Masjid Suro Tertua Kedua di Palembang, Saksi Peradaban Islam-Ada Sumur Berkah

Sumatera Selatan

Masjid Suro Tertua Kedua di Palembang, Saksi Peradaban Islam-Ada Sumur Berkah

Rio Roma Dhoni - detikSumbagsel
Selasa, 11 Mar 2025 10:01 WIB
Masjid Suro menjadi saksi peradaban Islam di Palembang
Foto: Masjid Suro menjadi saksi peradaban Islam di Palembang (Rio Roma Dhoni)
Palembang -

Masjid Besar Al-Mahmudiyah atau lebih dikenal dengan Masjid Suro menjadi saksi peradaban Islam di Bumi Sriwijaya. Masjid Suro ini merupakan masjid tertua kedua di Palembang.

Pemberian nama Masjid Suro disebabkan letaknya yang berada di Kampung Suro tepatnya di pertigaan Jalan Kirangga Wira Sentika dan Jalan Ki Gede Ing Suro, Kelurahan 30 Ilir Kecamatan Ilir Barat II, Kota Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel).

Sekretaris Masjid Suro, Hajrianto Akbar menjelaskan Masjid Al-Mahmudiyah atau Masjid Suro ini diprakarsai oleh Kiai Kiagus Haji Khatib Mahmud bersama Kiai Abdurrahman Delamat dan dibantu masyarakat sekitar. Masjid ini dibangun di atas tanah wakaf dari Kiai Kiagus Haji Khatib Mahmud yang dikenal sebagai saudagar kaya di kawasan tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Masjid ini disebut masjid yang bersejarah karena didirikan oleh ulama atau Kiai yang sangat di segani. Awal pembangunan pada tahun 1310 Hijriah atau sekitar tahun 1889 Masehi," katanya, Senin (10/3/2025).

Pada awal pembangunannya, kondisi Indonesia masih diduduki oleh Kolonial Belanda. Hal itu pula membuat pembangunan masjid dilakukan secara bertahap. Masjid tersebut pada awalnya dibangun dindingnya dari batu dan papan, serta kayu sebagian tiang penopangnya.

ADVERTISEMENT

"Tiang-tiang masjid ini terbuat dari kayu yang dibawa dengan cara dihanyutkan melalui Sungai Musi. Lokasi masjid yang lumayan jauh dari sungai menjadikan tantangan tersendiri saat proses pembangunan," ujarnya.

Bagian dalam Masjid Suro Palembang yang masih kokoh berdiri.Bagian dalam Masjid Suro Palembang yang masih kokoh berdiri. Foto: Rio Roma Dhoni

Pembangunan Masjid Suro ini bertujuan untuk menyiarkan ajaran-ajaran agama Islam kepada masyarakat sekitar, supaya masyarakat lebih mengenal dan mendalami tentang agama Islam.

Walaupun, saat itu kondisi penyebaran Islam masih dilakukan secara sembunyi-sembunyi sebab Belanda menjaga dengan ketat.

"Ya, kita ketahui masjid ini adalah masjid tertua ke-2, setelah Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo atau Masjid Agung Palembang," tuturnya.

Hajrianto menjelaskan, singkat cerita masjid tersebut sudah mengalami beberapa renovasi dari awal pembangunannya hingga saat ini. Namun renovasi yang dilakukan tanpa mengubah bentuk awal Masjid Suro ini.

"Iya ada 16 tiang di dalam masjid dan saat ini sudah dilakukan beberapa renovasi karena tiang-tiangnya dulu terbuat dari kayu, karena ada yang dimakan rayap sehingga saat ini tiangnya diganti menggunakan cor semen namun tidak merubah bentuk aslinya," tuturnya.

Masjid yang sudah berdiri 133 tahun ini ditetapkan pemerintah Sumsel sebagai cagar budaya. Mulanya, luas lahan masjid tersebut hanya 17 meter x 17 meter atau setengah dari bagian tengah masjid.

Namun saat ini, Masjid Suro terbagi menjadi tiga bagian yakni tengah, sisi kanan dan kiri. Untuk bagian tengah menjadi lokasi utama ketika salat atau sebagai tempat imam dan saf laki-laki. Sementara untuk bagian kanan menjadi lokasi berbuka puasa, dan sisi kiri sebagai saf perempuan.

Selain itu, kata dia, terdapat kambang atau sumur yang berada di sisi kanan masjid yang digunakan sebagai tempat wudu, di mana air sumur tersebut tetap mengalir dan sering dijadikan obat oleh beberapa jemaah yang mempercayainya.

"Mata air kambang ini sampai ke sungi (sungai), sampai sekarang masih mengeluarkan air dan masih digunakan tempat wadhu jemaah. Serta ada juga jemaah yang sengaja datang ke sini untuk mengambil berkah air kambang ini sebagai obat, mungkin ada beberapa jemaah yang berwudu di sana untuk mengobati penyakit-penyakit," tuturnya.




(dai/dai)


Hide Ads