Sumatera Selatan menjadi salah satu daerah rawan kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Tahun 2023 lalu kejadiannya cukup parah dan berlangsung berbulan-bulan. Ada ribuan titik panas (hot spot) di lahan gambut.
Namun Pemprov Sumsel hingga saat ini belum menaikkan status siaga Karhutla, mengingat hampir seluruh wilayah masih mengalami hujan intensitas ringan-lebat. Hal itu karena jumlah hot spot yang terlihat baru mencapai belasan titik.
"Kondisi Sumsel berbeda dengan Riau yang sudah menaikkan statusnya menjadi siaga. Daerah pesisirnya sudah jarang hujan meskipun di wilayah lain masih ada (hujan). Sumsel ini berbeda, saat ini masih turun hujan di hampir seluruh wilayah," ujar Kepala Badan Pelaksana BPBD Sumsel, M Iqbal Alisyahbana, Rabu (19/3/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, ada 2 fase Karhutla yang terjadi di Riau. Yakni pada Maret atau April lalu pada Agustus-Oktober. Sehingga, antisipasi Pemda setempat dilakukan lebih awal dibanding daerah lain.
Untuk menaikkan status siaga, dijelaskan Iqbal, setidaknya harus ada 2 daerah yang telah terjadi Karhutla. Indikator lain, BMKG sudah menyampaikan laporan jika musim kemarau telah tiba sehingga bisa berdampak pada Karhutla.
"Saat ini belum, masih ada hujan di Sumsel. Meski begitu, kesiap siagaan penanganan Karhutla harus selalu kita lakukan agar bisa diantisipasi lebih dini dan cepat," katanya.
Melihat data di aplikasi Songket, jumlah titik panas di Sumsel baru ada 14 titik. Hot spot terjadi di lahan non gambut, bukan di wilayah gambut. Terbanyak ada di Muara Enim dengan 7 titik, OKU Selatan dan Lahat 2 titik serta di Muratara dan Empat Lawang 1 titik.
(dai/dai)