Bengkulu adalah salah satu daerah yang masih kental dengan adat istiadat dan kearifan lokal. Upacara adat Bengkulu menjadi ciri khas daerah tersebut yang memiliki banyak kepercayaan dan makna, serta masih dilaksanakan oleh masyarakat setempat sampai saat ini.
Upacara adat sendiri menjadi perwujudan atas suatu hal yang akan terjadi atau sudah terjadi sebagai persembahan kepada yang diyakini masyarakat daerah tersebut. Banyak upacara adat yang masih sering dilakukan oleh masyarakat Bengkulu dalam menjalankan aktivitas. Bahkan, upacara adat Bengkulu selalu dinantikan oleh masyarakat di sana.
Berikut detikSumbagsel rangkum 7 upacara adat Bengkulu yang masih dijaga dan dilestarikan di Provinsi tersebut. Simak yuk!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Upacara Adat Bengkulu
1. Semgoa Pai
Semgoa pai adalah upacara adat yang sering dilakukan oleh masyarakat Rejang Kepahiang. Dikutip dari situs resmi Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya Indonesia, upacara ini bertujuan untuk menghormati tanaman padi yang menjadi makanan pokok masyarakat.
Upacara ini dilakukan selama 3 hari berturut-turut, dimulai dari menyiapkan sebuah talam dengan berbagai benda sajian, seperti daun sirih segar, bubur jawet, batu besar datar, benang tiga warna yang disebut benang tigo semeragih, serta air dalam ceker boloak.
Lalu, seorang perempuan tua dari keluarga pemilik ladang, pagi-pagi telah tiba di tepi ladang dan siap melaksanakan upacara. Dalam prosesi yang diawali dengan pemilinan, padi kemudian disanggul dan diikat menggunakan 3 benang, setelah itu digantung.
2. Sedekah Rame
Sedekah rame adalah Upacara adat Bengkulu yang diadopsi dari daerah Kesultanan Palembang. Dilansir dari situs resmi Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya Indonesia, upacara ini dibawa ke Bengkulu oleh seorang yang bernama Kriye Mambul.
Dia mempelajari upacara ini sebelum menyebarkannya ke Bengkulu. Sedekah rame sering dilakukan di daerah Batu Urip Bengkulu dan menjadi salah satu warisan budaya tak benda milik Indonesia.
Upacara ini merupakan bentuk rasa syukur terhadap Tuhan yang maha esa dengan membuat kegiatan berupa memberikan rezeki bagi yang melaksanakan. Untuk melaksanakan sedekah rame juga harus dipimpin langsung oleh garis keturunan yang tepat dan tidak sembarangan.
3. Mufakat Rajo Penghulu
Mufakat rajo penghulu adalah suatu musyawarah yang dilakukan antara dua keluarga kerajaan untuk pelaksanaan pesta pernikahan. Dikutip dari situs resmi Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya Indonesia, kegiatan musyawarah ini dilaksanakan untuk membuat suatu kebijakan atau bisa juga untuk perundingan panitia pesta pernikahan.
Ciri khas dari kegiatan ini ada di hidangan yang disajikan ketika acara. Mufakat rajo penghulu biasanya terdapat hidangan berupa lupis dan sebagian juga menggunakan nasi ketan.
4. Upacara Kalea
Upacara kalea biasanya dilakukan untuk pengukuhan Koordinator Kepala Suku (Pabuki) yang ada di Bengkulu. Acara ini dihadiri oleh semua Kepala Suku dan Kepala Pintu Adat serta warga adat yang terlibat.
Upacara kalea identik dengan pemasangan kalung yang dibuat khusus dari kerang dan dipasangkan juga mahkota yang dibuat dari pelepah nibung kepada Pabuki yang baru. Tak hanya itu, pelepah tadi dihiasi dengan aneka ragam hiasan dari alam dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku. Saat ini, upacara kalea masih sering dilakukan oleh masyarakat setempat sebagai pelestarian kebudayaan di Bengkulu.
5. Yaruda
Yaruda adalah upacara adat masyarakat Enggano yang bertujuan memohon keselamatan bagi semua anak keturunan. Tradisi ini seringkali diadakan bersamaan dengan peristiwa seperti perkawinan, kematian keluarga, atau menyambut tamu kehormatan.
Salah satu hal unik dari Yaruda adalah kelengkapan persyaratan upacara, seperti ikan disale, ubi tumbuk, ubi diasap, dan keladi rebus, yang dianggap sebagai persembahan kepada roh leluhur. Kelengkapan ini harus tersedia karena dianggap sakral oleh masyarakat.
Yaruda telah dilaksanakan turun-temurun sejak zaman nenek moyang mereka. Tradisi ini tidak hanya merupakan aspek budaya yang kuat, tetapi juga menjadi wujud penghormatan kepada leluhur serta alam semesta.
6. Tempung Matei Bilei
Tempung matei bilei merupakan sanksi adat yang diberikan kepada individu yang melakukan perbuatan asusila, seperti zina, yang merusak tatanan sosial dan norma dalam masyarakat. Pelaksanaan sanksi ini dianggap sebagai upaya untuk mengembalikan keseimbangan dalam masyarakat.
Proses tempung matei bilei diawali dengan pembacaan doa dan pembakaran kemenyan, kemudian dilanjutkan dengan pemukulan kepada pelaku oleh tokoh adat, agama, dan pemerintah menggunakan seratus batang lidi sebagai simbol seratus kali cambukan dalam hukum Islam.
Pemukulan tersebut tidak dimaksudkan sebagai tindakan kekerasan, melainkan sebagai upaya untuk memohon ampunan dari Allah bagi pelaku dosa yang telah dilakukan. Setelah pemukulan, pelaku meminta maaf kepada leluhur, bumi, dan langit sebagai bentuk permohonan pengampunan atas kesalahannya.
7. Tabok/Tabuik
Upacara tabok atau tabuik berasal dari tradisi yang dibawa oleh kelompok Sipai dari Madras dan Bengali ke Bengkulu. Dipimpin oleh Imam Senggolo atau Syekh Burhanuddin, mereka mendirikan pemukiman baru yang dikenal sebagai Berkas, sekarang Kelurahan Tengah Padang.
Awalnya, tabuik merupakan peringatan atas kematian Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Nabi Muhammad, namun kemudian berkembang menjadi sebuah kewajiban keluarga dalam memenuhi wasiat leluhur.
Keunikan tabuik terletak pada asimilasi dan akulturasi budaya Bengkulu dengan tradisi berkabung yang dibawa dari negara asal kelompok Sipai. Tradisi tabuik di Bengkulu dan tabuik di Pariaman juga memperlihatkan evolusi fungsinya dari ritual keagamaan menjadi festival kebudayaan.
Upacara adat di Provinsi Bengkulu mencerminkan kekayaan budaya dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat setempat serta menjadi pelajaran budaya yang berharga sehingga semua generasi harus terus melestarikan dan mengenalkannya ke mancanegara.
Nah, itulah 7 upacara adat Bengkulu lengkap dengan penjelasannya. Semoga bermanfaat.
Artikel ini ditulis oleh Achmad Rizky Setiawan, peserta program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(dai/dai)