Mahasiswa yang menjadi korban ferienjob di Jerman mengaku tertarik karena ditawarkan gaji hingga Rp 30 juta. Namun, korban mengaku pada praktiknya dia hanya menerima penghasilan bersih Rp 1 juta.
Hal itu diungkapkan salah seorang mahasiswa Universitas Jambi (Unja), RM (22). Menurut RM, banyak potongan yang diterima. Mulai dari biaya perjalanan, akomodasi, hingga biaya untuk perusahaan yang memberangkatkannya.
"Mungkin iya saya bisa dapat Rp 30 juta. Tapi untuk biaya pemotongan dan biaya taksi dari gaji saja ada yang tidak tertutup. Karena biaya taksi di sana cukup mahal," kata RM kepada detikSumbagsel, Rabu (27/3/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama mengikuti program ferienjob di Jerman, RM mengaku sudah 9 kali berpindah akomodasi di berbagai kota. Dia juga melakoni berbagai pekerjaan yang tidak linier dengan pendidikannya, Ilmu Pemerintahan.
RM sempat bekerja sebagai kuli antar paket di Kota Kaiserlautern. Kemudian dia di-PHK sepihak dan sempat luntang-lantung. Brisk United yang menjadi agen penyalur dan penampung kemudian memberi pekerjaan sebagai penyortir buah di Kota Hannover hingga kuli bangunan.
"Saya diminta ikut ke apartemen pribadi akan melakukan renovasi saya disuruh seperti kuli bangunan membantu mengorek cat dan wallpaper foam. Ini jelas tidak ada kontrak kerja untuk pekerjaan ini," tuturnya.
RM dan puluhan mahasiswa Unja lainnya merasa ditipu. Dia pun mendesak agar pihak kampus menyampaikan permintaan maaf secara terbuka.
"Ini sudah kelalaian. Sehingga kami meminta semua kampus termasuk Unja yang mengikuti ferienjob ini meminta maaf secara terbuka kepada publik karena mereka telah lalai memfilter program yang akhirnya ini menjadi sindikat TPPO," tegasnya.
(des/des)