Maraknya aksi pemalakan di Jalan Lintas Sumatera membuat resah para sopir truk yang melintas setiap harinya. Mereka berharap adanya polisi bersiaga di kawasan tersebut.
Baru-baru ini polisi menangkap 9 pelaku pemalakan di jalan lintas tengah Sumatera, Palembang yang viral dan meresahkan pengendara. Satu di antaranya, ketua genk pemalak, Doni Siregar (28), lebih dulu ditangkap hingga ditetapkan tersangka.
Atas tertangkap para pelaku yang kerap beraksi di Jalinsum wilayah hukum Polsek Sukarami Palembang itu, polisi meminta para korban untuk segera melapor secara resmi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Iya, kita minta para sopir yang merasa pernah menjadi korban agar dapat segera melaporkan," kata Kasat Reskrim Polrestabes Palembang AKBP Haris Dinzah, Rabu (5/7/2023).
Kapolsek Sukarami Kompol Ikang juga meminta para korban untuk tidak memviralkan saja, melainkan membuat laporan agar para pelaku dapat diproses sesuai ketentuan hukum berlaku.
"Kepada para korban khusus masyarakat di wilayah Sukarami, apabila ada kerugian yang dilakukan oleh para pelaku tersebut agar segera melaporkan kepada kami, biar kami tindaklanjuti," kata Kompol Ikang, terpisah.
Ikang mengakui karena korban tidak melapor, para pelaku selalu lepas usai berulang kali ditangkap. Namun, kali ini langkah ketua genk, Doni, yang mengkoordinir para pemalak itu berakhir dan diproses hukum hingga jadi tersangka karena dia juga terlibat kasus pencurian dengan pemberian, mencuri hp di warung kopi dekat lokasi pemalakan.
"Kita juga tidak menyalahkan para sopir malas melapor karena rata-rata mereka berasal dari luar daerah. Tapi jita berharap ke depan agar para korban bisa melapor agar dapat kita tindaklanjuti," ungkapnya.
Salah satu sopir lintas warga Banyuasin, Banu Indra mengaku sulit bagi para sopir untuk melapor karena kebanyakan sopir lintas itu kebanyakan dikejar waktu, apalagi membawa logistik maupun buah-buahan dan sayuran yang rentan membusuk.
"Iya susah kalau harus langsung lapor, karena kami di jalan ini kan di kejar waktu. Mana mungkin kalau mau lapor dulu, bisa-bisa barang yang dibawa seperti buah sayur busuk duluan kan," kata Banu kepada detikSumbagsel.
Banu berharap aparat di Palembang dapat membuat pos jaga di lokasi rawan pemalakan. Tak hanya dibangun, diharapkan juga pos tersebut dapat dijaga petugas selama 24 jam.
"Jika sudah ada pos dan dijaga selama 25 jam saya yakin aksi seperti itu pasti tidak ada lagi. Semua sopir juga kalau ditanya mintanya pasti seperti itu. Itu kan jalan lintas penghubung wajar kan kalau ada pos jaga yang dijaga 24 jam," ungkapnya.
Senada dengan Banu, sopir lain bernama Rian juga berharap hal serupa. Menurut Rian terkadang mereka harus mengikhlaskan uang jalan mereka Rp 2,000-10,000 dari pada kendaraan mereka dirusak para pemalak tersebut.
"Ya bagaimana kan emang nggak ada posnya, nggak ada juga yang jaga, bagaimana mau aman coba? Kalau Rp 2,000-10,000 itu seperti jajan saja kami ngasih mereka-merak itu, uang jalan kami berkurang, ya mau gimana lagi dari pada mobil dirusak, kantor tempat kami kerja mana mau tahu kalau mobil dirusak pemalak, lapor-lapor doang kerusakan diganti juga nggak kan masih kami sendiri yang dibikin pusing," ujar Rian.
(mud/mud)