Sumatera Selatan

Museum Subkoss Garuda Sriwijaya di Lubuklinggau, Ada 140 Koleksi

M Rizky Pratama - detikSumbagsel
Rabu, 22 Okt 2025 12:00 WIB
Foto: Museum Subkoss Garuda Sriwijaya di Lubuklinggau (M. Rizky Pratama)
Lubuklinggau -

Museum Subkoss Garuda Sriwijaya merupakan salah satu tempat wisata ikonik di Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan. Museum ini merupakan museum khusus yang menampilkan masa perjuangan para pahlawan dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di Sumatera Selatan.

Museum ini berada di Jalan Garuda, Kelurahan Bandung Kanan, Kecamatan Lubuk Linggau Barat II, Lubuklinggau, Sumatera Selatan. Bangunan dengan luas sebesar 1.700 meter persegi ini berada di pusat kota sehingga memudahkan warga untuk mencarinya.

Museum Subkoss Lubuklinggau ini buka setiap hari dari pukul 08.00 sampai 16.00 WIB dengan harga tiket masuk anak-anak Rp 2 ribu, pelajar SMP dan SMA Rp 3 ribu, mahasiswa dan umum Rp 5 ribu serta turis asing sebesar Rp 15 ribu.

Pemandu Museum Subkoss Lubuklinggau Berlian Susetyo mengatakan museum ini memiliki sebanyak 140 koleksi, termasuk arsip foto, dokumen-dokumen, benda pusaka, senjata, dan kendaraan bersejarah pada zaman perjuangan dahulu.

"Ada dua koleksi Museum Subkoss yang terkenal seperti Lokomotif C3082 yang dibuat tahun 1930 dan merupakan peninggalan zaman penjajahan Belanda di Indonesia. Kemudian ada mobil Jeep Willys STD 156 bernama Tarzan milik Pahlawan Nasional Sumatera Selatan, Mayor Jendral Adnan Kapau (AK) Gani," katanya saat dikonfirmasi detikSumbagsel, Senin (20/10/2025).

"Lalu di Museum Subkoss ini ada Meriam Ekor Lutung yang diperkirakan dibuat kisaran abad ke 17-19 dan Al-Qur'an kuno yang dibuat abad ke 17-an. Untuk benda-benda koleksi Museum Subkoss ini juga sedang kita ajukan ke benda cagar budaya," lanjutnya.

Museum Subkoss Lubuklinggau saat ini Foto: M. Rizky Pratama

Berlian menjelaskan pada masa kolonial Hindia Belanda, bangunan Museum Subkoss ini awalnya adalah rumah jabatan pemerintahan Onder Afdeeling Moesi Oeloe dari tahun 1934-1942.

"Pada era pendudukan Jepang, gedung ini dijadikan rumah jabatan Bunshu-tyo (Bupati) bernama Swada pada pemerintahan Bunshu Musi Kami Rawas dari tahun 1942 -1945. Wakil dari Bunshu-tyo Swada, disebut Bunshu-tyo Dairi yaitu Raden Ahmad Abusamah diangkat menjadi Bupati Pertama untuk pemerintahan Kabupaten Musi Ulu Rawas setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia," jelasnya.




(dai/dai)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork