Permintaan Batu Bara Naik, Sumsel Optimistis Produksi Capai 100 Juta Ton

Sumatera Selatan

Permintaan Batu Bara Naik, Sumsel Optimistis Produksi Capai 100 Juta Ton

Reiza Pahlevi - detikSumbagsel
Jumat, 22 Des 2023 21:31 WIB
Kapal tongkang pengangkut batu bara melintas di Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan, Kamis (27/7/2023). Kementerian Keuangan mencatat realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sektor mineral dan batu bara atau minerba meningkat sebesar 94,7 persen dari Rp40,2 triliun pada semester I 2022 meningkat menjadi Rp78,3 triliun pada semester I 2023 yang disebabkan oleh penyesuaian tarif iuran produksi atau royalti batu bara. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/foc.
Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
Palembang -

Produksi batu bara di Sumatera Selatan (Sumsel) pada tahun ini telah mencapai angka tertinggi. Hingga November 2023 saja, capaian produksinya sudah mencapai 94 juta ton. Angka tersebut telah melampaui produksi 2022 sebesar 90 juta ton.

"Tahun 2022 lalu kita mencatat produksi batu bara 90 juta ton, sementara pada tahun berjalan 2023 hingga November sudah 94 juta ton atau hampir mencapai 100 juta ton. Mudah-mudahan 6 juta ton lagi bisa dicapai Desember ini sehingga produksi tahun ini menjadi paling tinggi sepanjang sejarah pertambangan di Sumsel, " ujar Kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Sumsel, Hendriansyah, Jumat (22/12/2023).

Target produksi batu bara Sumsel tahun ini disebutnya 100 juta ton. Hal itu sesuai dengan tren peningkatan dan permintaan batu bara yang ada.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia mengungkapkan, dari jumlah produksi 94 juta ton itu, terbanyak dieksplorasi oleh PT Bukit Asam yang hampir mencapai 50%, kemudian PT BAU, PT MAS dan lainnya.

"Terbanyak memang di Lahat dan Muara Enim, kemudian di Muratara dan Muba," tambahnya.

ADVERTISEMENT

Dari jumlah itu, ekspor yang dilakukan Sumsel mencapai 30 persen, atau sekitar 30 juta ton ke berbagai negara. Ia menilai, industri pertambangan merupakan salah satu penyumbang ekspor terbesar. Pada tahun lalu, nilai ekspornya mencapai USD 3.381 juta.

"Nilai ekspor kita selalu meningkat tiap tahun, 2022 lalu tercatat nilai ekspor dari pertambangan sebesar USD 3.381 juta, " ungkap Hendriansyah.

Ia menyebut, sumber daya batu bara di Sumsel masih sangat besar. Dari data Badan Geologi Kementerian ESDM 2021, sumber dayanya mencapai 33,94 miliar ton atau 36,86% secara nasional sebanyak 92,07 miliar ton.

"Untuk cadangan batu bara Sumsel mencapai 8,54 miliar ton atau 33,07% nasional yang mencapai 25, 82 miliar ton, " jelasnya.

Menurutnya, eksplorasi dan produksi di Sumsel kejar-kejaran dengan Kalimantan Timur (Kaltim). Namun, dari jumlah angkutan dan banyaknya produksi, Sumsel masih tertinggal dari Kaltim.

"Soal produksi kita masih tertinggal dengan Kaltim, " tambahnya.

Ia menjelaskan, pertambangan tanpa izin (Peti) juga terus dilakukan upaya penutupan bekerja sama dengan aparat kepolisian. Ia menilai, banyak dampak buruk yang ditimbulkan dari kegiatan Peti tersebut, tak hanya soal lingkungan tapi juga menyangkut kerugian negara.

"Peti ini merupakan penambangan ilegal, akan terus kita upayakan ditertibkan. Soal berapa jumlahnya ada di kepolisian, namun sepanjang tahun ini polisi sangat aktif dalam melakukan penegakan hukum. Peti ini tidak memberikan kontribusi bagi negara, juga mereka tak memiliki kewajiban untuk mereklamasi lahan, sehingga apa yang mereka kerjakan akan merusak lingkungan, " tukasnya.




(dai/dai)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads