Tepat 107 tahun yang lalu atau 15 Oktober 1917, Mata Hari ditembak mati. Sang penari eksotis dan pelacur asal Belanda itu dianggap sebagai mata-mata Jerman pada masa Perang Dunia I.
Mata Hari memiliki nama lahir Margaretha Geertruida Zelle. Ia lahir pada 7 Agustus 1876 di Leeuwarden, Belanda. Ia merupakan anak sulung pasangan Adam Zelle dan Antje van der Meulen.
Pada 1895, Mata Hari menikah dengan Rudolf John MacLeod. Namun mereka bercerai pada 1906 setelah dikaruniai 2 anak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sekilas kisah Mata Hari diceritakan dalam situs resmi Universitas Sanata Dharma (USD), dengan judul Ketika Matahari Merepresentasikan Jawa. Jadi pada 17-18 April 2009, digelar Proseminar Terbatas di Kampus Pasca-Sarjana USD. Proseminar tersebut terselenggara berkat kerja sama antara Pusat Sejarah dan Etika Politikn (PUSdEP) dan Pusat Studi Perempuan, Media, dan Seni (Anjani) USD.
Proseminar tersebut diisi Dr Matthew Cohen. Ia merupakan dosen senior di Jurusan Drama dan Teater, Royal Holloway, Universitas London, Inggris. Ia juga seorang dalang wayang kulit.
Sekilas Kisah Mata Hari:
1. Mata Hari Menari Eksotis dan Melacur
Menurut Cohen, salah seorang yang sangat terkenal dalam upaya merepresentasikan budaya Jawa di Eropa pada awal abad ke-20 adalah orang yang menyebut dirinya Mata Hari. Sebab, Mata Hari pernah tinggal di Hindia Belanda (sekarang Indonesia) antara tahun 1897 hingga 1902, sebagai istri seorang tentara KNIL (Tentara Kolonial Belanda) bernama John MacLeod.
Pada tahun 1905, setelah bercerai dengan MacLeod, Mata Hari pergi ke Paris untuk bekerja. Di sana, ia mengklaim sebagai seorang penari Jawa, meski sama sekali tidak pernah belajar menari Jawa secara formal.
Tariannya dibuat se-eksotis mungkin, dengan segala pernik-pernik yang berbau Timur. Ternyata, itu cukup meyakinkan publik Eropa waktu itu.
Terlebih ia juga menggunakan nama yang terdengar eksotis pula, yakni Mata Hari. Budaya Jawa dikenal dan dipersepsi oleh masyarakat Eropa waktu itu melalui apa yang dilakukan Mata Hari.
Ketenaran Mata Hari di atas panggung sejalan dengan ketenaran di luar panggung. Bak gayung bersambut, Mata Hari menyukai hal itu dan bahkan bersedia tidur dengan orang dari kebangsaan apapun asal bayarannya tinggi.
2. Mata Hari Ditembak Mati
Bukan masalah bagi Mata Hari jika pada suatu malam harus tidur dengan orang Perancis, dan besoknya dengan orang Jerman. Ketenaran dan uang menjadi yang paling penting dalam hidupnya.
Ketika pecah Perang Dunia I, Mata Hari sempat tidur dengan tentara Jerman. Maka dari itu, Perancis menuduh ia sebagai mata-mata Jerman. Sebab waktu itu, Jerman dan Perancis saling bermusuhan.
Pada 15 Oktober 1917, Mata Hari dihukum tembak mati oleh militer Perancis. Kisah tentang Mata Hari begitu mencuri perhatian banyak orang.
Sehingga tak lama setelah tewasnya Mata Hari, mulai muncul berbagai cerita dan film tentangnya. Hingga sekarang, sudah ada belasan atau mungkin puluhan film tentang Mata Hari.
Di Tanah Air, Mata Hari kurang dikenal. Namun di luar Indonesia, kisah Mata Hari selalu dikaitkan dengan eksotisme budaya Jawa.
(sun/mud)