Anak Diduga Jadi Korban TPPO di Kamboja, Ortu di OI Ngadu ke Jokowi-Prabowo

Sumatera Selatan

Anak Diduga Jadi Korban TPPO di Kamboja, Ortu di OI Ngadu ke Jokowi-Prabowo

Welly Jasrial Tanjung - detikSumbagsel
Selasa, 18 Jun 2024 08:31 WIB
Sekelompok orang tua mengadu ke Jokowi hingga Prabowo tentang anak-anak mereka yang diduga jadi korban TPPO.
Sejumlah ortu mengadu ke Jokowi-Prabowo soal anak jadi korban TPPO. Foto: Dok. Istimewa
Ogan Ilir -

Viral di media sosial sekelompok warga di Ogan Ilir (OI), Sumatera Selatan mengadu kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi). Mereka mengadukan nasib anaknya yang diduga menjadi korban perdagangan orang di Kamboja.

Dalam video yang beredar sekelompok warga yang terdiri dari laki-laki dan perempuan mengaku orang tua korban perdagangan orang.

"Kepada Bapak Presiden dan staf ahlinya dan juga Bapak Prabowo tolong bantu kami bapak anak kami diduga diperjualbelikan oleh PT yang tidak bertanggung jawab di negara Kamboja," kata seorang pria dalam video tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, anak mereka mendapat siksaan dan intimidasi. Bahkan saat mereka sakit juga diwajibkan bekerja. Jika izin sakit atau libur, maka akan dikenakan denda USD 100.

"Anak kami sudah tidak tahan mendapatkan siksaan dan intimidasi mulai dari siksaan fisik dan denda apabila anak kami tidak bekerja satu hari akan di denda USD 100. Jadi walau sakit mereka sakit pun dipaksa bekerja kalau tidak bekerja harus bayar denda atau siksaan yang diterima," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Sambil menangis, sejumlah orang tua ini pun berharap pertolongan dari Presiden Jokowi agar anak-anak mereka dapat pulang kembali.

"Tolong bantu kami, Bapak. Bantu kami, Pak Presiden. Pulangkan anak kami," kata mereka sambil menangis.

Sementara itu, Camat Tanjung Raja Yus Apriadi mengatakan belum menerima laporan namun ia sudah menghubungi kelurahan. Menurut Yus, mereka yang bekerja di Kamboja itu ilegal.

"Mereka itu ilegal, Lurah sudah saya minta untuk mendata orang-orang yang diduga menjadi korban perdagangan orang. Namun sampai sekarang sekolompok orang tersebut belum mengumpulkan data," ujarnya.

Menurutnya, mereka yang pergi ke Kamboja ini diduga ikut orang yang di kampung mereka yang bekerja di Kamboja.

"Mungkin melihat orang itu sukses disana jadi ingin ikut bekerja tapi caranya ilegal," katanya.




(des/des)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads