5 Motif Songket Palembang Jarang Dibahas, Ketahui Jenis-Makna Tersembunyi

5 Motif Songket Palembang Jarang Dibahas, Ketahui Jenis-Makna Tersembunyi

Rhessya Putri Wulandari Tri Maris - detikSumbagsel
Kamis, 18 Des 2025 10:30 WIB
5 Motif Songket Palembang Jarang Dibahas, Ketahui Jenis-Makna Tersembunyi
Ilustrasi songket Palembang. (Foto: Amir Yusuf/detikcom)
Palembang -

Songket merupakan kain tenun tradisional yang dibuat menggunakan benang emas atau perak dan menjadi salah satu peninggalan bersejarah dari Kerajaan Sriwijaya. Ada motif songket Palembang yang mempunyai makna khusus tetapi jarang dibahas.

Pada masa silam, kain songket hanya digunakan oleh kalangan bangsawan karena melambangkan kemegahan, status sosial tinggi, serta kejayaan. Seiring perkembangan zaman, kain khas Palembang ini telah diperjualbelikan secara bebas dan digunakan dalam berbagai acara penting, seperti pernikahan dan kegiatan resmi lainnya.

Setiap tenunan songket memiliki makna tersendiri, baik dari segi motif maupun warnanya. Proses pembuatannya pun membutuhkan keterampilan serta kesabaran yang luar biasa untuk menghasilkan kain songket yang indah dan bernilai tinggi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berdasarkan situs resmi Pemerintah Kota Palembang, kain songket tidak sekadar kain tradisional, melainkan simbol kejayaan peradaban Palembang sejak masa lampau. Pemerintah Kota Palembang menegaskan songket telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas sejarah dan budaya masyarakat setempat.

Penasaran dengan ragam motif dan warna kain songket? Yuk, simak! Berikut detikSumbagsel merangkum makna warna dan motif kain songket yang jarang dibahas.

ADVERTISEMENT

Sejarah Kain Songket

Istilah songket berasal dari gabungan dua kata dalam Bahasa Palembang, yaitu "songsong" yang berarti menenun dan "teket" yang berarti menyulam. Dari kedua kata tersebut, songket dapat diartikan sebagai kain tenun yang dihiasi dengan sulaman benang emas atau perak.

Kain ini telah dikenal sejak masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya, tepatnya pada abad ke-7 hingga abad ke-13, dan menjadi salah satu simbol kemakmuran serta kebesaran kerajaan maritim tersebut.

Pada masa itu, songket berkembang pesat di wilayah Palembang dan sekitarnya. Keberadaan songket tidak terlepas dari posisi strategis Sriwijaya sebagai pusat perdagangan internasional yang ramai dikunjungi pedagang dari berbagai negara, seperti India, Tiongkok, dan Timur Tengah.

Interaksi budaya inilah yang turut mempengaruhi perkembangan motif, teknik tenun, serta penggunaan benang emas dan perak pada kain songket. Dalam kehidupan masyarakat Palembang tempo dulu, songket bukan sekadar kain, melainkan memiliki nilai filosofis dan simbolis yang tinggi.

Kain ini biasanya dikenakan oleh keluarga kerajaan dan kaum bangsawan dalam berbagai upacara adat, ritual keagamaan, hingga perayaan penting. Motif-motif yang terdapat pada songket dipercaya mengandung doa, harapan, serta makna kehidupan, seperti kemakmuran, keharmonisan, dan perlindungan.

Sampai detik ini, kain songket Palembang tetap dilestarikan sebagai warisan budaya yang bernilai tinggi. Para pengrajin songket terus mempertahankan teknik tradisional yang diwariskan secara turun-temurun, meski di tengah arus modernisasi.

Songket tidak hanya menjadi identitas budaya masyarakat Palembang, tetapi juga kebanggaan nasional yang sering ditampilkan dalam berbagai ajang budaya, baik di dalam maupun luar negeri.

Ragam Motif Kain Songket

Mengacu pada Jurnal berjudul "Makna Simbolik Motif Naga Besaung pada Kain Songket di Kota Palembang" karya Bagus Riski, motif hias pada kain songket umumnya berbentuk geometris atau hasil stilisasi dari unsur flora dan fauna.

Setiap motif tidak sekadar berfungsi sebagai hiasan, melainkan mengandung makna simbolik yang mencerminkan nilai-nilai kebaikan, harapan, dan filosofi hidup masyarakat Palembang.

Motif-motif seperti bunga cengkeh, bunga tanjung, bunga melati, dan bunga mawar, misalnya, melambangkan kesucian, keanggunan, keberkahan rezeki, serta doa akan kehidupan yang baik.

Di Kota Palembang, terdapat lima motif songket yang paling sering digunakan dan telah menjadi ciri khas, yaitu:

1. Motif Lepus

Motif lepus merupakan salah satu motif songket yang paling mewah dan bernilai tinggi. Ciri utama motif ini adalah penggunaan benang emas yang menyebar hampir di seluruh permukaan kain.

Tidak hanya berfungsi sebagai aksen, benang emas pada songket lepus justru mendominasi tampilan kain, menjadikan warna emas sebagai elemen utama ragam hiasnya.

Kain songket dengan motif lepus biasanya tampak berkilau dan penuh, sehingga melambangkan kemakmuran, kejayaan, dan status sosial yang tinggi. Oleh karena itu, songket lepus kerap dikenakan dalam acara adat penting, seperti pernikahan atau upacara kebesaran, dan dahulu hanya boleh digunakan oleh kalangan bangsawan atau keluarga kerajaan.

2. Motif Berante (Berantai)

Motif berante atau berantai ditandai dengan kembang tengah yang saling berkait dan tersambung satu sama lain, membentuk pola yang tampak tidak terputus. Hubungan antar motif ini dihasilkan melalui penyatuan benang emas yang dirangkai secara berkesinambungan.

Secara filosofis, motif berante melambangkan persatuan, kebersamaan, dan hubungan yang erat antarindividu dalam masyarakat. Motif ini mencerminkan nilai kekeluargaan dan solidaritas yang kuat, yang menjadi salah satu fondasi penting dalam kehidupan sosial masyarakat Palembang.

3. Motif Tabur

Motif tabur memiliki ciri khas berupa bunga-bunga kecil atau kembang tengah yang tampak seolah-olah ditaburkan di atas permukaan kain songket. Letak motifnya tersebar secara merata dengan jarak tertentu, sehingga menciptakan kesan ringan namun tetap harmonis.

Secara makna, motif tabur melambangkan rezeki yang tersebar luas, keberkahan, serta harapan akan kehidupan yang seimbang dan cukup. Motif ini sering digunakan pada songket yang dipakai dalam acara syukuran atau perayaan, karena mengandung doa agar kebaikan dan kemakmuran senantiasa menyertai pemakainya.

4. Motif Pulir

Motif pulir menampilkan rangkaian benang emas yang membentuk pola menyerupai puliran atau lereng. Secara visual, benang emas tampak mengalir, menurun, atau mendaki pada bidang tertentu tempat kembang tengah berada.

Dalam makna leksikal dan simbolik, motif pulir menggambarkan perjalanan hidup manusia yang tidak selalu datar, melainkan penuh dinamika, tantangan, dan proses. Motif ini mengajarkan ketekunan, kesabaran, serta semangat untuk terus bergerak maju meski menghadapi naik turunnya kehidupan.

5. Motif Limar

Motif limar digunakan untuk menamai songket yang memakai jenis benang pakan khusus, serupa dengan pakan tanjung. Secara teknik, proses pembuatannya tidak jauh berbeda dengan menenun songket pada umumnya.

Perbedaannya terletak pada penggunaan benang pakan yang menghasilkan efek warna bergradasi atau berbaur secara halus. Motif limar mencerminkan keindahan dalam kesederhanaan serta keharmonisan antara unsur warna dan motif. Songket limar sering dipandang sebagai simbol keseimbangan, ketenangan, dan kehalusan budi.

Secara keseluruhan, songket Palembang tidak hanya berfungsi sebagai busana tradisional, tetapi juga sebagai media ekspresi budaya yang sarat makna.

Motif dan ragam hiasnya merepresentasikan nilai-nilai kultural yang dapat membangkitkan rasa kebanggaan, identitas, patriotisme, serta persaudaraan, sesuai dengan konteks budaya dan acara tempat songket tersebut digunakan.

Fungsi Kain Songket

1. Upacara Adat dan Ritual tradisional

Kain songket memiliki peran penting dalam berbagai upacara adat masyarakat Palembang. Songket dikenakan sebagai busana utama atau pelengkap pakaian adat dalam ritual-ritual tradisional yang berkaitan dengan siklus kehidupan, seperti kelahiran, peralihan status sosial, hingga acara adat tertentu.

Penggunaan songket dalam upacara adat melambangkan penghormatan terhadap nilai-nilai budaya, adat istiadat, serta warisan leluhur yang telah dijaga secara turun-temurun.

2. Pernikahan Adat Palembang

Dalam pernikahan adat Palembang, songket menjadi elemen yang tidak terpisahkan dari busana pengantin. Baik pengantin pria maupun wanita mengenakan songket dengan motif dan warna tertentu yang sarat makna filosofis, seperti kemuliaan, kesucian, dan harapan akan kehidupan rumah tangga yang harmonis serta sejahtera.

Selain pengantin, anggota keluarga dan kerabat dekat juga kerap mengenakan songket sebagai simbol kebersamaan dan penghormatan terhadap prosesi sakral tersebut.

3. Acara Resmi dan Kegiatan Kenegaraan

Songket sering digunakan dalam acara resmi, baik di lingkungan pemerintahan daerah maupun nasional, seperti pelantikan pejabat, peringatan hari besar, dan upacara kenegaraan.

Dalam konteks ini, songket berfungsi sebagai identitas budaya daerah sekaligus simbol kebanggaan masyarakat Palembang terhadap warisan budayanya. Pemakaian songket pada acara resmi juga menunjukkan upaya pelestarian budaya di ruang publik.

4. Penyambutan Tamu Kehormatan

Dalam tradisi Palembang, songket kerap dikenakan oleh penari, petugas penyambut, atau pembawa tepak sirih saat menyambut tamu kehormatan, baik dari dalam maupun luar daerah.

Penggunaan songket pada momen ini melambangkan penghormatan, kemuliaan, serta sikap ramah dan terbuka dari masyarakat Palembang kepada para tamu yang datang.

5. Pertunjukan Seni dan Budaya

Songket menjadi bagian penting dari kostum dalam berbagai pertunjukan seni tradisional, seperti Tari Gending Sriwijaya, tari Tanggai, dan pertunjukan budaya lainnya.

Keindahan motif serta kilau benang emas pada songket menambah kesan anggun dan megah pada penampilan penari, sekaligus memperkuat pesan budaya yang ingin disampaikan melalui pertunjukan tersebut.

6. Kegiatan Keagamaan dan Acara Sakral

Pada beberapa kegiatan keagamaan atau acara yang bersifat sakral, songket digunakan sebagai busana adat atau pelengkap pakaian tradisional. Penggunaannya mencerminkan kesopanan, khidmat, serta penghormatan terhadap nilai-nilai spiritual yang dianut oleh masyarakat setempat.

7. Busana Formal dan Fashion Modern

Di era modern, songket tidak hanya terbatas pada pakaian adat, tetapi juga diadaptasi menjadi busana formal dan fashion kontemporer. Songket diaplikasikan pada kebaya, gaun, jas, hingga aksesori, yang dikenakan dalam pesta, acara resmi, dan perhelatan budaya.

Hal ini menunjukkan bahwa songket mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman tanpa kehilangan identitas budayanya.

8. Cenderamata, Koleksi, dan Pameran Budaya

Selain digunakan sebagai busana, songket juga dijadikan cenderamata bernilai tinggi, koleksi pribadi, serta objek pameran di museum dan galeri budaya. Keberadaan dalam ruang pamer berfungsi sebagai sarana edukasi bagi generasi muda dan masyarakat luas untuk mengenal sejarah, makna, serta nilai budaya yang terkandung dalam kain songket Palembang.

Nah itulah, informasi terkait motif dan penggunaan kain songket, Semoga bermanfaat!

Artikel ini dibuat oleh Rhessya Putri Wulandari Tri Maris, mahasiswa magang Prima PTKI Kementerian Agama

Halaman 2 dari 3


Simak Video "Tenunan Kain Songket yang Khas, Sumatera barat"
[Gambas:Video 20detik]
(mep/mep)


Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads