11 Warga Sipil Tewas Dibantai KKB Papua, Proses Evakuasi Sulit

11 Warga Sipil Tewas Dibantai KKB Papua, Proses Evakuasi Sulit

Paulus Pulo - detikSumbagsel
Kamis, 10 Apr 2025 13:30 WIB
Ilustrasi: pembunuhan, mayat, bunuh diri, garis polisi, police line
Foto: Ilustrasi (Thinkstock)
Papua Pegunungan -

Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua melakukan penyerangan di area pendulang Lokasi 22 dan Muara Kum, Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Papua Pegunungan. Dalam penyerangan yang dilakukan 2 hari yakni 6-7 April 2025 tercatat ada 11 orang meninggal dunia.

Dilansir detikSulsel, dari 11 korban meninggal dunia, enam di antaranya telah diidentifikasi, yakni Aidil, Sahruddin, Ipar Stenli, Wawan, Feri, dan Bungsu. Sementara lima lainnya masih dalam proses identifikasi.

"Berdasarkan informasi yang diterima, korban pembunuhan mengalami luka bacok, tembakan, serta luka akibat panah," ungkap kata Kaops Damai Cartenz 2025 Brigjen Faizal Ramadhani dalam keterangannya, Rabu (9/4).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, 8 pendulang emas turut dilaporkan hilang dan 2 orang disandera para pelaku. Sebanyak 35 orang lainnya mengungsi di Kampung Mabul, Idstrik Koroway, Kabupaten Asmat.

"8 orang lainnya dilaporkan terpisah dari rombongan dan belum diketahui keberadaannya. Sementara dua warga sipil lainnya, yakni Tuan Dusun yang bernama Dani dan istrinya bernama Gebi, diduga masih disandera oleh kelompok KKB," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Kasatgas Humas Ops Damai Cartenz 2025 Kombes Yusuf Sutejo mengatakan sebanyak 11 pekerja emas yang menjadi korban pembantaian KKB Papua itu belum dievakuasi. Proses evakuasi korban terhambat karena masih menguasai tempat kejadian perkara (TKP) penyerangan.

"Masih proses (evakuasi) menuju lokasi karena medan sangat berat. KKB juga masih menguasai lokasi 11 korban meninggal," kata Kasatgas Humas Ops Damai Cartenz 2025 Kombes Yusuf Sutejo kepada detikcom, Kamis (10/4/2025).

Yusuf mengatakan akses darat menuju lokasi membutuhkan waktu. Pihaknya mempertimbangkan proses evakuasi melalui jalur udara.

"Akses transportasi darat bisa digunakan hanya butuh waktu dua sampe 3 hari. Salah satu alternatif hanya melalui udara. Selain itu juga cuaca," kata Yusuf.

Yusuf mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak menyebarkan informasi yang belum terverifikasi. Pihaknya meminta warga tidak terprovokasi isu hoaks.

"Mari jaga stabilitas keamanan bersama. Informasi resmi akan terus kami sampaikan secara berkala berdasarkan data valid dan proses penyelidikan di lapangan," paparnya.




(dai/dai)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads