Mengenal 3 Jenis Batik Durian Khas Kota Lubuklinggau

Sumatera Selatan

Mengenal 3 Jenis Batik Durian Khas Kota Lubuklinggau

M Rizky Pratama - detikSumbagsel
Kamis, 03 Okt 2024 13:00 WIB
Armada Mandala Simafera saat membuat motif batik durian khas Lubuklinggau.
Foto: Armada Mandala Simafera saat membuat motif batik durian khas Lubuklinggau. (M Rizky Pratama)
Lubuklinggau -

Batik merupakan kain bercorak khas Indonesia, dan menjadi salah satu warisan budaya Indonesia yang sudah mendunia. Batik sendiri memiliki corak dan bentuk yang berbeda-beda dari tiap daerah Indonesia.

Salah satu batik unik yang ada di Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan (Sumsel) adalah batik durian. Batik ini memiliki corak buah durian sebab itu merupakan buah lokal yang banyak tumbuh di Kota Lubuklinggau.

Salah satu perajin serta pencipta batik durian yang ada di Kota Lubuklinggau adalah Armada Mandala Simafera. Pria yang kerap disapa Mada itu sudah mulai membuat batik sejak tahun 2014 di Kota Lubuklinggau hingga saat ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mada sendiri memilik sebuah workshop batik yang ada di Jalan Sejahtera, Kelurahan Taba Jemekeh, Kecamatan Lubuk Linggau Timur I, Lubuklinggau, Sumatera Selatan. Ia menjadi salah satu pelopor batik durian di Kota Lubuklinggau yang dikenal banyak orang.

Selama menjadi perajin batik, Mada sudah menciptakan 3 jenis batik durian karyanya sendiri dan sudah menjadi batik ciri khas Kota Lubuklinggau. Adapun ketiga jenis batik durian buatan Mada tersebut yakni batik durian rampak, durian belah dan durian ceplok.

ADVERTISEMENT

Batik durian rampak bermotif tanaman durian yang memiliki batang dan daun yang menjalar serta memiliki banyak gambar buah durian yang berdempetan sehingga terlihat lebat. Pada bagian bawah kain dikomunikasikan dengan motif tumpal atas rebung bambu.

"Batik durian rampak ini memiliki filosofi yaitu durian yang lebat dan rimbun. Bahwasanya batik durian rampak ini bermakna rezekinya melimpah ruah yang banyak. Itulah doa-doa kami para pembatik di Kota Lubuklinggau ini agar Lubuklinggau Gemah, Ripah dan Loh jinawi," katanya saat ditemui detikSumbagsel, Rabu (2/10/2024).

Mada memperlihatkan batik durian yang sudah diproduksinya.Mada memperlihatkan batik durian yang sudah diproduksinya. Foto: M Rizky Pratama

Untuk batik durian rampak, Mada mengungkapkan motif tersebut merupakan karya barunya yang sekarang sedang dipatenkan hak ciptanya.

"Yang terbaru ini motif durian rampak. Di mana motif batik durian rampak ini baru diperkenalkan dan hak ciptanya sekarang ini lagi diajukan ke Dirjen HAKI," ujarnya.

Lalu ada batik durian belah bermotif buah durian yang dibelah menjadi empat bagian serta motif daun yang simetris.

"Batik durian belah ini merupakan batuk yang pertama kali saya buat. Filosofisnya dulu Lubuklinggau ini hanya ada 4 Kecamatan jadi di sini ada 4 bagian durian yang terbelah. Ini bentuknya terbelah karena Kota Lubuklinggau ini terbuka dengan masyarakat daerah lain yang ingin menetap di Kota Lubuklinggau," ujarnya.

Kemudian ada batik durian ceplok bermotif satu buah durian yang memiliki daun di atasnya serta gambar durian yang berjarak satu dengan yang lainnya. Kemudian ada satu motif buah durian yang memiliki daun yang menjalar dan lebat di atasnya berada di tangan-tengah kain batik tersebut.

"Batik durian ceplok ini berbentuk tunggal yang artinya mandiri atau berdikari sehingga bisa beradaptasi kemana saja, bahasanya itu 'nyeplok'. Jadi masyarakat Kota Lubuklinggau itu mandiri dan ini juga sebenernya mencerminkan diri saya sendiri untuk filosofi motif ceplok ini," sambungnya.

Mada menjelaskan ketiga batik tersebut dibuat dengan metode cap dan kemudian dipertebal lagi menggunakan canting secara manual oleh para perajin. Untuk produksi batiknya, Mada mengungkapkan saat ini masih dalam jumlah sedikit sehingga ia hanya bisa menjualnya dengan metode edisi terbatas

"Untuk proses pembuatannya juga lumayan lama. Bisa memakan waktu sampai 2-3 hari untuk satu kain batik," bebernya.

Mada mengungkapkan meskipun batik yang dibuatnya cukup terkenal, namun dirinya dan para perajin batik lainnya di Kota Lubuklinggau memiliki kendala saat membuat batik.

"Kendalanya ini bahan baku kita harus pesan di Pulau Jawa mulai dari kain, pewarna dan canting. Semuanya harus pesan di Jakarta, Solo, Cirebon atau Jogja. Bahannya juga 1 mingguan baru sampe di Lubuklinggau," ujarnya.

Di Hari Batik Nasional ini, Mada berharap agar masyarakat serta Pemerintah Kota Lubuklinggau bisa terus mendukung dan mengapresiasi para perajin batik yang ada di Kota Lubuklinggau agar tetap bisa melestarikan kebudayaan Indonesia ini.

"Alhamdulillah pembatik di Lubuklinggau berkembang luar biasa, saat ini banyak sekali pembatik-pembatik lainnya. Harapan kami terutama kepada Pemerintah Kota Lubuklinggau agar mensupport atau mengapresiasi ataupun membeli produk batik produksi teman-teman di Kota Lubuklinggau. Itu yang sangat penting dan sangat kami harapkan," harapnya.

"Batik tulis dan cap ini akan selalu abadi. Jadi untuk para perajin batik ini agar jangan khawatir dengan kemajuan teknologi batik printing, tetaplah berkarya secara manual. Karena karya ini akan abadi jadi jangan malu dengan kemajuan teknologi," ungkapnya.




(dai/dai)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads