9 Permainan Anak Tradisional Sumsel Lengkap Cara Bermain, Apa Saja?

9 Permainan Anak Tradisional Sumsel Lengkap Cara Bermain, Apa Saja?

Aldekum Fatih Rajih - detikSumbagsel
Sabtu, 20 Sep 2025 23:00 WIB
Sejumlah anak bermain gasing di Rangkasbitung, Lebak, Banten, Kamis (16/5/2024).  Pengenalan permainan tradisional tersebut bertujuan untuk mengedukasi anak-anak tentang permainan tradisional khas Indonesia sekaligus mengajak masyarakat untuk melestarikan permainan tersebut. 
ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas/nz
Ilustrasi permainan anak tradisional (Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas)
Palembang -

Sumatera Selatan (Sumsel) tidak hanya dikenal sebagai pusat kejayaan Kerajaan Sriwijaya, tetapi juga kaya akan kuliner dan budaya. Selain itu, terdapat juga berbagai permainan anak tradisional Sumsel yang menarik untuk ditelusuri.

Anak-anak asli Sumsel, baik di desa maupun kota, sering memainkan permainan sederhana yang tidak memerlukan peralatan canggih. Hanya memanfaatkan alam di sekitar mereka.

Berdasarkan Buku Permainan Rakyat Daerah Sumatera Selatan yang diterbitkan tahun 1983, berikut rangkuman 9 permainan anak tradisional Sumsel lengkap cara bermainnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

9 Permainan Anak Tradisional Sumsel

Permainan anak kerap disebut dengan permainan tradisional. Hal ini dikarenakan sudah ada sejak dulu dan terus dilestarikan. Walau berada di sama modern yang penuh kecanggihan, sejumlah wilayah di Sumsel masih mempertahankan permainan daerah.

1. Pantak Lele

Permainan pantak lele demikian karena cara bermainnya menyerupai kebiasaan ikan lele. Ikan berkumis yang memiliki sengat, dalam bahasa Palembang disebut pantak, serta gemar bersembunyi di lumpur atau lubang dalam air. Persiapan Permainan

ADVERTISEMENT
  • Tanah Lapang yang luas
  • Lobang Kecil pada tanah
  • Garis Batas
  • Kayu atau rotan 30cm dinamakan "umak" sebagai pengungkit
  • Kayu atau rotan 15cm dinamakan "anak" sebagai umpan

Makna filosofis penamaan permainan pantak lelel ini terdapat keterikatan hubungan cinta kasih umak (Ibu) dan anak, dengan demikian simbol permainan ini harus dimainkan dengan rasa menyayangi. Adapun cara bermainnya sebagai berikut:

  • Permainan ini dimainkan oleh dua anak berusia sekitar 6-14 tahun secara bergantian.
  • Untuk menentukan siapa yang lebih dulu bermain, biasanya diawali dengan suit.
  • Pemain pertama (A) mencukil kayu kecil menggunakan kayu panjang yang berfungsi sebagai pengungkit dari atas lubang, lalu diarahkan ke pemain kedua (B) yang bertugas sebagai penjaga.
  • Pemain B harus berusaha menangkap kayu tersebut.
  • Jika berhasil, maka giliran mencukil kayu akan berganti kepadanya.
  • Namun, bila gagal, pemain A melanjutkan permainan dengan mengambil kayu dari tempat jatuhnya dan membawanya kembali ke lubang.
  • Caranya, kayu kecil tersebut didribbel menggunakan kayu panjang jangan sampai tersentuh tanah, sementara pemain B tetap berusaha menangkap kayu jika terlepas saat didribble.
  • Jika pemain Berhasil mengambil kayu yang jatuh saat dribble, giliran mencukil berpindah kepadanya.

2. Gamang

Gamang merupakan permainan yang termanifestasi dari cara masyarakat berburu binatang di dalam hutan oleh masyarakat daerah Pelang Kenidai, Pagar Alam. Persiapan yang harus dilakukan:

  • Tanah Lapang yang Luas
  • Garai atau garis denah arena permainan

Setelah persiapan selesai, anak-anak akan memulai permainan. Cara bermainnya yakni:

  • Permainan ini dimainkan dua kelompok berisi 4-5 orang, bisa anak-anak maupun orang dewasa, kelompok laki-laki juga Perempuan atau bisa juga campuran.
  • Dahulu dimainkan saat malam terang bulan, tetapi kini bisa dilakukan kapan saja di waktu senggang.
  • Permainan Garai dimainkan dengan tiga pos jaga yang harus dilewati semua anggota kelompok.
  • Grup I beranggotakan A, B, C, D, sedangkan Grup II beranggotakan E, F, G, H.
  • Sebelum bermain, kedua grup sepakat menentukan berapa ronde yang akan dimainkan.
  • Permainan diawali oleh Grup II. Anggota grup maju satu per satu untuk mencoba melewati garis Garai, sementara Grup I bertugas menjaga.
  • Jika semua anggota Grup II berhasil melewati tiga pos, maka mereka mendapat 1 poin dan permainan ronde pertama selesai.
  • Setelah itu, peran kedua grup ditukar. Namun, jika ada anggota Grup II yang gagal melewati pos, maka poin tidak dihitung dan permainan tetap dilanjutkan hingga jumlah ronde berakhir.

3. Platok

Permainan platok dilakukan dengan membanting uang logam pada benda keras sekeping papan atau batu bata yang dipasang miring ke depan. Pada waktu uang logam dibanting pada kayu atau batu bata tadi keluarlah bunyi berdetok, atau platok.

Karena itulah permainan ini. dinamakan permainan platok. Sebelum bermain harus mempersiapkan beberapa hal ini:

  • Tanah lapang
  • Garis batas untuk melempar
  • Bata atau papan
  • Uncek biasanya dari Uang logam

Adapun tata cara bermain platok sebagai berikut:

  • Permainan ini memang lebih sering digemari anak laki-laki, tetapi anak perempuan juga boleh ikut memainkannya.
  • Jumlah peserta tidak dibatasi, karena permainan ini bersifat individu, bukan kelompok. Keunikannya, permainan biasanya diiringi lagu atau syair.
  • Setelah arena dan peralatan siap, setiap pemain melemparkan uncek dari belakang papan.
  • Pemain yang unceknya jatuh paling jauh mendapat giliran pertama.
  • Pemain membanting unceknya ke papan, dan jika pantulannya mengenai uncek milik pemain lain, maka ia dinyatakan sebagai pemenang.
  • Pemain yang unceknya terkena lemparan dari uncek pemain lain maka itu dinyatakan kalah.

4. Yang Buntut

Permainan yang buntut merupakan suatu permainan rakyat yang digemari anak laki-laki dan perempuan baik di daerah maupun di kota. Dalam Permainan ini tidak memerlukan keterampilan khusus, jadi semua anak bisa ikut serta.

Permainan ini merupakan hiburan bagi anak-anak oleh karena itu tidak diperlukan persiapan khusus. Puncak dari permainan ini adalah menangkap pemain yang berada paling belakang atau paling yang buntut.

Memainkan gim daerah ini harus diiringi dengan lagu yang dinyanyikan oleh seluruh pemainnya. Adapun liriknya sebagai berikut:

Yang yang Buntut

Anak ayam teciap-ciap

Siapo yang buntut

Itulah nak ditangkap

Pemain yang tertangkap maka dinyatakan kalah dan keluar dari permainan.

5. Cuk Mak Ilang

Permainan cuk mak ilang mirip dengan petak umpet, tetapi khusus dimainkan oleh anak-anak perempuan dan biasanya diiringi lagu Cuk Mak Ilang. Bedanya dengan petak umpet yang menyembunyikan diri, dalam permainan ini yang disembunyikan adalah benda, umumnya sepotong kayu kecil.

Setelah pemain yang bertugas menyembunyikan benda selesai menyanyikan lagu, barulah pemain lain mulai mencari. Jika benda berhasil ditemukan, maka pemain yang menyembunyikannya dinyatakan kalah, dan peran pun berganti.

6. Luk-Luk Cino Buto

Permainan luk-luk cino buto adalah permainan rakyat kota Palembang yang dimainkan oleh anak-anak kecil terutama perempuan. Permainan ini ialah semacam permainan mencari dan menebak oleh seorang pemain yang matanya ditutup sehingga tidak dapat melihat.

Pemain yang matanya ditutup dan bertugas mencari dan menebak temannya dalam keadaan tidak melihat seperti orang buta ini dinamai Cina buta atau dalam bahasa Palembang disebut Cino buto.

Pemain yang akan menjadi Cino Buto ditentukan melalui syair pantun:

Sung Belembung
Keladi Awo-Awo
Siapo Busung
Belaki Cino Buto

Setelah terpilih, Cino buto duduk dengan mata ditutup kain sehingga tidak bisa melihat pemain lain. Sementara itu, pemain lainnya membentuk lingkaran sambil berpegangan tangan. Lingkaran tersebut bergerak berlawanan arah jarum jam sambil menyanyikan lagu:

"Luk-luk Cino buto, makan calok tigo bato"

Lagu itu dinyanyikan sebanyak tiga kali. Setelah itu, Cino buto mulai meraba hingga berhasil menyentuh salah satu pemain, lalu menebak namanya. Jika tebakannya benar, peran Cino buto berpindah ke pemain tersebut. Namun jika salah, permainan dilanjutkan kembali dengan Cino buto yang sama.

7. Setembak

Istilah setembak atau yang juga dikenal dengan sebutan congklak berasal dari aturan permainan itu sendiri. Setembak terjadi ketika biji terakhir yang ditebarkan jatuh pada lubang milik sendiri yang kosong, tepat berhadapan dengan lubang lawan yang masih berisi.

Dalam situasi ini, semua biji di lubang lawan dapat diambil dan dipindahkan ke tempat penampungan yang disebut gunung atau rumah-rumahan.

Permainan setembak sudah dikenal sejak zaman dahulu, khususnya di Sumsel. Pada masa penjajahan, permainan ini kerap dimainkan oleh dua anak perempuan di rumah. Tujuannya agar mereka tetap bisa bermain tanpa harus keluar rumah dan berkeliaran.

8. Mandi Urek

Mandi urek adalah permainan tradisional yang berasal dari kawasan Musi Banyuasin. Kata urek berarti mengejar, sedangkan urek-urekan berarti kejar-kejaran sambil berenang.

Permainan ini sederhana dan biasanya dimainkan oleh anak-anak dengan jumlah lebih dari dua orang. Umumnya hanya dimainkan oleh anak laki-laki saja atau anak perempuan saja. Jarang sekali ada permainan campuran antara laki-laki dan perempuan. Cara bermainnya yakni:

Permainan dilakukan di pinggir sungai atau kali. Pemain A bertugas mengejar Pemain B dengan cara berenang di air dangkal. Jika Pemain B merasa lelah, ia bisa mengucapkan kata 'sin'. Dengan begitu, ia terbebas dari kejaran pemain A.

9. Gudang Kero

Gudang kero berarti gudang kera atau buntut kera. Nama tersebut sebenarnya tidak memiliki arti khusus. Kemungkinan, sebutan itu muncul dari bentuk pemain yang menjadi pelaku utama, karena ia harus memakai kain yang dililitkan di pinggangnya. Cara bermainnya yakni:

  • Setelah lokasi permainan disepakati, ditentukan juga persyaratan lain, misalnya tiang atau pohon yang akan digunakan sebagai tempat pemberhentian atau hong.
  • Jumlah pemain juga ditentukan sejak awal.
  • Misalnya ada enam orang peserta, ditambah satu pelaku atau penjaga yang disebut gudang kero, sehingga jumlah keseluruhan menjadi tujuh orang.
  • Pemain yang bertugas sebagai penjaga tidak memiliki tiang atau tempat pemberhentian.
  • Tugasnya justru berusaha agar tidak terus-menerus menjadi Gudang Kero.
  • Biasanya permainan ini dilakukan di pekarangan rumah atau di bawah pepohonan yang memiliki banyak tiang sebagai tempat berhenti.

Nah, itulah 9 permainan anak tradisional Sumsel lengkap cara bermainnya. Selamat bermainnya, ya.

Artikel ini ditulis oleh Aldekum Fatih Rajih, peserta magang Prima PTKI Kementerian Agama RI.




(mep/mep)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads