Pemilik Nang's Homestay mengungkap pemuda difabel tanpa tangan di Mataram, IWAS (22), kerap membawa perempuan berbeda-beda ke homestay tersebut. Para perempuan diduga dilecehkan IWAS di sana.
Shinta sang pemilik homestay mengaku sering melihat IWAS membawa perempuan dengan ciri-ciri yang kurang lebih sama. Yakni masih kelihatan polos dan berjilbab.
"Sering, berganti-ganti. Kalau saya lihat juga, mohon maaf ya, bukan seperti PSK, bukan. Rata-rata pakai jilbab, kelihatan masih polos," tuturnya, Selasa (3/12/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para perempuan itu, kata Shinta, dibawa IWAS ke dalam kamar. Kemudian saat mereka keluar, para perempuan tersebut biasanya kelihatan panik bahkan menangis.
"Yang bikin kami curiga itu kadang (perempuan) yang keluar dari kamar itu panik, terus ada yang nangis, ada yang lari terus minta tolong. Masih ada saksi di sini. Dia cerita ke kamar sebelah 'Saya disuruh buka celananya. Saya takut katanya," ujar Shinta.
Namun, Shinta selaku pemilik homestay mengaku tak bisa serta merta melapor ke polisi. Sebagai penyedia jasa, pihaknya hanya mengelola homestay itu.
"Saya kan nggak bisa laporkan yang begini, harus dari korban dulu. Kami hanya penyedia jasa," jelasnya.
Nang's Homestay telah beroperasi sejak 2003. Terdapat 15 kamar dengan tarif bervariasi antara Rp 80 ribu hingga Rp 150 ribu. Shinta mengaku setelah kasus IWAS mencuat, tidak ada perubahan berarti pada homestay-nya. Jumlah kunjungan tetap seperti biasa.
"Nggak berpengaruh, biasa aja (kunjungan)," bebernya.
Sebelumnya diberitakan, jumlah korban pelecehan seksual oleh IWAS (22), pria difabel tanpa tangan di Mataram, bertambah. Selain mahasiswi inisial MA, ada dua mahasiswi lain yang juga telah diperiksa.
"Seluruhnya mahasiswi di perguruan tinggi yang berada di Mataram telah hadir memberikan keterangan dan dituangkan dalam berita acara pemeriksaan (BAP) sebagai saksi," jelas pendamping dari Koalisi Anti Kekerasan Seksual NTB, Rusdin, Senin (2/12/2024).
Bahkan menurut Komisi Disabilitas Daerah (KDD) NTB, ada pula korban yang masih tergolong anak di bawah umur. Informasi ini tengah didalami penyidik.
"Kami saat ini juga menerima ada tiga lagi yang diduga korban dan tiga ini adalah anak-anak. Kami masih dalami, karena ini informasinya dari masyarakat. Sehingga dugaan yang tadi disampaikan kemungkinan besar korbannya akan ada penambahan," jelas Ketua KDD NTB Joko Jumadi.
(des/des)