Guru sekaligus Kepala Madrasah di Merangin, Jambi, berinisial S dilaporkan ke polisi usai diduga mencabuli siswinya. Total ada 19 siswi yang diduga dicabuli terduga pelaku.
Aksi dugaan pencabulan ini dilaporkan ke Polres Merangin, setelah salah satu korban mengadu orang tuanya. Korban rata-rata siswi berusia 10-13 tahun di salah satu madrasah di Desa Talang Tembago, Kecamatan Jangkat Timur, Kabupaten Merangin.
J, salah satu orang tua korban berinisial S, mengaku saat ini sudah ada 6 korban yang berani melapor. Korban lainnya dikabarkan akan menyusul untuk melapor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalai sekarang 6 orang telah melapor ke Polres Merangin, sementara sebagian akan menyusul melapor akan ada 3 atau 5 orang. Kalau dihitung ada 19 korban," kata J, Jumat (7/11/2025).
Mirisnya, kata J, beberapa korban lain justru cucu dari saudara kandung S. Korban dari pihak keluarga S masih menutup diri dan enggan melapor.
"Korban lain itu ada cucunya sendiri, tapi nggak berani melapor," ujarnya.
J menyebut aksi pencabulan itu dilakukan saat siswa akan pulang sekolah. S meminta agar murid laki-laki pulang lebih awal meninggalkan kelas. Sementara untuk murid perempuan diminta bertahan di dalam kelas.
"Anak cerita, modusnya itu korban dia suruh menghapus papan tulis, mengoreksi tugas. Saat itulah, dia meraba bagian-bagian sensitif korban," ujar J.
Untuk merayu para korban, kata J, S mengajak korban menonton video di media sosial melalui ponsel pintarnya. Saat itulah, S diduga melakukan aksi bejatnya.
"Kalau keterangan korban, mereka cuman diajak nonton video di TikTok, YouTube di meja dia, tapi belum jelas video apa yang ditonton," ungkap J.
Aksi pencabulan ini terungkap saat dua orang korban pulang ke rumah dengan menangis. Korban mengadu ke orang tuanya bahwa dirinya baru saja dicabuli.
"Ada korban nangis ke orang tuanya, bilang 'jangan marah ya' terus dijawab orangtuanya 'gak akan marah, ada apa', barulah dia cerita bahwa ada guru yang kanji (cabul)," kata J.
Dari 2 korban itu akhirnya ada pengakuan 4 korban lainnya. Selanjutnya, kasus itu pun dibawa ke sidang adat desa.
Selanjutnya, hal itu titik awal terungkapnya korban lain. Para korban saling terbuka dan membongkar korban-korban lainnya. Korban yang berani bicara, membuka siapa saja yang pernah dilihat secara langsung dicabuli oleh S.
"Akhirnya, korban saling buka siapa saja korbannya. Korban pertama bilang 'si A pernah saya lihat dicabulin' jadi terbongkar semuanya," terang J.
Berdasarkan keterangan itu, J akhirnya menanyai anaknya yang disebut pernah jadi korban. J mengaku anaknya S pernah dilecehkan pada 2024 sebanyak dua kali.
J mengaku bahwa, anaknya mengadu bahwa ada guru yang cabul. Namun, awalnya J tak percaya, karena tampang S yang terlihat agamis dan baik.
"Dulu, lama sekali anak saya memang pernah ngadu, ada guru kanji (cabul), tapi gak terlalu saya tanggapin, karena pelaku ini tampangnya baik sekali, sehingga anak saya tidak bicara lagi," sambungnya.
Kasus ini dilaporkan ke Polres Merangin pada 12 Oktober 2025. Sudah hampir sebulan berjalan, J mengaku kasus ini masih jala di tempat. Dia berharap pihak kepolisian segera mengusut tuntas kasus ini.
"Harapan kami cepat diproses dan anak kami mendapat keadilan," ungkap J.
Kasat Reskrim Polres Merangin Iptu Eka Putra Yuliesman Koto saat dikonfirmasi belum merespons terkait perkembangan kasus ini, baik dari sambungan telepon dan pesan singkat.
(csb/csb)











































