- Pakaian Adat Pernikahan di Sumsel 1. Pakaian Pengantin Tradisional Daerah Palembang 2. Pakaian Pengantin Tradisional Daerah OKI 3. Pakaian Pengantin Tradisional Daerah OKU 4. Pakaian Pengantin Tradisional Daerah Lahat 5. Pakaian Pengantin Tradisional Daerah Musi Rawas 6. Pakaian Pengantin Tradisional Daerah Bangka
Pakaian adat merupakan salah satu kekayaan benda yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Pakaian adat ini dapat berupa pakaian adat pernikahan. Termasuk di Sumatera Selatan, ada beberapa pakaian adat pernikahan yang biasanya dipakai oleh pengantin.
Dikutip dari laman Kemendikbud, terdapat 6 pakaian adat pernikahan di Sumsel, salah satunya yang terkenal adalah Aesan Gede dan Aesan Pak Sangko dari Palembang.
Berikut detikSumbagsel sajikan informasi mengenai pakaian adat pernikahan di Sumsel. Simak yuk!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pakaian Adat Pernikahan di Sumsel
Ada beberapa pakaian pengantin dari Provinsi Sumatera Selatan, antara lain:
1. Pakaian Pengantin Tradisional Daerah Palembang
Dilansir dari detikEdu, ada dua pakaian adat pengantin yang sering dipakai yaitu Aesan Gede dan Aesan Pak Sangko. Salah satu pakaian Aesan Pak Sangko dikutip dari buku berjudul Ensiklopedia Seni, Budaya, dan Pariwisata Kota Palembang oleh Dr. Syarifuddin, M.Pd dkk, baju adat ini sudah ada sejak masa Kesultanan Palembang Darussalam di abad ke-16 yang mengandung unsur Islam.
Dapat dilihat pakaian ini tertutup untuk pengantin perempuan yang menjadi salah satu syariat Islam. Pakaian ini terbuat dari beludru dan di dalamnya dibuat dari kain katun berwarna merah.
Di bagian luar terdapat banyak lempengan kuning bermotif bunga. Selain itu, pada tiap bagian kerah, ujung lengan, dan tepi depan dihiasi oleh kuningan separuh bulat dan dihubungkan dengan benang merah.
Sedangkan bagi laki-laki biasanya memakai songket lepus bersulam emas, jubah motif tabur bunga emas, selempang songket, dan songkok emas yang berwarna emas. Dan perempuan mengenakan teratai penutup dada, baju kurung berwarna merah dengan taburan motif bunga emas, dan hiasan kepala semacam mahkota,
2. Pakaian Pengantin Tradisional Daerah OKI
Dilansir dari laman Kemendikbud, pengantin laki-laki mengenakan penutup semacam kopiah yang disebut ketu, di sisi kirinya dilengkapi dengan tebeng malu. Bagian badan memakai kemeja dari bahan satin kuning tanpa lengan dan leher, dan ditutup pakaian jubah panjang dari kain beludru dengan hiasan bintang bertabur.
Memakai celana angkinan dari warna satin kuning, dan ditutup kain songket tajung bumpak hingga di bawah lutut, di bahu kiri kanan berhiaskan selempang sawit dan di bagian ikat pinggang memakai ikat pinggang pending dan diselipkan sebilah keris.
Sedangkan pengantin perempuan mengenakan mahkota yang disebut paksangko OKI, dan tajuk ogan. Tata rambut model gelung malang yang berlilitkan rangkaian kembang melati, dan dilengkapi hiasan kembang goyang dan lain sebagainya. lalu untuk badan memakai baju kurung dari kain beludru dan kain yang dikenakan adalah songket dan leher berhiaskan kalung kebo mungguh.
3. Pakaian Pengantin Tradisional Daerah OKU
Masih di sumber yang sama, pakaian ini dibagi untuk dua etnik yang pertama etnik Semendawai. Kepala pengantin pria mengenakan penutup yang disebut kuluk bunga singgah. Di sisi kiri kuluk digantungkan tebeng malu dari kain beludru yang berbentuk persegi empat yang memiliki fungsi untuk menghalangi lirikan mata.
Di bagian badang menggunakan kemeja tanpa lengan dan leher yang disebut baju popok kancing, dan ditutup pakaian jubah pendek serta mengenakan celana angkinan dari satin kuning.
lalu untuk pengantin perempuan di bagian kepalanya mengenakan tajuk beringin dan ikat dahi atau gundik. Model tata rambut yang dipakai adalah gelung malang yang berlilitkan rangkaian manik urai. Sedang di bagian badan memakai baju kurung dari angkinan dan kain yang dikenakan adalah kain songket lepus.
Lalu untuk etnik Banding Agung, pengantin laki-laki mengenakan penutup sigor ranau, kopiah cupak dan dihias bunga linggok di bagian kepala. Lalu di sisi kiri sigor digantungkan tebeng malu yang berfungsi untuk menghalangi lirikan mata.
Bagian badan menggunakan kemeja dan jas tabur. Memakai juga celana songket, serta ditutup kain tajung bumpak sampai ke bawah lutut dan di bagian bahu menggunakan selempang.
Lalu untuk pengantin perempuan bagian kepala memakai mahkota sigor Ranau. Tata rambut model gelung malang yang dihias dengan kembang cempaka dan kembang linggak. Lalu telinga memakai perhiasan sumping. Di bagian badan menggunakan kebaya panjang berhiaskan bintang bertabur. Lalu kain yang dikenakan adalah kain songket lepus, dan leher mengenakan kalung kebo munggah atau tapak jayo.
4. Pakaian Pengantin Tradisional Daerah Lahat
Pengantin laki-laki, menggunakan penutup kepala berupa songkok yang bersulam emas dan di depannya dihias motif bintang dan bulan sabit. Di bagian badan mengenakan kemeja atau rompi tanpa lengan dan leher yang ditutup pakaian jubah panjang teluk belango bersulam emas. Dan juga memakai celana angkinan dari satin kuning bersulam emas dan ditutup dengan kain songket tajung bumpak sampai ke bawah lutut.
Lalu untuk pengantin perempuan mengenakan mahkota dari bahan perak sepuh emas yang disebut tajuk cempaka 52 rejung, dan pada dahi menggunakan pilis model mata lentik. Lalu di bagian badan menggunakan baju kurung dari kain beludru bersulam benang emas dan kain yang dipakai adalah kain songket.
5. Pakaian Pengantin Tradisional Daerah Musi Rawas
Pengantin laki-laki mengenakan penutup kepala yang disebut tanjak rawas dibuat dari kain songket. Lalu di bagian badan mengenakan baju popok dan ditutup pakaian jas serta menggunakan celana angkinan dari satin kuning yang bermotif pucuk rebung dan ditutup kain wiro sampai ke bawah lutut.
Lalu untuk pengantin perempuan menggunakan mahkota rawas dengan tata model gelung malang yang dilengkapi dengan gandik dan sumping pada telinga. Lalu di bagian badan menggunakan baju kurung dari kain songket lalu kain yang dikenakan adalah kain songket lepus. Di bagian leher menggunakan hiasan kalung kebo munggah atau tapak jayo.
6. Pakaian Pengantin Tradisional Daerah Bangka
Pakaian Paksian merupakan busana pengantin khas kota Pangkalpinang. Pakaian mempelai wanita merupakan baju kurung yang terbuat dari bahan sutra atau beludru yang di awal disebut baju Seting serta kain yang dipakai merupakan kain besusur, kain lasem, dan disebut juga dengan nama kain cual. Bagian kepala memakai sorban yang disebut sungkon. Pakaian ini mempunyai pengaruh dari China dan Arab.
Berdasar keterangan orang tua yang berasal dari China tentang baju pengantin perempuan, konon menurut cerita ada saudagar dari Arab datang ke negeri China sambil berdagang menyiarkan agama Islam dan jatuh cinta dengan seorang gadis China tersebut dan melangsungkan pernikahannya. Dan pada saat itu memakai pakaian adat masing-masing.
Itulah informasi mengenai 6 pakaian pernikahan di Sumsel. Semoga artikel ini bermanfaat ya detikers!
Artikel ini ditulis oleh Bagus Rahmat Nugroho, peserta Magang Merdeka Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(dai/dai)