Pembunuhan sadis yang menimpa Farkhan Marozi (47) ternyata disaksikan istri dan anak korban. Komplotan pelaku mengancam keluarga korban untuk bungkam.
Peristiwa pembunuhan terjadi pada Selasa (8/12) lalu di dekat rumah korban di Kampung Barongmanempa, Bulukumba. Pembunuhan ini baru terungkap dua bulan kemudian usai istri korban lapor polisi.
Pembunuhan ini bermula saat para pelaku berjumlah 6 orang mendatangi korban di halaman rumahnya. Pelaku dan korban kemudian cekcok masalah utang piutang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mungkin karena ketidaksesuaian dengan perjanjian akhirnya terjadinya cekcok itu," ujar Kasat Reskrim Bulukumba AKP Aris Satrio kepada detikSulsel, Senin (9/12/2024).
Menurut Aris, cekcok tersebut sempat disaksikan oleh istri dan anak korban yang berusia 18 tahun. Korban selanjutnya dianiaya pakai balok saat pertengkaran kian alot.
"Saat korban dan pelaku cekcok, istri sama anak menyaksikan, kan tempat kejadiannya kurang lebih 200 meter dari rumah korban. Sampai adanya pemukulan sampai meninggal dunia," katanya.
Setelah menghabisi nyawa korban, para pelaku selanjutnya menggali lubang untuk menyembunyikan mayat korban. Dia mengatakan lubang tersebut hanya berjarak sekitar 300 meter dari rumah korban.
"Ada 3 orang yang bunuh (eksekutor), 3 orang lagi dia membantu memasukkan jenazah ke dalam lubang itu," sambungnya.
Menurut Aris, pembunuhan itu terungkap setelah 2 bulan kemudian. Hal ini karena pelaku mengancam istri dan anak korban untuk tidak buka mulut.
"Mereka diancam pelaku, jangan lapor, selama 2 bulan itu mereka takut (buka suara)," ujarnya.
Istri korban yang sudah tidak tahan akhirnya melapor ke polisi. Tim penyidik yang menerima laporan kejadian akhirnya turun tangan ke lokasi.
"Istri melapor melalui keluarganya. Ini ada pengekangan (pengancaman) ini Pak, akhirnya polisi ke sana, ada apa, ternyata ada pembunuhan itu," tuturnya.
Warga trauma dan meninggalkan kampung, simak halaman selanjutnya...
Warga Sekampung Minggat
Akibat kejadian itu, warga setempat memilih untuk pergi meninggalkan kampung Borongmanempa di Dusun Ponci, Desa Polewali, Kecamatan Gantarang. Warga eksodus karena trauma.
"Iya, sudah kosong di sana itu. Masyarakat di sana tidak bisa menerima. Karena itu, sadis sekali caranya membunuh. Iya, (warga) trauma," ujar Kepala Desa Polewali, Ambo Cenning kepada detikSulsel, Senin (23/12).
Ambo Cenning mengungkapkan, kampung tersebut adalah kampung transmigrasi yang ditempati warga asal Pulau Jawa. Warga setempat awalnya membeli sebuah kebun kemudian dijadikan permukiman.
"Borongmanempa nama kampungnya itu, dusunnya Dusun Ponci. Transmigrasi semua itu. Di Dusun Ponci itu memang ada kampung Jawa di situ. Ada lokasi di situ satu kebun dibeli," katanya.
Ambo Cenning menerangkan, kampung tersebut mulai ditempati warga sekitar 10 tahun silam. Menurutnya, awalnya ada sekitar 20 kepala keluarga (KK) yang menetap.
Menurut Ambo Cenning, sebagian warga memilih pindah ke daerah lain di Bulukumba. Sementara, sebagian lainnya hanya berpindah kampung yang masih berada di Desa Polewali.
"Ada juga yang tinggal di Bulukumba, tapi pindah di Desa Polewali. Ada di kota," bebernya.
Simak Video "Video Tampang Kelik, Pemerkosa-Pembunuh Wanita di Lampung saat Curi Motor"
[Gambas:Video 20detik]
(mud/mud)