Sumatera Selatan

Sejarah Jalur Kereta Api di Lubuklinggau Jadi yang Terakhir di Sumsel

M Rizky Pratama - detikSumbagsel
Selasa, 18 Nov 2025 22:00 WIB
Foto: Lokomotif Tua C3082 (M. Rizky Pratama)
Lubuklinggau -

Selain terkenal dengan koleksi Lokomotif Tua C3082 yang sudah berusia 95 tahun, Kota Lubuklinggau juga memiliki sejarah menarik lainnya terkait kereta api. Salah satunya yakni jalur kereta api di Lubuklinggau menjadi jalur terakhir kereta api di Provinsi Sumatera Selatan.

Pemandu Museum Subkoss Lubuklinggau Berlian Susetyo mengatakan stasiun tersebut pertama kali dibangun pada abad ke 19 oleh Belanda pada masa penjajahannya di Indonesia.

"Tujuan waktu itu mengangkut kekayaan alam di Indonesia. Jadi sebelumnya, pengangkutan kekayaan alam ini masih tradisional yakni menggunakan gerobak yang ditarik hewan pada jalur darat dan kapal roda lambung pada jalur sungai. Karena transportasi jenis ini memakan waktu lama dan jauh, maka pemerintah Belanda pun membangun alat transportasi baru yang lebih efisien yakni kereta api," katanya saat dikonfirmasi detikSumbagsel, Senin (17/11/2025).

Kata Berlian, pembangunan rel kereta api di Sumatera Selatan mulai dilaksanakan pada tahun 1914 dengan rute pertama yakni dari Kertapati (Palembang) menuju Prabumulih sepanjang 78 km. Namun terlebih dahulu telah dibangun jalur kereta api di Pelabuhan Panjang menuju Tanjung Karang, Lampung yang kemudian diteruskan hingga ke Prabumulih dan akhirnya selesai pada tahun 1924.

"Zuid Sumatra Staatsspoorwegen (ZSS) yang merupakan cabang perusahaan dari induk perusahaan kereta api pemerintah Hindia Belanda dibentuk untuk memobilisasi pembangunan jalur-jalur kereta api sebagai moda transportasi darat untuk mengangkut hasil alam Indonesia. Wilayah operasionalnya di Provinsi Sumatera Selatan dan Lampung dimana kantor pusatnya di Bandar Lampung," jelasnya.

Berlian menerangkan Prabumulih merupakan titik persimpangan antara dua pertemuan jalur kereta api dari arah selatan yakni Lampung dan arah barat yakni Muara Enim, Lahat dan Lubuklinggau. Karena itu, jalur kereta api di Sumatera Selatan pun terbagi menjadi 2 wilayah kerja yakni Palembang dan Lampung hingga sekarang.

"Sehingga ketika jalur kereta api sampai di Prabumulih, jalur keduanya diteruskan hingga ke Muara Enim, Lahat, Tebing Tinggi, Muara Saling dan Lubuklinggau sebagai jalur transportasi kereta api daya angkut hasil bumi dan penumpang orang," ungkapnya.

Stasiun kereta api Lubuklinggau tahun 1934 Foto: Dok. Tropenmuseum

Pada tahun 1919, ujarnya, Belanda membuka jalur kereta api khusus dari Tanjung Enim ke Muara Enim guna pengangkutan batu bara yang di bawa menuju Palembang dan Lampung.

"Selanjutnya pembangunan jalur kereta api dari Muara Enim menuju Lahat yang selesai pada 1924. Seharusnya saat itu lalu lintas menggunakan kereta api sudah dapat berlangsung dari Palembang melalui Prabumulih, Muara Enim sampai di Lahat. Namun lokomotif belum tiba di Karesidenan Palembang sehingga saat itu menggunakan Lori," ujarnya.

Selanjutnya, kata dia, jalan kereta api dari Lahat diteruskan menuju Lubuklinggau melalui Tebing Tinggi dikerjakan secara bertahap mulai dari pengerasan badan jalan sampai pemasangan bantalan dan rel.

"Pembangunan pada jalur Lahat ke Tebing Tinggi ini memakan waktu yang sangat lama karena adanya Terowongan Gunung Gajah di Lahat yang selesai dibangun tahun 1929 dan Terowongan Tebing Tinggi pada tahun 1932," ungkapnya.

"Kemudian rute berikutnya yang dibangun ialah Muara Saling ke Lubuklinggau yang mulai dibangun tahun 1927 dan akhirnya selesai dan dibuka secara resmi pada 1 Juni 1933. Rute ini merupakan rute ketiga yang merupakan bagian dari jalur rel yang diproyeksikan antara Lahat menuju Lubuklinggau," sambungnya.



Simak Video "Video: Demo di DPRD Lubuklinggau Sempat Memanas gegara Massa Pelajar"


(dai/dai)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork