Di sudut Kota Prabumulih, Sumatera Selatan (Sumsel), terdapat sebuah kawasan yang menjadi kebanggaan lokal, Agronanas Edukasi Prabumulih. Bukan hanya sekadar perkebunan nanas, namun juga menjadi pusat edukasi dan wisata, serta produsen nanas terbesar di wilayah ini.
Lokasinya ada di Kelurahan Karang Jaya, Kecamatan Prabumulih Timur. Dari pusat kota, hanya membutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk mencapai tempat tersebut. Siska Antoni adalah sosok dibalik keberhasilan Agronanas Edukasi Prabumulih ini. Kisahnya adalah tentang perjuangan, inovasi, dan keinginan kuat untuk memajukan komunitas petani nanas di Prabumulih.
Siska adalah seorang putra daerah yang sejak kecil akrab dengan dunia pertanian nanas. Lahir dan besar di lingkungan petani nanas, Siska sudah terbiasa dengan segala seluk beluk penanaman, perawatan, dan panen nanas. Meskipun hanya lulusan SMA, pengalaman dan mental tangguh yang dibentuk dari kecil menjadi bekal utama dalam mengembangkan Agronanas Edukasi Prabumulih.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Awalnya saya tidak mau dikenal sebagai Ateng (nama panggilan), tapi setelah banyak tamu yang taunya sama Ateng, ya akhirnya tidak apa-apa dikenal sebagai Ateng," kata Siska.
Nama Ateng ternyata membawa keberuntungan, membuat orang lebih mudah mengenalnya dan secara tidak langsung juga mengenal Agronanas Edukasi Prabumulih.
Siska bukanlah lulusan universitas atau sekolah pertanian. Dia hanya anak petani yang tumbuh di lingkungan keras dan penuh tantangan. Namun, hal itu tidak menghalanginya untuk bermimpi besar. Melihat kondisi para petani nanas yang hanya melakukan panen, jual, tanam secara monoton, membuat Siska resah.
"Kota Prabumulih yang dijuluki Kota Nanas malah kesulitan untuk menyediakan nanas asli Prabumulih bagi para tamu yang datang. Keresahan ini yang menjadi titik awal saya untuk memulai perubahan besar," jelasnya.
Pada tahun 2016, Siska mulai merintis Agronanas Edukasi Prabumulih. Proses awalnya sangat sulit, penuh dengan tantangan dan hambatan. Banyak orang yang semula menganggap remeh dan tidak percaya dengan apa yang Siska buat. Bahkan Siska sempat disebut gila karena memiliki ide yang belum pernah dilihat oleh masyarakat di kampungnya tersebut.
"Pertama kali membangun itu memang sangat sulit, banyak kendala yang saya alami," kenang Siska.
Namun, dengan keyakinan dan ketulusan untuk memperbaiki sistem kerja petani, Siska terus maju. Ia mengumpulkan petani-petani nanas di sekitar kampung dan menjelaskan kondisi pertanian nanas saat itu dan juga menjelaskan konsep bertani nanas modern yang digagasnya.
SDM petani yang didominasi usia lanjut dan belum mengerti teknik modern menjadi tantangan utama. Para petani ini ragu dan tidak percaya dengan konsep baru yang dianggap memerlukan modal besar. Namun, Siska tidak menyerah. Ia mencari solusi, berpikir matang-matang, dan terus meyakinkan para petani tentang manfaat konsep baru ini.
"Tidak apa-apa biarkan saya yang jadi kelinci percobaan. Dengan modal sendiri, saya mulai mengimplementasikan konsep tersebut bersama sekitar 10 petani yang akhirnya mau bergabung," ucapnya.
Usaha Siska membawa banyak dampak positif. Nilai ekonomi buah nanas Prabumulih meningkat signifikan, petani mulai merasakan keuntungan yang lebih besar, dan semangat bertani di kalangan masyarakat juga meningkat.
Bahkan, menurut survei yang dilakukan, minat menjadi petani nanas di Prabumulih melonjak, dengan 60% responden menyatakan keinginan kuat untuk bertani nanas.
"Agronanas Edukasi Prabumulih juga berhasil mengubah pandangan para petani tentang bertani nanas secara modern, menghasilkan buah nanas yang lebih berkualitas dan bernilai tinggi," jelasnya.
Namun, ada pula dampak negatif yang dihadapi. Lokasi perkebunan yang berada di pinggir hutan menimbulkan kekhawatiran tentang keamanan pengunjung, sementara petani merasa malu dan tidak nyaman dengan banyaknya wisatawan yang datang.
Infrastruktur yang kurang memadai juga menjadi kendala dalam mengembangkan potensi wisata di Agronanas Edukasi Prabumulih. Selain itu, tantangan cuaca, terutama musim kemarau yang menyebabkan kekurangan air, sering kali berdampak pada penurunan kualitas dan kuantitas buah nanas.
"Saya terus berinovasi dengan mengembangkan berbagai produk turunan dari nanas. Salah satu inovasi yang menarik adalah produksi serat dari daun nanas. Limbah daun nanas yang awalnya tidak dimanfaatkan kini diubah menjadi serat yang bernilai ekonomi tinggi. Kita pelajari apa yang bisa dihasilkan dari daun nanas sampai akhirnya kita temukan bahwa daun nanas dapat dijadikan serat," jelas Siska.
Kolaborasi dengan ahli dan bantuan dari beberapa perusahaan serta pemerintah Kota Prabumulih membantu mengembangkan potensi serat daun nanas ini. Produksi serat ini menarik perhatian pasar internasional, termasuk Singapura, meskipun lisensi untuk ekspor masih dalam proses.
"Selain serat, kami juga mengembangkan produk turunan lain seperti keripik nanas dengan merek Keripik Sekance. Meskipun produksi keripik sempat terkendala oleh kerusakan alat, tapi permintaan yang tinggi menunjukkan potensi besar dari produk ini. Siska dan timnya terus mencari solusi untuk memperbaiki alat produksi dan meningkatkan kapasitas produksi.
Selain masalah keamanan dan infrastruktur, Siska juga menghadapi kendala cuaca. Musim kemarau sering kali menyebabkan kekurangan air, yang berakibat pada penurunan kualitas buah nanas. Tantangan lain adalah modal dan teknologi. Meskipun mendapatkan dukungan dari pemerintah dan beberapa perusahaan, Siska masih menghadapi keterbatasan dalam hal peralatan modern yang diperlukan untuk produksi serat daun nanas dan produk turunan lainnya.
"Di sini juga ada kendala SDM. Banyak petani yang masih belum terbiasa dengan teknologi modern, sehingga perlu diberikan edukasi dan pelatihan secara terus-menerus. Selain itu, infrastruktur yang belum memadai juga menjadi kendala dalam mengembangkan Agronanas Edukasi Prabumulih menjadi objek wisata yang nyaman dan aman bagi pengunjung," bebernya.
Agronanas Edukasi Prabumulih memproduksi berbagai produk turunan dari nanas, termasuk serat daun nanas dan keripik nanas dengan merek Sekance. Meskipun produksi serat daun nanas mendapatkan perhatian dari pasar internasional, lisensi untuk ekspor masih belum dimiliki. Produksi dilakukan sesuai pesanan, dengan harga serat halus mencapai Rp 200-300 ribu per kilogram. Selain itu, keripik nanas juga mendapat permintaan tinggi, namun produksi terkendala oleh kerusakan alat yang belum dapat diperbaiki karena keterbatasan dana.
Sumber bahan baku utama berasal dari perkebunan nanas yang dikelola bersama para petani lokal. Dukungan dari pemerintah berupa alat, mesin, bibit, dan pupuk sangat membantu dalam menjalankan operasional. Selain itu, sistem manajemen yang diterapkan Siska dengan membagi waktu penanaman dan panen secara teratur membantu memastikan ketersediaan buah nanas sepanjang tahun.
Siska berhasil membawa Agronanas Edukasi Prabumulih dikenal hingga tingkat nasional, dengan kunjungan dari Wakil Kementerian Pertanian dan undangan untuk memaparkan konsepnya di acara nasional. Omset usahanya mencapai Rp 100-200 juta per bulan, menjadi bukti keberhasilan konsep yang digagas.
Namun, Siska tidak berhenti di situ. Dia terus berusaha mengembangkan Agronanas Edukasi Prabumulih agar lebih maju dan dikenal luas.
"Harapan saya adalah masyarakat Prabumulih, terutama para petani, dapat mengadopsi cara tanam modern dan mengolah limbah nanas menjadi produk yang bernilai ekonomi tinggi. Dengan target penanaman 200-300 ribu batang induk baru, saya optimis bahwa masa depan pertanian nanas di Prabumulih akan semakin cerah," tukasnya.
Kisah Siska Antoni dan Agronanas Edukasi Prabumulih adalah contoh nyata bagaimana tekad dan inovasi dapat membawa perubahan positif dalam komunitas. Meskipun banyak hambatan dan tantangan, keberhasilan yang dicapai memberikan harapan dan inspirasi bagi banyak orang. Dengan dukungan yang tepat dan semangat yang terus membara, Agronanas Edukasi Prabumulih akan terus tumbuh dan memberikan manfaat bagi masyarakat Prabumulih dan sekitarnya.
Agronanas Edukasi Prabumulih menjadi contoh sukses dalam mengelola pertanian nanas secara modern dan berkelanjutan. Upaya Siska Antoni untuk meningkatkan nilai ekonomi nanas Prabumulih, serta inovasi produk turunan dari nanas, menunjukkan bahwa dengan dedikasi dan kerja keras, perubahan positif dapat dicapai. Dengan terus mengembangkan SDM, meningkatkan infrastruktur, dan mencari solusi untuk setiap kendala yang dihadapi, Agronanas Edukasi Prabumulih siap untuk menghadapi masa depan yang lebih cerah dan menjadikan Prabumulih sebagai pusat nanas yang dikenal luas hingga mancanegara.
Artikel ini ditulis oleh Achmad Rizqi Setiawan, peserta Program Magang Kampus Merdeka di detikcom.
(dai/dai)