Setiap negara memiliki warisan budaya tak benda (WBTB) yang diajukan langsung ke UNESCO. Di Indonesia, setiap provinsi memiliki warisan budaya tak benda, termasuk Bangka Belitung.
Indonesia telah memiliki banyak warisan budaya tak benda, mulai dari yang berbentuk tarian, adat istiadat, tradisi, kerajinan, hingga makanan tradisonal. Dilansir dari KWRIU Kemdikbud, Bangka Belitung memiliki berbagai warisan budaya tak benda yang telah ditetapkan oleh UNESCO.
Berikut 15 warisan budaya tak benda dari Provinsi Bangka Belitung yang telah dirangkum oleh detikSumbagsel.
15 Warisan Budaya Tak Benda dari Provinsi Bangka Belitung
Dilansir dari KWRIU Kemdikbud, Bangka Belitung memiliki berbagai warisan budaya tak benda yang telah ditetapkan oleh UNESCO.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seni Pertunjukan
1. Dambus
Dilansir dari Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, dambus atau gambus merupakan musik yang berusia ratusan tahun dan masih bertahan di Bangka Belitung. Musik dambus biasanya dimainkan sebagai penggiring lagu dan tarian khas melayu yang bernama dincak.
Dambus adalah alat musik yang dimainkan dengan cara dipetik. Alat musik ini menjadi andalan dalam kegiatan seperti perayaan pesta pernikahan dan pesta adat.
2. Tari Gajah Menunggang
Berdasarkan kanal YouTube Budaya Basel Besaoh, Tari Gajah Menunggang merupakan tari yang berasal dari Bangka Selatan. Tari ini menjadi tarian spiritual Suku Sawang yang berada di Pulau Pongok, Bangka Selatan.
Tarian ini menggambarkan keadaan perahu yang dibawa gelombang seperti sedang menunggang gajah. Biasanya tarian dijadikan tarian untuk menyambut tamu untuk memberikan penghormatan.
Bagi orang Sekak, tarian ini menggambarkan keadaan perahu-perahu yang dibawa gelombang seperti menunggang gajah. Dari tarian ini juga tergambarkan rasa gembira mereka setelah berhasil melawan gelombang.
Adat Istiadat, Masyarakat, Ritus, dan Perayaan
1. Muang Jong
Dilansir dari Perpustakaan Budaya Indonesia, tradisi Muang Jong atau Buang Jong merupakan upacara turun-menurun yang dilakukan oleh masyarakat suku Sawang di Pulau Belitung. Suku Sawang adalah suku pelaut yang ada di Bangka Belitung.
Muang Jong berarti melepaskan perahu kecil yang berisi sesajian dan replika kerangka rumah yang disebut ancak. Biasanya tradisi ini dilakukan saat angin barat berhembus antara bulan Agustus - November.
Upacara Muang Jong bertujuan untuk memohon perlindungan agar terhindar dari bencana selama mereka menangkap ikan di laut. Hal itu karena saat angin barat berhembus, angin dan ombak laut sangat ganas dan mengerikan.
2. Adat Nganggung
Dilansir dari laman resmi Badan Penghubung Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, tradisi Nganggung adalah tradisi turun menurun masyarakat Pulau Bangka. Tradisi ini dilakukan dalam memperingati hari besar agama Islam, merayakan panen, menyambut tamu, atau acara nikahan.
Nganggung yaitu membawa makanan di dalam dulang yang ditutup tudung saji. Kemudian dulang itu di 'anggung' atau dibawa di bahu untuk dibawa ke lokasi pelaksanaan acara untuk dimakan bersama.
Tradisi nganggung diadakan untuk menunjukkan rasa kepedulian, kebersamaan, dan menjaga silaturahmi. Tradisi ini bukan hanya membentuk kebersamaan sesama masyarakat Bangka, tetapi juga kepada para pendatang yang ada di Bangka.
3. Perang Ketupat
Dilansir dari Ditjen Kebudayaan Kemdikbud, tradisi Perang Ketupat yang masih dilakukan di Desa Tempilang, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Bangka Belitung. Tradisi ini bertujuan untuk meminta keselamatan dan perlindungan agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Tradisi Perang Ketupat dilaksanakan pada bulan Sya'ban, sebelum memasuki bulan Ramadan. Ketupat dalam tradisi ini memaknai persatuan, kesatuan, dan kegotongroyongan. Tradisi ini juga mempunyai makna satu kekeluargaan dalam kehidupan bermasyarakat.
4. Adat Taber Kampung
Dilansir dari Perpustakaan Budaya Indonesia, tradisi Adat Taber Kampung dilaksanakan setelah Hari Raya Idul Adha, bertepatan dengan musim panen padi. Namun, tradisi ini juga bisa diadakan saat acara Perang Ketupat.
Taber Kampung adalah upacara menaber di suatu kampung. Tujuannya adalah agar kampung tersebut bersih dari berbagai bahaya dari penyakit, musibah, dan bala.
5. Upacara Adat Nujuh Jerami
Dilansir dari Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, upacara nujuh jerami diselenggarakan setiap tahun berdasarkan penanggalan Cina, yaitu pada hari 13 bulan 3 yang bertepatan dengan bulan purnama. Biasanya jatuh pada bulan April dalam penanggalan masehi.
Upacara yang diselenggarakan oleh orang Lom di Dusun Air Abik dan Dusun Pejam bertujuan sebagai bentuk rasa syukur atas keberhasilan panen padi beras merah. Tujuan lainnya ada berharap agar leluhur melindungi dan menjaga ladang mereka pada musim berikutnya.
6. Maras Taun
Dilansir dari laman yang sama, Maras Taun adalah upacara dari para petani sebagai rasa syukur kepada Allah SWT atas panen padi. Upacara ini berkaitan erat dengan ladang yang dalam bahasa Belitung disebut Ume.
Masyarakat menetapkan aturan yang di mana pemberian hasil panen akan bergantung pada seberapa berhasil panen di musim tersebut. upacara ini juga memiliki berbagai makna dan nilai, yakni nilai religius, gotong royong, seni, dan sosial.
7. Adat Ruwah Kubur
Dilansir dari laman resmi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, ruwah kubur ialah adat mendoakan leluhur yang telah lebih dulu menghadap Sang Khalik. Pelaksanaan adat ini biasanya dilakukan di masjid dengan jejaran dulang dan tudung saji yang berisi makanan.
Makanan yang dihidangkan bukanlah persembahan untuk para leluhur, tetapi untuk dimakan bersama setelah berdoa bersama-sama untuk orang yang telah meninggal. Selain itu, tujuannya adalah untuk menjadi pengingat bahwa bulan ramadan telah dekat
Tradisi dan Ekspresi Lisan
1. Campak Dalung
Berdasarkan kanal YouTube Kantor Bahasa Kepulauan Bangka Belitung, campak dalung adalah kesenian yang berasal dari Orang Sawang atau suku laut. Campak Dalong secara mendasar dapat diartikan dengan "menendang gelombang yang datang ke pesisir.
Tarian Campak Dalung biasanya ditampilkan dalam ritual Muang Jong. Tarian ini dipercaya masyarakat telah ada sejak tahun 1010 M dan dibawa dari orang laut di Belitung ke Pulau Lepar.
2. Adu Kerito Surong
Dilansir dari laman Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Adu Ketiro Surong adalah permainan atau olahraga tradisional dari Bangka Tengah. Di Bangka, permainan ini berkembang di berbagai desa, seperti di Desa Sungai Selan, Desa Namang, Desa Simpang Katis, dan Desa Dul.
Kerito Surong biasanya digunakan oleh masyarakat keturunan Cina. Semakin berkembang, fungsi dan kegunaannya juga berkembang hingga ia dijadikan sebagai permainan untuk menghibur diri.
Kerajinan Tradisional
1. Kain Cual
Dilansir dari Ditjen Kebudayaan, kain cual telah ada sejak abad ke-18 dan mulai menghilang saat Jepang masuk ke Pulau Bangka. Dulunya kain ini menjadi pakaian adat di antara bangsawan di Mentok.
Fungsi lain dari kain ini juga sebagai pakaian pengantin, pada zaman dahulu digunakan untuk menggambarkan status sosial. kain tenun cual ini mirip dengan songket Palembang, tetapi motif dan benang emas yang digunakan berbeda. Hingga saat ini kain tenun cual sudah menjadi pakaian sehari-hari yang dapat digunakan oleh siapa saja.
2. Kopiah Resam
Dilansir dari laman indonesia.go.id, Kopiah Resam adalah songkok atau kopiah dari masyarakat Bangka Belitung yang menggunakan bahan dari alam. Resam merupakan tanaman dari keluarga paku-pakuan atau pakis.
Resam memiliki manfaat bagi tubuh, bahkan berbentuk produk. Kemudian masyarakat Desa Dendang, Kecamatan Kelapa, Bangka Barat mengubah resam melalui tangan kreatif untuk membuat anyaman kopiah yang unik dan ramah lingkungan. Perkembangannya saat ini juga dapat digunakan membuat cincin atau gelang.
Makanan Tradisional
1. Lempah Kuning
Dilansir dari laman Ditjen Kebudayaan Kemdikbud, lempah kuning adalah makanan khas masyarakat Pulau Bangka. Lempah kuning menggambarkan kehidupan masyarakat yang sering menggunakan hasil laut sebagai bahan utama dari makanan.
Lempah kuning biasanya menjadi menu utama dalam berbagai karya adat dan kehidupan sehari-hari masyarakat Bangka. Lempah kuning dikenal memiliki rasa pedas asam dari bahan yang digunakan. Dalam perkembangannya saat ini, lempah kuning telah terdiri dari beberapa varian lain, tidak hanya dengan bahan dari laut.
2. Gangan
Dilansir dari laman yang sama, gangan adalah makanan khas dari Pulau Belitung. Mirip dengan lempah kuning, gangan juga merupakan ikan yang dimasak dengan kuah kuning.
Gangan menjadi makanan sehari-hari bagi masyarakat Belitung, sehingga ia diberi gelar sebagai primadona Belitung. Biasanya gangan diolah dengan ikan tenggiri yang diolah dengan teknik tertentu agar tidak berbau amis.
Nah, itulah 15 warisan budaya tak benda dari provinsi Bangka Belitung. Jangan lupa untuk mencoba mengenal budaya tersebut ya detikers! Semoga bermaanfaat.
Artikel ini ditulis oleh Putri Fadyla, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(csb/csb)