Kematian Redho Tri Agustian (20), mahasiswa asal Pangkalpinang di Sleman, Jogjakarta terus diusut. Kini telah memasuki pekan ketiga. Fakta-fakta terbaru masih bermunculan seiring proses pendalaman oleh polisi maupun pihak kampus.
Terbaru, pihak kampus yakni Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) mengungkap bahwa mahasiswa Fakultas Hukum itu tengah melakukan penelitian yang cukup berisiko. Mereka juga menjawab terkait kabar miring yang muncul terkait almarhum.
1. Penelitian soal Kelompok LGBT
Wakil Rektor V Bidang Kerja Sama dan Internasional UMY Prof Achmad Nurmandi menjelaskan, Redho Tri Agustian tengah melakukan penelitian sebelum tewas. Penelitian itu terkait kelompok LBGT dan kelompok tak biasa di Jogja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"(Judul penelitian) Ya kelompok-kelompok unik di Jogja itu. Kelompok-kelompok LGBT, kelompok radikal," ungkap Nurmandi seperti dikutip oleh detikJogja pada Kamis (27/7/2023).
2. Biaya Penelitian dari Dana Hibah Ditjen Dikti
Redho diketahui merupakan mahasiswa semester 4 Fakultas Hukum UMY. Meski belum menjadi mahasiswa semester akhir, dia sudah melakukan penelitian. Rupanya penelitian itu merupakan bagian dari program dana hibah yang ia dapatkan.
Nurmandi menjelaskan, Redho merupakan salah satu penerima dana hibah penelitian yang adalah program Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kemendikbudristek tahun 2023. Namun, Nurmandi mengaku tak tahu alasan Redho memilih topik penelitian LGBT tersebut.
3. Sudah Berlangsung 3 Bulan
Penelitian itu, lanjut Nurmandi, diketahui sudah berjalan selama beberapa bulan. Namun, ia juga tak mengetahui persis sampai mana proses penelitian secara pasti. Ia hanya memperkirakan bahwa Redho sudah mendapatkan sejumlah responden atau informan dengan cara masuk ke komunitas terkait.
"Yang kita tahu itu kan sudah 3 bulan dia meneliti itu. Cuma kan masuk kelompok itu susah," terang Nurmandi.
4. Pelaku Diduga Kuat Responden Redho
Berangkat dari penelitian itu, Nurmandi pun menduga bahwa kedua pelaku, W (29) dan RD (38) merupakan responden Redho. Mereka diduga bertemu untuk kebutuhan penelitian mahasiswa asal Pangkalpinang tersebut.
"Jadi memang sedang meneliti. Namanya meneliti kan orang harus mencari informasi. Iya, indikasi kan sementara ini ya seperti itu (pelaku adalah responden, Red)," ungkap Nurmandi.
5. Informasi Lain di Laptop Redho
Pihak kampus pun berencana untuk turut mendalami keterkaitan antara penelitian Redho dengan kasus kematiannya hingga berujung mutilasi. Karena itu, mereka membutuhkan informasi penting yang ada di dalam laptop Redho.
"Nanti kita kan sedang cari, mendalami, dia sudah masuk ke berapa informan segala macam. Karena laptopnya masih di Polda DIY, jadi kita belum tahu (apa yang dilakukan Redho)," paparnya.
6. Aktivitas Tak Wajar yang Masih Jadi Misteri
Salah satu sorotan dalam kasus kematian Redho adalah penyebabnya, yakni aktivitas tak wajar yang disampaikan Polda DIY. Hingga kini, tidak dijelaskan apa aktivitas kekerasan tak wajar yang dimaksud.
Hal itu pun memunculkan berbagai spekulasi miring, khususnya terhadap korban. Namun, Nurmandi menegaskan bahwa anggapan itu hanya datang dari pelaku.
"Jadi yang tidak wajar itu begitu, karena ini informasi hanya dari pelaku. Korbannya sudah meninggal, sehingga kita mencari informasi apa yang dia lakukan (aktivitas tak wajar) termasuk riset," lanjutnya.
7. Bantahan Keluarga soal Kelompok 'Tak Wajar'
Sementara itu dari kampung halaman Redho di Pangkalpinang, keluarga membantah tegas soal isu miring tersebut. Mereka pun berharap tidak ada lagi spekulasi semacam itu terhadap korban yang sudah meninggal.
"Nggak ada itu (masuk kelompok tak wajar). Itu hanya untuk meringankan pelaku saja. Kalau kita nggak percaya, karena kita tahu ponakan kita, anak itu seperti apa," ungkap Majid, paman Redho, kepada detikSumbagsel beberapa waktu lalu.
(des/nkm)