Konflik antara Herman alias Manda (47) dan besannya, Masuri (54) sudah terjadi sejak keduanya belum menjadi keluarga atau besanan. Hubungan tidak baik disebabkan oleh pernikahan anak mereka yang belum memasuki usia yang pas untuk menikah.
RA anak Masuri saat ingin menikah berusia 15 tahun, sementara R, anak dari Manda masih berusia 14 tahun.
Camat Muara Beliti Supriadi mengatakan, permasalahan cinta keduanya menjadi awal permasalahan hingga akhirnya Manda meninggal dibunuh besannya sendiri di kediamannya, Sabtu (23/12/2023) lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Awalnya RA dan R berpacaran, tidak tahu kenapa tiba-tiba RA mengajak menikah. R kemudian memberitahu orang tuanya, kemudian pihak R menemui RA. Singkat cerita, akhirnya kedua keluarga sepakat berunding untuk menikahkan RA dan R," ujarnya.
Ketika sudah sepakat dan mendapat persetujuan untuk menikah, permasalahan berlanjut pada uang seserahan dan mahar. Pihak perempuan meminta uang Rp 10 juta dan emas dengan berat tertentu.
"Tapi, pihak keluarga laki-laki tidak bisa memenuhinya. Saat itu saya ikut juga dalam perundingan itu," jelasnya.
Saat perundingan kedua keluarga itu, Supriadi yang hadir ikut menegaskan apakah pernikahan itu karena R hamil. Namun, R membantah jika dirinya berbadan dua.
"Sudah saya tanya betul-betul waktu apakah R hamil, dia menjawab tidak. Alasan R karena memang sudah cinta," jelasnya.
Kemudian, perundingan berikutnya ia tidak hadir karena hanya sebatas kedua keluarga, tiba-tiba sepakat menikahkan RA dan R dalam beberapa bulan ke depan. Dirinya juga tidak mengetahui berapa nilai uang dan emas yang diserahkan kepada pihak keluarga perempuan.
Karena keduanya menikah di bawah umur, harus ada proses persidangan yang harus dilakukan. Hal itu pun seharusnya diurus RA, namun ternyata tidak dilakukan.
"Akhirnya mereka hanya menikah siri, di bawah tangan. Meski sepakat, pihak keluarga laki-laki saat pernikahan tidak hadir dalam hajatan yang dilakukan. Permasalahan apalagi saya juga kurang paham. Soal berapa uang dan emas yang diberikan kita juga tidak tahu," jelas Supriadi yang ketika hajatan digelar juga menjadi panitia.
Menurutnya, perkelahian yang terjadi antara almarhum dengan RA disebutnya menjadi puncak kekesalan Manda. Sebab, Manda yang dikenalnya penyabar seketika emosi dan menusuk RA dengan pisau. Hal itu terjadi ketika RA membawa anaknya yang belum 40 hari atau baru berusia 6 hari keluar rumah untuk menunjukkannya kepada orang tuanya.
"Tradisi di tempat kita belum boleh bayi belum 40 hari keluar," ujarnya.
Karena perkelahian dan penusukan itu, RA melaporkan kepada Ibunya. Sang Ibu, kemudian memberitahukan kepada suaminya Masuri yang sedang berjualan.
Masuri yang emosi anaknya ditusuk, langsung mendatangi kediaman Manda. Tanpa pikir panjang, Masuri menusuk Manda pada bagian leher dan perut hingga ususnya terburai.
(csb/csb)