Senjata Tradisional Bangka Belitung untuk Pertanian hingga Pertempuran

Senjata Tradisional Bangka Belitung untuk Pertanian hingga Pertempuran

Kirana Ratu Sekar Kedaton - detikSumbagsel
Kamis, 21 Mar 2024 03:00 WIB
Senjata tradisional Bangka Belitung.
Foto: Tropenmuseum/Wikimedia Commons
Pangkalpinang -

Bangka Belitung termasuk wilayah yang beberapa kali dikuasai oleh kerajaan besar di abad ke-7. Dikutip dari buku Mengenal Seni dan Budaya Indonesia oleh R Rizky dan T Wibisono, dijelaskan kerajaan Majapahit dan Mataram tercatat pernah menguasai wilayah ini.

Letaknya yang strategis di tengah jalur lalu-lintas perdagangan Asia dan Eropa menyebabkan Bangka Belitung banyak disinggahi bajak laut. Kondisi ini mendorong para warga sekitar untuk membuat senjata khas untuk melindungi diri mereka.

Dijelaskan dalam buku Pulau Bangka Belitung Yang Indah karya Suparti, senjata tradisional khas Bangka Belitung diantaranya yaitu parang badau, kedik, dan siwar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketiganya memiliki fungsi dan keunikan tersendiri yang dijelaskan sebagai berikut.

Senjata Tradisional Bangka Belitung

1. Parang Badau

Senjata mirip golok Jawa dengan ujung yang lebih lebar ini berbentuk mirip dengan kapal layar. Desain tersebut digunakan untuk meningkatkan bobot agar pohon dapat terpotong dengan cepat dan tepat sasaran.

ADVERTISEMENT

Parang Badau atau Parang Bangka ini juga digunakan sebagai senjata perkelahian jarak dekat karena bebannya yang relatif berat. Dilansir dari laman belitungisland, nama Badau sendiri diambil dari suku yang membuat senjata tersebut.

Menurut sejarah pada abad ke-13, seorang empu pandai besi dari Kerajaan Majapahit datang ke Kerajaan Badau untuk mengajari warga setempat cara membuat senjata. Di bawah kepemimpinan raja bergelar Ronggo Udo, masyarakat Badau membuat senjata magis ini untuk melawan kolonialisme Belanda di Bangka Belitung pada masa itu.

2. Siwar

Siwar adalah senjata yang digunakan para pahlawan terdahulu untuk melawan Belanda. Siwar berbentuk seperti keris kecil yang disisipkan di pinggang untuk melindungi diri dari serangan musuh yang datang tiba-tiba.

Dilansir pada buku Padang Guci Dikale karya Andis Syah Putra, S IP, pulu atau gagang siwar dibuat khusus dari kayu hutan dengan relief tertentu untuk menjaga kekuatan dan ketahanannya. Besi yang digunakan pun tidak main-main sehingga dengan tebasan ringan target akan mudah tergores dengan senjata tajam ini.

Oleh sebab itu terdapat dua jenis siwar yang digunakan yakni siwar panjang dan siwar pendek. Siwar panjang berbentuk mirip mandau, senjata dari Kalimantan Timur yang berfungsi untuk pertempuran jarak dekat. Satu bilah sisi yang tajam membuatnya efektif untuk melawan penjajah.

Sementara itu, siwar pendek memiliki ujung runcing dengan lengkungan layaknya keris. Senjata ini digunakan untuk menusuk lawan dan menyayat lawan dalam jarak dekat tanpa banyak tenaga karena dua bilah besi tajam yang dimilikinya.

3. Kedik

Kedik adalah alat pertanian yang sering digunakan untuk membersihkan rumput ataupun tanaman liar di sekitar rumah. Sama halnya dengan curit, kedik memiliki ukuran lebih kecil, ringan, dan lengkungan yang lebih curam.

Beratnya yang tidak melebihi 2 kg dan panjangnya di sekitar 38 cm - 50 cm, membuat kedik sering dibawa dan dipakai petani wanita. Untuk menggunakan senjata ini, detikers harus berjongkok dan bergerak mundur dengan gerakan menarik ke belakang agar rumput terpotong maksimal.

Beberapa orang juga menyebut kedik sebagai Parang Bingkok karena bilahnya yang bengkok atau melengkung. Hingga saat ini, kedik masih banyak dijual di toko pertanian dan perkakas Bangka Belitung karena efektivitasnya yang belum tergantikan.

Demikian ulasan mengenai senjata tradisional Bangka Belitung yang masih lestari hingga saat ini. Bukan sekadar senjata untuk melindungi diri saja, produksi warisan budaya ini juga merupakan ladang bagi warga setempat untuk tetap bertahan hidup di tengah globalisasi.




(row/row)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads