Marga merupakan kelompok kekerabatan yang eksogam dan unilinear, baik secara matrilineal maupun patrilineal. Berikut daftar marga di Jambi serta sejarah terbentuknya.
Sistem marga di berbagai daerah memiliki ciri khas tersendiri. Salah satunya marga di Jambi. Jambi memiliki sistem marga yang khas dan unik dari daerah-daerah lain.
Dilansir dari jurnal berjudul Marga di Jambi karya Musri Nauli, istilah marga atau margo di Jambi berasal dari faktor pertumbuhan persekutuan hukum teritorial atau wilayah. Namun, saat ini masih banyak yang belum tau mengenai hal tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kali ini, detikSumbagsel merangkum pembahasan mengenai marga yang ada di Jambi serta sejarahnya.
Sejarah Pembentukan Marga di Jambi
Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, struktur administratif di Jambi mengalami perubahan signifikan. Masih dari sumber yang sama, marga yang awalnya bersifat genealogis-territorial, diubah oleh Pemerintah Belanda menjadi teritorial-genealogis.
Berdasarkan Regeering Reglement (RR) tahun 1854, Hindia Belanda diperintah oleh Gubernur Jenderal atas nama Raja atau Ratu Belanda dengan sistem sentralistik. Wilayah Hindia Belanda dibagi menjadi dua kategori besar yaitu, Daerah Indirect Gebied dan Direct Gebied.
Daerah Indirect Gebied diperintah secara tidak langsung oleh penguasa di Batavia, sementara daerah Direct Gebied diperintah langsung oleh Batavia secara hierarkis.
Sistem pasirah yang merupakan bagian dari struktur pemerintahan ini, dibentuk melalui Surat Keputusan Pemerintah Kolonial Belanda tertanggal 25 Desember 1862. Pada tahun 1928, pemerintah Belanda mengubah marga-marga dari sistem genealogis-territorial menjadi teritorial-genealogis dengan penentuan batas-batas daerah yang lebih jelas. Setiap marga dipimpin oleh seorang kepala marga yang dipilih melalui pemilihan, begitu pula dengan kepala-kepala kampung.
Pembagian Wilayah dan Nama-nama Marga di Jambi
Peta-peta kolonial Belanda, seperti Schetkaart Residentie Djambi Adatgemeenschappen (Marga's) tahun 1910, menunjukkan pembagian wilayah Jambi berdasarkan marga. Beberapa marga yang terkenal antara lain:
1. Marga di Jambi
- Margo Batin Pengambang (Berpusat di Moeratalang)
- Margo Batang Asai
- Cerminan Nan Gedang
- Datoek Nan Tigo
2. Marga di Merangin (Luak XVI)
- Margo Serampas (Berpusat di Tanjung Kasri)
- Margo Sungai Tenang (Berpusat di Jangkat)
- Margo Peratin Tuo (Berpusat di Dusun Tuo)
- Margo Tiang Pumpung
- Margo Renah Pembarap
- Margo Sanggrahan (Berpusat di Lubuk Beringin)
3. Marga di Tebo
- Margo Sumay (Berpusat di Teluk Singkawang)
4. Marga di Batanghari
- Margo Petajin Ulu
- Margo Petajin Ilir
- Margo Marosebo
- Kembang Paseban
5. Marga di Muara Jambi
- Margo Koempeh Ilir
- Koempeh Ulu
- Jambi Kecil
6. Marga di Tanjabbar
- Margo Toengkal Ilir
- Toengkar Ulu
7. Marga di Tanjabtim
- Margo Berbak
- Margo Dendang Sabak
Selain marga, di Jambi juga terkenal istilah batin seperti Batin II, III Hulu, Batin IV, V, VII, IX Hilir, VIII, dan XIV. Setiap marga atau batin memiliki pusat pemerintahan yang dikepalai oleh seorang pesirah, setara dengan wilayah administrasi kecamatan.
Beberapa nama marga ini masih dikenal hingga kini dan telah menjadi nama-nama kecamatan seperti Kecamatan Jangkat Timur yang dulu disebut Sungai Tenang, Kecamatan Tiang Pumpung, Kecamatan Renah Pembarap, Kecamatan Sumay, Kecamatan Marosebo, Kecamatan Sabak, Kecamatan Dendang, dan Kecamatan Tungkal Ulu.
Pengertian Tambo
Pembagian wilayah berdasarkan penetapan Pemerintah Belanda dikenal dengan istilah tambo. Tambo berasal dari bahasa Sanskerta, 'tambay' yang berarti bermula. Dalam tradisi masyarakat Minangkabau, tambo adalah warisan turun-temurun yang disampaikan secara lisan, yang juga dapat bermakna sejarah, hikayat, atau riwayat.
Tambo digunakan untuk menentukan batas wilayah berdasarkan tanda-tanda alam seperti sungai, bukit, dan lembah, yang masih dapat diidentifikasi hingga kini.
Dengan menggunakan tambo, wilayah Jambi dituliskan dengan batas-batas alam seperti mulai dari Sialang Belantak Besi, menuju Durian Takuk Rajo, mendaki ke Pematang Lirik dan Besibak, terus ke sekeliling Air Bangis dan seterusnya. Tanda-tanda alam ini masih dapat dijumpai di berbagai wilayah Jambi, yang menunjukkan batas-batas tradisional yang ditetapkan pada masa lalu.
Pembentukan marga di Jambi oleh Pemerintah Belanda memainkan peran penting dalam struktur administrasi dan pembagian wilayah yang ada hingga sekarang. Nama-nama marga dan batin yang ditetapkan pada masa kolonial masih digunakan dan dikenal masyarakat Jambi saat ini.
Melalui sistem tambo, batas-batas wilayah ditentukan dengan menggunakan tanda-tanda alam yang masih dapat dilihat dan diidentifikasi hingga kini.
Itulah tadi penjelasan mengenai sejarah, nama-nama serta pengertian marga dan tambo di Jambi. Semoga dapat menambah wawasan detikers ya.
(sun/mud)