Sumatera Selatan merupakan provinsi yang memiliki beragam makanan tradisional. Ini juga menjadi sebuah warisan turun-temurun yang masih eksistensi dikenal hingga saat ini.
Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VI, Kristanto Januardi mengatakan saat ini telah terdapat beberapa makanan tradisional di Sumatera Selatan yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia seperti pempek, bolu lapan jam, pindang, hingga tempoyak. Makanan-makanan ini telah diakui sebagai warisan budaya secara nasional.
"Ada sebanyak 40 makanan tradisional Sumsel yang masuk dalam WBTB," katanya, Jumat (26/7/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam upaya melestarikan warisan budaya Sumsel, pihaknya akan melaksanakan pameran warisan budaya pada 3-5 Agustus 2024 di Atrium OPI Mall, Palembang.
"Pameran ini merupakan wujud upaya pelestarian warisan budaya yang dimiliki oleh Sumatera Selatan, khususnya warisan budaya yang berkaitan dengan pengetahuan tradisional dalam pengolahan bahan makanan," imbuhnya.
"Pameran ini adalah bagian dari upaya pelindungan warisan budaya di Sumsel. Jika merujuk pada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, pelindungan warisan budaya dapat dilakukan dengan 4 cara, yakni inventarisasi, pengamanan, pemeliharaan, penyelamatan, dan publikasi," lanjutnya.
Kristianto menyebutkan pameran ini bertema 'Pameran Warisan Raso'. Pameran ini adalah wujud kekayaan pengetahuan tradisional yang dimiliki oleh masyarakat di Sumsel.
"Pameran ini tidak hanya sekadar menampilkan kekayaan makanan tradisional secara fisik, melainkan juga sebagai wadah bagi masyarakat di Sumsel untuk mengenal secara lebih mendalam setiap olahan makanan yang diwarisi secara turun-temurun," katanya.
Melalui pameran ini, Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VI mencoba membangkitkan ruang ingatan masa lampau masyarakat di Sumsel melalui sajian ragam kuliner. Selain itu, diharapkan akan semakin banyak generasi muda yang mengenal olahan makanan tradisional yang dimiliki oleh Sumsel.
"Generasi muda adalah bagian penting dalam upaya pelestarian warisan budaya di Sumsel. Melalui pameran yang dikemas secara unik dan menarik, diharapkan generasi muda dapat mengenali, memahami, dan turut merawat warisan budaya yang dimiliki oleh Sumsel, khususnya di bidang kuliner atau makanan tradisional," ujarnya.
Ia menjelaskan pameran ini dikemas dengan cara berbeda, yakni memadukan duplikasi makanan dan makanan asli. Duplikasi atau replika makanan sengaja dibuat secara khusus menyerupai makanan asli. Replika ini dibuat dengan menggunakan bahan resin dengan keakuratan warna dan bentuk makanan semirip mungkin.
Menurutnya, dengan menggunakan konsep replika, pameran kuliner akan menghadirkan objek warisan budaya masa lampau berbalut karya seni kontemporer.
"Replika makanan ini akan dipadukan dengan makanan asli yang juga akan ditampilkan dalam pameran," katanya.
Makanan asli ini dapat dicoba oleh pengunjung secara gratis guna mengenalkan dan membangkitkan kembali memori kolektif masyarakat terhadap makanan tradisional masa lampau di Susel.
"Objek makanan tradisional yang akan dipamerkan antara lain adalah kue engkok, tahok tutok, sagarurung, lemang, bawak gulai, hingga bolu lapan jam. Selain itu, ragam makanan yang kini masih eksis seperti pempek, laksan, hingga kue gandus juga turut dipamerkan," tuturnya.
(dai/dai)