Suku Banjar di Kuala Tungkal, Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar), Jambi punya tradisi atau ritual bernama bepapai. Ritual bepapai merupakan salah satu upacara tolak bala yang diadakan sebelum upcara pernikahan.
Nah, sebagai masyarakat Indonesia, detikers sudah tahu kan bahwa suku-suku yang ada punya tradisinya masing-masing menjelang pernikahan? Apalagi pernikahan merupakan momen sakral, maka tak heran jika banyak hal perlu dipersiapkan sebelum pernikahan. Bagi masyarakat Banjar Kuala Tungkal, salah satu persiapan itu ialah bepapai.
Pengertian Ritual Bepapai
Mengutip Nurhasanah Hasbullah dan M Syahran Jailani dari UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi, bepapai artinya mandi atau percik. Upacara bepapai atau mandi pengantin ini dilakukan pada tengah malam atau setelah Ashar dan biasanya dilaksanakan sebelum akad nikah dan resepsi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Upacara Bepapai ini bertujuan untuk membersihkan diri calon pengantin dari kotoran yang melekat di jiwa dan raganya.
Perlengkapan Ritual Bepapai: Piduduk
Perlengkapan upacara adat masyarakat Banjar ini disebut piduduk, yang terdiri dari bahan makanan dan benda-benda yang mempunyai simbol atau nilai tertentu. Piduduk dibagi menjadi dua, yakni piduduk untuk keperluan acara dan piduduk yang disiapkan untuk orang yang memimpin upacara.
Piduduk yang digunakan sebagai keperluan upacara terdiri atas segantang beras, sebiji nyiur, gula merah, tiga butir telur ayan, lilin, sekeping uang logam bahari atau uang logam lama, jarum dengan benang kuning, sesuap sirih, roko daun, dan rempah dapur.
Piduduk untuk keperluan acara tersebut diletakkan di tempat yang menjadi pusat acara. Piduduk juga disediakan saat acara aruh bakawinan atau resepsi pernikahan dan ditempatkan di bawah atau dekat pelaminan.
Bahan-bahan piduduk ini dianggap sebagai pengganti tenaga yang terpakai. Misalnya beras sebagai pengganti daging/tubuh dan gula sebagai pengganti darah. Piduduk biasanya disediakan oleh masyarakat Suku Banjar sebagai hidangan bagi para jin atau setan agar tidak menyakiti atau mengganggu jalannya acara.
Sedangkan piduduk yang disiapkan untuk orang yang memimpin upacara berupa beras, gula, kelapa, bahan-bahan untuk makan sirih, benang, dan jarum. Poiduduk tersebut akan diserahkan setelah upacara selesai sebagai sedekah bagi orang yang memimpin jalannya upacara.
Aturan Ritual Bepapai
Bagi masyarakat Suku banjar, upacara bepapai ini wajib dilaksanakan secara turun-temurun. Tradisi bepapai ini juga wajib dilaksanakan oleh wanita yang baru pertama kali menikah. Namun hal ini tidak berlaku bagi pengantin pria yang berstatus duda atau masih beristri.
Ritual mandi tersebut bisa dilaksanakan sebelum atau sesudah akad nikah. Ritual mandi-mandi pengantin dilaksanakan sebelum akad apabila akad nikah dan resepsinya berdekatan. Ritual mandi mandi juga bisa dilaksanakan setelah akad nikah, jika jarak antara akad dan resepsinya berjauhan.
Di arena pelaksanaan mandi pengantin dibangun "pagar mayang". Pagar mayang adalah semacam panggung tempat untuk memandikan pengantin berukuran sekitar 3x3 meter.
Perlengkapan untuk pelaksanaan ritual bepapai tersebut terdiri dari air doa, air yasin, air bunga, sekeping uang logam lama, kain kuning untuk basahan pengantin, lulur, kain putih untuk alas duduk, dan kain ganti.
Setelah itu dilaksanakan acara batapung tawar dan dilanjutkan dengan betamat Al-Qur'an. Upacara mandi-mandi tersebut tidak boleh dihadiri oleh laki-laki selain pengantin pria.
Nah itu dia ritual bepapai, ritual mandi mandi yang dilaksanakan oleh masyarakat suku Banjar, terutama yang tinggal di Kuala Tungkal. Semoga bisa menambah wawasanmu mengenai budaya yang ada di Jambi ya, detikers.
Artikel ini ditulis oleh Rindi Antika, peserta program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(des/des)