Novel merupakan bacaan yang difavoritkan banyak orang. Banyak novel dengan berbagai tema yang bisa direkomendasikan.
Salah satunya novel yang menceritakan tentang kehidupan Indonesia tempo dulu. Novel tema ini banyak yang sukses membawa pembacanya seakan-akan menyisir masa lalu.
Berikut ini detikSumbagsel rangkumkan sederet novel yang menggambarkan Indonesia tempo dulu, sebagai rekomendasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rekomendasi Novel yang Menggambarkan Indonesia Tempo Dulu:
1. Ronggeng Dukuh Paruk
![]() |
Rekomendasi novel yang pertama berjudul Ronggeng Dukuh Paruk. Novel ini ditulis oleh Ahmad Tohari.
Novel ini merupakan buku pertama Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk. Novel kedua berjudul Lintang Kemukus Dini Hari, dan novel ketiga berjudul Jantera Bianglala.
Lalu pada tahun 2003 dan November 2011, trilogi ini disatukan menjadi 1 buku berjudul Ronggeng Dukuh Paruk. Novel ini menceritakan kehidupan serta adat kebiasaan masyarakat Dukuh Paruk, sebuah desa terpencil di Jawa, sangat miskin, dan terbelakang. Baik kehidupan ekonomi, budaya, dan pendidikan.
Dikisahkan Srintil merupakan seorang penari ronggeng yang menjadi primadona di desa tersebut. Bagi masyarakat Dukuh Paruk, seorang ronggeng merupakan segala-galanya. Bahkan seorang istri amat senang apabila suaminya mampu mendapatkan keperawanan dari ronggeng tersebut.
Tapi lain halnya dengan Rasus, teman sepermainan Srintil sejak kecil justru ia merasa sakit hati saat Srintil dielu-elukan dan diperebutkan sebagai seorang ronggeng. Orang tua Rasus sudah meninggal dalam insiden keracunan tempe bongkrek.
2. Gadis Kretek
![]() |
Berikutnya novel berjudul Gadis Kretek. Novel ini ditulis Ratih Kumala, dan menceritakan tiga zaman. Dari saat Indonesia sebelum merdeka, sesudah merdeka (tepatnya pascainsiden G30SPKI) dan masa kini.
Cerita ini tentang perkembangan industri kretek di Indonesia, yang kaya akan wangi tembakau. Begitu juga sarat dengan aroma cinta dan konflik di dalamnya.
Dikisahkan Pak Raja sekarat. Ia selalu memanggil satu nama yang bukan istrinya yaitu Jeng Yah. Gundah sang istri pun muncul terbakar api cemburu. Sebab permintaan terakhir suaminya ingin bertemu Jeng Yah. Akhirnya tiga pewaris Kretek Djagad Raja berpacu dengan waktu dalam mencari Jeng Yah.
Seiring dibukanya lembar demi lembar masa lalu, terkorek kisah yang mengarah pada rahasia yang sudah lama terkubur, apakah mereka bertiga bertemu Jeng Yah?
3. Tenggelamnya Kapal van der Wijck
Berikutnya novel berjudul Tenggelamnya Kapal van der Wijck karya Abdul Malik Karim Amrullah (Buya Hamka), yang pertama kali terbit pada tahun 1939.
Dikisahkan sepasang kekasih yang terhalang perbedaan status sosial adat Minangkabau. Ia Zainuddin, pemuda yang ditolak di kampung halamannya karena berdarah campuran, bertemu dengan perempuan bernama Hayati. Di sinilah awal kisah mereka terbit.
Kebahagiaan, rasa sakit, amarah, dan kesedihan menjadi satu dalam perjalanan Zainuddin. Lalu bagaimana akhir kisah sepasang insan ini?
4. Laut Bercerita
Novel selanjutnya bertema aktivis di era Orde Baru berjudul Laut Bercerita. Novel ini dikarang Leila S Chudori dan terbit pertama kali pada tahun 2017.
Meski novel ini merupakan karangan fiksi, cerita di dalamnya didasarkan pada kisah dan obrolan nyata para aktivis pra-reformasi.
Novel ini menceritakan sosok Biru Laut, di mana bagian pertama menunjukkan kepedihan dan ketakutan sebagai aktivis kritis yang berani menyuarakan isu sosial pada 1991 sampai 1998. Kelompoknya dianggap berbahaya dan ditangkap serta dihukum baik fisik dan mental. Akhirnya Biru tidak lagi memiliki kabar.
Lalu bagian kedua menceritakan Asmara Jati, saudara Biru Laut yang mencari sang kakak dan menuntut keadilan. Di bagian kedua ini juga menceritakan bagaimana kondisi keluarga yang ditinggalkan.
5. Sang Keris
Novel selanjutnya amat unik sebab sudut pandang yang dikisahkan ialah sudut pandang keris, Kanjeng Kyai Karonsih. Novel ini ditulis oleh Panji Sukma.
Novel ini membawa pembaca menjelajahi sejarah Indonesia lewat keris yang selalu berpindah tangan sejak masa kerajaan, era kolonial, masa kemerdekaan, hingga masa modern.
Keris itu dikisahkan dalam sudut pandang orang kedua. Keris itu menjadi saksi bisu dari banyaknya kisah sejarah di Indonesia. Baik perebutan harta, tahta, wanita, dan pemilihan pemimpin politik.
6. Teh dan Pengkhianat
Selanjutnya, novel berjudul Teh dan Pengkhianat karangan Iksaka Banu. Novel ini menceritakan 13 cerita pendek tentang sejarah yang berwarna-warni berlatarkan masa kolonial.
Cerita yang dibawa bukan hanya tentang perang melawan penjajahan, lebih kompleks tentang masalah kemanusiaan, fanatisme, pengorbanan, hingga perjuangan dalam melawan ketidakadilan.
7. Entrok
Novel berjudul Entrok adalah karangan dari Okky Madasari. Dikisahkan Marni yang bekerja keras dan menabung untuk mendapatkan entrok yang dia impikan, dan menjadi awal dari dirinya yang makmur.
Kisah dimulai saat Marni masih memuja leluhur. Sedangkan sang putri, Rahayu, generasi yang merasakan bangku pendidikan dan pemeluk agama yang taat.
Selama bertahun-tahun, mereka berdua memiliki pandangan yang berbeda terhadap masing-masing hingga akhirnya sadar bahwa ada kesamaan di antara mereka yaitu menjadi korban orang yang berkuasa.
Itulah rekomendasi novel dengan latar Indonesia tempo dulu. Semoga bermanfaat detikers!
Artikel ini ditulis oleh Bagus Rahmat Nugroho, peserta Magang Merdeka Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(sun/mud)