang Sakti di Kabupaten Musi Rawas.

Salah satu pengurus wisata Watervang yakni Najamudin (77) mengatakan bendungan tersebut masih mengalirkan air ke sawah yang ada di Kecamatan Lubuklinggau Selatan hingga ke Kabupaten Musi Rawas.

ADVERTISEMENT

"Ini awalnya berdiri dulu sebagai bendungan, kemudian menjadi objek wisata. Bendungan ini sampai sekarang masih digunakan untuk menyalurkan air ke persawahan seperti daerah Lubuklinggau Selatan dan Merasi. Terakhir saya lihat batasnya di M Sitiharjo (Kecamatan Tugumulyo, Musi Rawas)," katanya saat ditemui detikSumbagsel, Sabtu (20/9/2025).

Bendungan Watervang di Lubuklinggau.Bendungan Watervang di Lubuklinggau. Foto: M. Rizky Pratama

Najamudin mengungkapkan para wisatawan yang ingin mengunjungi Watervang tidak perlu membayar biaya masuk, cukup membayar uang parkir bila membawa kendaraan. Ia juga mengingatkan agar para pengunjung tidak melanggar aturan yang ada di Watervang.

"Sekarang ada laranganya yaitu dilarang mancing, dilarang berenang, dan dilarang buang sampah sembarangan. Semenjak ada kejadian tiap tahun (korban tenggelam) jadi dilarang berenang," ungkapnya.

Najamudin mengungkapkan saat ini Watervang berada di bawah naungan Balai Besar Pengairan Provinsi Sumatera Selatan.

"Awalnya mau ada dibangun tempat tambahan untuk wisatanya, tapi berhubung ini masuk Balai Provinsi Sumsel maka tidak dibangun. Masih hak irigasi Palembang juga," ujarnya.

Selain itu, Watervang sendiri memiliki nilai sejarah yang tinggi sehingga menjadi salah satu bangunan bersejarah yang ada di Lubuklinggau.

Pemandu Museum Subkoss Lubuklinggau, Berlian Susetyo menjelaskan bendungan tersebut dibangun oleh Kolonial Belanda pada tahun 1939 dan selesai tahun 1941. Ia menjelaskan dalam kamus Bahasa Belanda, Watervang ialah perangkap air, fungsinya sebagai sarana pengairan pada lahan pertanian.

"Ketika zaman penjajahan Belanda, pertanian berupa tanaman padi merupakan sumber pangan yang terpenting masyarakat dan menjadi barang komoditi ekspor penting di Palembang. Bahkan di wilayah sekitar Sungai Beliti dan Sungai Kelingi di Musi Ulu adalah daerah penghasil utama padi, yang pada masa kolonial Belanda dikenal sebagai 'gudang gandum' residensi Palembang," katanya.

"Palembang dan wilayah Hindia Belanda lainnya berpotensi sangat besar bagi para pengusaha Eropa untuk terus-menerus memperluas kekuasaannya dengan mengeksploitasi seluruh aspek penghasil ekonomi terutama dalam bidang perkebunan dan pertanian. Maka dari itu tahun 1939 dibuatlah irigasi bendungan Watervang di akhir masa pemerintahan Hindia Belanda dengan Gubernur Jenderal Alidius Tjarda van Starkenborgh Stachouwer yang bertujuan untuk menopang pertanian di daerah tersebut," sambungnya.



Kemudian, kata Berlian, Kolonial Belanda mendatangkan orang-orang transmigran Jawa yang bertujuan untuk membangun areal pertanian di kolonisasi Tugumulyo sejak tahun 1937. Setelah itu, barulah rencana pembangunan bendungan irigasi Watervang tahun 1939 dilakukan sebagai sarana pengairan areal persawahan di Tugumulyo nantinya.

"Pembangunan Watervang ini sendiri sebagai sarana irigasi telah terlebih dahulu dilakukan upaya negosiasi pada tahun 1936 untuk mendapatkan izin lokasi kolonisasi transmigran Jawa. Kemudian para transmigran Jawa yang didatangkan kolonial Belanda itu akan mengurus pertanian persawahan tanaman padi di daerah Tugumulyo," ungkapnya.

Bendungan Watervang Lubuklinggau zaman dahulu.Bendungan Watervang Lubuklinggau zaman dahulu. Foto: Dok. Istimewa /Museum Subkoss Lubuklinggau

Setelah dilakukan proses pembangunan, kata dia, akhirnya bendungan irigasi Watervang pun selesai dibangun dimana saat itu digunakan untuk keperluan irigasi daerah Tugumulyo yang saat itu merupakan wilayah Koloni Belanda.

"Pembangunan Watervang ini dikerjakan oleh HBM (Holland Beton Maatschappij), dimulai pada pertengahan tahun 1939 dan selesai pada pertengahan tahun 1941. Saluran irigasi ini akan mengaliri 9.500 hektare lahan pertanian di mana 5.500 di antaranya akan digunakan untuk transmigran Jawa, sedangkan 4.000 untuk penduduk asli," ungkapnya.

Lalu Watervang pun ditinggalkan begitu saja oleh Kolonial Belanda pada tahun 1942 saat Jepang mulai masuk ke Indonesia.

"Saat itu Jepang hanya fokus dalam berperang dan tidak terlalu memikirkan aspek seperti pertanian dan sebagainya sehingga bendungan Watervang pun tidak dihiraukan serta dibombardir oleh Jepang," terangnya.

Kemudian setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, kata dia, warga Indonesia pun mulai membangun kembali peradaban yang ada.

"Untuk Watervang sendiri akhirnya difungsikan kembali pada 1950 untuk mengaliri persawahan yang ada hingga akhirnya pada saat ini, bendungan tersebut masih berfungsi sebagaimana mestinya serta menjadi objek wisata ikonik di Kota Lubuklinggau," tuturnya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Heboh Petugas Pertashop di Palembang Dianiaya, Diduga Pelaku Dendam"
[Gambas:Video 20detik]
(dai/dai)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads