Masuknya budaya asing ke Indonesia menyatu dengan budaya lokal dan menciptakan produk budaya baru. Salah satunya terjadi di Jambi, tepatnya pada pakaian tudung lingkup dan tengkuluk. Berikut fakta-fakta mengenai tudung lingkup dan tengkuluk dirangkum detikSumbagsel.
Tradisi Tudung Lingkup
Masyarakat Jambi sangat menjunjung tinggi kesopanan. Hal ini memengaruhi gaya busana yang digunakan, terutama untuk perempuan. Gaya busana perempuan di Jambi inilah yang disebut tudung lingkup, yang juga dikenal sebagai berkerobong atau bakarobong.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip dari penelitian Mengenal Tudung Lingkup Kebudayaan dari Jambi Kota Seberang oleh Putri Nurlaila dan Destrinelli dari Universitas Jambi, tudung lingkup secara bahasa adalah kain penutup kepala dan wajah perempuan. Ada juga yang mengartikannya sebagai cadar. Penggunaan tudung lingkup ini secara tidak langsung menunjukkan usia dan status perkawinan seorang perempuan.
![]() |
Pada awal abad 20-an, bagi masyarakat kota Jambi, seorang gadis yang belum menikah harus benar-benar menutup auratnya setiap keluar rumah. Mereka hanya boleh menyisakan bagian mata, telapak tangan, dan kaki yang terbuka.
Tudung lingkup ini menggunakan kain sarung sebagai tudung dan bawahannya, kemudian memakai baju kurung pendek atau kebaya pendek sebagai pakaiannya.
Baca juga: 7 Tarian Daerah Khas Jambi, Ada Apa Saja? |
Tradisi Bertengkuluk
Selain bertudung lingkup, perempuan di Jambi juga memiliki tradisi bertengkuluk. Tengkuluk adalah penutup kepala yang kemudian dijadikan identitas perempuan melayu di Jambi. Tengkuluk awalnya hanya dijadikan penahan beban di kepala juga sebagai pelindung dari sinar matahari ketika beumo atau bersawah.
Dalam penggunaannya, tengkuluk sendiri memiliki aturan tentang juntaian sisi kain. Jika juntaiannya diletakkan di sebelah kiri, artinya penggunanya adalah seorang gadis. Jika juntai nya di sebelah kanan, berarti penggunanya adalah perempuan yang sudah bersuami.
![]() |
Tengkuluk sering dipadukan dengan baju kebaya pendek atau baju kurung. Baju kurung berbentuk panjang mirip tunik, memiliki potongan yang longgar, dan bertangan panjang. Biasanya tengkuluk juga dikenakan dengan kain batik atau kain tenun sebagai bagian bawahnya.
Awalnya baju kurung biasa dipakai untuk upacara kebesaran Melayu oleh kaum perempuan di lingkungan kerajaan. Busana ini biasa dipakai dengan kain songket untuk dijadikan sarungnya, aneka perhiasan emas, dan tas kecil atau kipas.
Penggunaan baju kurung memiliki makna yaitu terkurung atau dikurung. Hal itu merujuk pada perempuan ada dalam aturan yang patut untuk dipatuhi, sebagaimana dalam tatanan adat istiadat Jambi.
Kemudian busana tradisional ini cenderung longgar, menyimbolkan kelapangan hati. Hal itu juga dapat bermakna lapang dalam perkembangan, kearifan, dan lapang dalam cara berpikir.
Nah detikers, itulah tudung lingkup dan tengkuluk, gaya busana daerah perempuan Jambi. Semoga dapat menambah pengetahuanmu tentang tradisi di Indonesia, ya.
Artikel ini ditulis oleh Rindi Antika, peserta program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(des/des)