5 Cerita Rakyat Populer yang Berasal dari Jambi

5 Cerita Rakyat Populer yang Berasal dari Jambi

Aprilda Ariana Sianturi - detikSumbagsel
Sabtu, 14 Okt 2023 05:30 WIB
Tangkapan layar buku Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara oleh Sumbi Sumbangsari
Foto: Tangkapan layar buku Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara oleh Sumbi Sumbangsari (Istimewa)
Jambi -

Cerita rakyat merupakan sebuah kisah yang diceritakan secara turun-temurun dan berkembang di masyarakat sehingga pada akhirnya dikenal secara luas. Cerita rakyat pada umumnya mengandung nilai-nilai kehidupan yang dapat dipetik.

Setiap daerah di Indonesia pada umumnya memiliki cerita rakyat daerah masing-masing. Tak terkecuali Jambi. Nah, kira-kira apa saja cerita rakyat yang populer dari Jambi?

Mengutip buku Cerita Rakyat dari Jambi, Cerita Rakyat dari Jambi Volume 2, 33 Cerita Rakyat Menakjubkan, Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara, dan Koleksi Terbaik Cerita Rakyat Nusantara 34 Provinsi, berikut 5 cerita rakyat terkenal yang berasal dari Jambi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

5 Cerita Rakyat Jambi

1. Asal Mula Nama Sungai Batang Hari

Batang Hari adalah sungai terpanjang di Pulau Sumatera. Batang artinya sungai. Namun, orang-orang sudah terbiasa mengatakan Sungai Batang Hari. Bagian terpanjang Batang Hari dan muaranya memang terletak di Provinsi Jambi, sedangkan sebagian kecil hulunya berada di Provinsi Sumatera Barat.

Di zaman dahulu, penduduk Negeri Jambi menginginkan seorang raja ketika penduduknya sudah mulai banyak. Untuk itu, mereka mengadakan sayembara agar menemukan raja yang bisa memimpin mereka, menyatukan negeri- negeri kecil supaya menjadi satu Negeri Jambi yang besar.

ADVERTISEMENT

Ujian yang harus dilalui jika ingin menjadi seorang raja sangat berat. Mereka harus sanggup dibakar dengan api yang berkobar-kobar, direndam dalam sungai selama tiga hari tiga malam, serta dijadikan peluru meriam untuk ditembakkan, dan digiling dengan kilang besi yang besar.

Tidak ada yang sanggup menjalani ujian, tokoh-tokoh terkemuka dari desa Tujuh Koto, Sembilan Koto, dan Batin Duo Belas menyerah pada ujian keempat. Tokoh masyarakat Negeri Jambi kemudian sepakat mencari orang dari luar wilayah mereka untuk melalui ujian itu.

Sampailah mereka ke negeri asing, tepatnya di India Selatan yang mayoritas penduduknya berkulit hitam. Mereka sampai ke sana setelah berjalan sangat jauh, menempuh jalan setapak, menerobos hutan, menyusuri sungai, dan menghadapi perampok atau binatang buas.

Mereka kemudian berjalan menyusuri negeri itu untuk mencari orang yang sanggup menjadi raja mereka. Mereka menyebut negeri itu sebagai Negeri Keling (India).

Akhirnya mereka menemukan satu orang yang menyatakan kesanggupannya di negeri itu. Ia pun sanggup menjalani ujian yang ditentukan

Mereka membawa calon raja itu pulang ke Negeri Jambi. Perjalanan mereka memakan waktu yang sangat lama. Hujan deras, badai, angin kencang tetap mereka tempuh.

Para penduduk Negeri Jambi banyak mengobrol dengan calon raja mereka. Mereka akhirnya tahu bahwa calon raja mereka itu sangat pintar dan pandai ilmu perbintangan

Sepanjang perjalanan, mereka singgah di berbagai tempat seperti di Malaka (Malaysia) untuk membeli perbekalan dan di Negeri Aceh untuk beristirahat atau menambah persediaan air tawar. Semakin lamalah perjalanan mereka sampai di Negeri Jambi.

Suatu hari saat mereka sudah mendekati Negeri Jambi, mereka memasuki muara sungai yang sangat besar tempat mereka dulunya mencari calon raja. Namun mereka tidak tahu apa nama sungai besar itu.

Mereka berniat menanyakan kepada calon raja apa nama sungai itu, namun mereka ragu-ragu. Mereka merasa kurang sopan jika bertanya karena hari sudah hampir malam.

Pada akhirnya ada yang memberanikan diri untuk bertanya, yaitu Batin Duo Belas. Dia bertanya atas kesepakatan yang telah mereka buat.

"Tuanku calon raja kami. Elok kiranya Tuanku jika dapat menjawab sebuah pertanyaan kami."

"Tanyalah mengenai apa saja."

"Muaro sungai besar yang sedang kita layari ini, apa gerangan namanya Tuan?"

"Ha inilah yang bernama muaro Kepetangan Hari."

Mereka sangat kagum karena calon raja itu menjawab dengan cepat, padahal sungai itu belum pernah dikenalnya. Para tokoh masyarakat sangat gembira dan makin kuat mendayungkan kayu pengayuh menyusuri sungai itu melawan arus menuju Desa Mukomuko.

Mereka lalu menyebarkan berita itu sesaat setelah sampai di Mukomuko. Mereka berkata bahwa nama sungai itu adalah Kepetangan Hari. Setelah bertahun-tahun lamanya, kemudian berangsur berubah menjadi Sungai Petang Hari, hingga pada akhirnya menjadi Batang Hari.

2. Kisah Negeri Jambi

Dikisahkan pada zaman dahulu, ada sebuah kerajaan di pantai Timur Pulau Sumatera. Kerajaan itu dikenal sangat kaya karena memiliki banyak tambang minyak manah. Raja di kerajaan itu belum memiliki permaisuri.

Suatu hari, sampailah kabar kepada sang raja bahwa ada gadis cantik di Minangkabau. Putri itu bernama Pinang Masak. Raja dengan cepat mengirim utusan ke daerah Minangkabau untuk melamar sang putri.

Putri Pinang Masak terkenal sangat cantik rupanya. Namun sayangnya dia bersifat tamak terhadap harta. Ia melakukan segala cara untuk mendapatkan harta. Termasuk menerima pinangan sang raja meskipun sebenarnya dia tidak menyukainya.

Berkatalah ia kepada utusan raja,

"Baik, saya terima lamaran raja namun dengan syarat raja harus membangun istana yang sangat elok untuk saya. Istana itu harus selesai dikerjakan dalam waktu satu malam."

Raja pun menyanggupi karena rasa cintanya yang besar kepada Putri Pinang Masak. Raja mengumpulkan rakyat dan tukang dan menyuruh mereka bekerja dengan cepat.

Pembangunan istana dimulai pada senja hari. Ribuan tukang dikerahkan. Ribuan lampu dihidupkan agar raja dapat memeriksa orang-orang yang bekerja.

Saat raja berkeliling tengah malam, istana itu sudah setengah selesai. Putri Pinang Masak merasa waswas. Padahal ia sudah mencari akal agar raja tidak menikahinya dengan menyuruh raja membangun istana dalam waktu satu malam. Ternyata, raja itu adalah orang sakti. Saat hari menjelang pagi, pembangunan istana itu hampir selesai.

Raja sangat senang melihatnya, namun sebaliknya Putri Pinang Masak merasa sangat sedih. Ia memikirkan rencana apa lagi yang dapat ia lakukan untuk menggagalkan niat raja dari timur itu.

Akal licik tebersit di pikirannya. Ia memasang lampu yang sangat terang di kandang-kandang ayam. Alhasil, ayam-ayam itu pun berkokok mengira bahwa hari sudah terang. Raja dan rakyat yang sedang bekerja kaget mendengarnya.

Dengan berat hati raja berkata kepada rakyat dan tukang,

"Sudah, hentikan pekerjaan itu."

"Mengapa, raja? Bukannya pekerjaan kita hampir selesai?" tanya salah seorang tukang.

"Benar katamu. Tetapi, kita telah kalah karena dalam perjanjian istana ini harus selesai sebelum ayam berkokok," kata raja.

Pekerjaan akhirnya dihentikan dengan. Para tukang kembali ke negeri mereka di timur. Akan tetapi, raja masih berdiri di tempat itu.

Hati dan harapannya pupus. Namun karena cintanya, ia menyerahkan istana yang hampir selesai itu kepada Putri Pinang Masak. Selain itu, emas dan perak diserahkannya pula kepada si putri. Setelah semua benda diserahkan, raja kembali ke timur.

Putri Pinang Masak tidak puas menerima pemberian yang sangat melimpah itu. la masih ingin menguasai daerah timur karena daerah itu mempunyai kekayaan yang berlimpah.

Ia pun menjual pemberian raja dan menggunakan uangnya untuk membeli senjata serta menyewa prajurit. Ia kemudian menyerang raja dan kerajaan timur.

Raja pun kalah dalam perang itu karena ia tidak mengira Putri Pinang Masak akan menyerangnya.Negeri timur akhirnya jatuh ke tangan Putri Pinang Masak sehingga ia menjadi pemimpin kerajaan itu.

Banyak orang dari wilayah lain menyebut negeri itu itu sebagai Negeri Pinang Masak. Kadang disebut juga Negeri Pinang. Raja-raja dari Jawa menyebutnya dengan sebutan Kerajaan Jambe karena jambe berarti pinang. Pada akhirnya sebutan Jambe berubah menjadi Jambi.

3. Orang Kayo Hitam

Tuanku Ahmad Salim mendirikan pemerintahan baru dengan dasar Islam dan bergelar Datuk Paduko Berhalo. Beliau datang dari Gujarat berlabuh di Selat Berhala, Jambi. Dia menikah dengan Putri Minangkabau yang bernama Putri Selaras Pinang Masak dan dikaruniai empat orang putra.

Semua putra Datuk Paduko Berhalo menjadi datuk di wilayah sekitar Kuala. Si bungsu yang bernama Orang Kayo Hitam hanya berkeinginan untuk memperluas wilayah sampai ke pedalaman.

Untuk mendukung cita-citanya itu, Orang Kayo Hitam melakukan perjalanan menyusuri sungai ke arah hulu. Di perjalanan, dia menemukan sehelai rambut yang melilit di dahan pohon. Rambut itu begitu lembut dan panjang, serta berwarna hitam pekat

Orang Kayo Hitam berpikir bahwa wanita cantiklah yang memiliki rambut itu.

"Aku harus mencarinya. Dia akan menjadi istriku."

Orang Kayo Hitam pun mencari si pemilik rambut itu. Dia pun mulai menyisir wilayah sekitar sungai untuk mencari keberadaan putri yang diimpikannya. Akhirnya, sampailah dia ke wilayah Temenggung Merah Mato, yang mempunyai putri yang sangat cantik bernama Putri Mayang Mangurai. Ternyata benar, rambut yang ditemukannya adalah milik Putri Mayang Mangurai.

Orang Kayo Hitam harus mengalahkan pengawal sang putri agar dapat menyunting Putri Mayang Mangurai. Orang Kayo Hitam menerima tantangan itu dengan gembira.

Setelah bertempur sekian lama mengeluarkan segenap kesaktiannya, pengawal Putri dapat ditaklukkan. Orang Kayo Hitam meminta agar dapat menikah dengan Putri Mayang Mangurai sebagai hadiahnya. Akan tetapi, Putri Mayang Mangurai mengajukan beberapa syarat.

Orang Kayo Hitam memutuskan pergi ke Pulau Jawa untuk memenuhi permintaan Putri Mayang Mangurai. Setelah melalui berbagai kesulitan, keempat permintaan Putri Mayang Mangurai dapat ditemukan dan dibawa ke hadapan Putri Mayang Mangurai.

Putri Mayang Mangurai merasa senang karena calon suaminya adalah orang yang memiliki tekad kuat dan keberanian yang luar biasa. Pada akhirnya mereka menikah. Mereka diberi sebuah perahu Kajang Lako dan sepasang angsa oleh Temenggung Merah Mato.

"Anakku, pergilah kalian berlayar mengikuti sepasang angsa itu di sepanjang Sungai Batanghari. Jika kedua angsa itu menepi di suatu tempat dan menetap sampai dua hari, di tempat itulah kalian akan bertempat tinggal. Dari tempat itu bukalah kerajaan baru untuk kalian berdua," pesan Temenggung Merah Mato.

"Baik Ayahanda. Ananda mohon doa restu."

Mereka berdua berlayar mengikuti sepasang angsa tersebut menyusuri Sungai Batanghari. Selang beberapa hari, sepasang angsa itu berhenti di suatu tempat. Mereka lalu mendirikan kerajaan baru yang berpusat di tempat itu. Wilayah itu disebut Tanah Pilih.

Di sekitar Tanah Pilih, Orang Kayo Hitam menemukan banyak pohon pinang tumbuh lebat di sepanjang Sungai Batanghari. Oleh karena itu, kota itu dinamai dengan nama Jambi yang di kemudian hari menjadi pusat pemerintahan. Pinang dalam bahasa Jawa disebut Jambe. Orang kayo Hitam dan Putri Mayang Mangurai beranak pinak, menurunkan raja-raja di Kerajaan Jambi.

4. Ibu Kandungku Seekor Kucing

Alkisah, hiduplah kakak beradik yang sangat cantik di sebuah desa. Si kakak bernama Mimi dan adiknya bernama Mini. Mereka tinggal bersama ibu mereka di rumah yang sangat sederhana. Namun, tidak seorang pun tahu bahwa ibu dari kedua gadis yang cantik dan baik hati itu adalah seekor kucing. Meskipun demikian, kedua gadis itu sangat menyayangi ibunya.

Banyak pemuda yang tertarik dengan Mimi dan Mini karena kecantikannya. Pada suatu hari, datanglah dua orang pemuda yang bernama Putra dan Jaka. Mereka bermaksud meminang kedua kakak adik tersebut. Putra ingin meminang Mimi, sedangkan Jaka meminang Mini.

"Mimi, apakah kamu mau kujadikan istri?" tanya Putra.

"Baiklah," balas Mimi sambil tersipu.

"Mini, sudikah kamu menikah denganku?" tanya Jaka.

"Baiklah," jawab Mini juga dengan malu-malu.

"Tetapi sebelum menikah, kalian harus memohon restu ibu kami," ujar Mimi dan Mini.

Mimi dan Mini kemudian memanggil ibu mereka yang sejak tadi belum menemui Putra dan Jaka. Si Ibu pun keluar hendak menemui kedua pemuda yang ingin meminang anaknya. Namun, mereka berdua terkejut ketika yang muncul adalah seekor kucing.

"Kalian bercanda sama kami? Mengapa yang kalian kenalkan pada kami adalah seekor kucing? Bukannya kalian ingin mengenalkan ibu kalian ya?" tanya kedua pemuda itu.

"Kami tidak sedang bercanda. Dia adalah benar ibu kami," ucap kedua kakak beradik itu.

"Kalian ingin mempermainkan kami berdua ya? Kami nggak suka bercanda di saat seperti ini," ucap Putra dan Jaka yang tidak percaya.

"Kalau begitu, maafkan kami jika kami harus membatalkan pinangan ini. Kami tidak terima jika seekor kucing menjadi ibu mertua kami," tolak Putra dan Jaka sembari melangkahkan kaki pergi.

Sungguh malu dan kecewanya Mimi dan Mini karena kedua pemuda tampan itu membatalkan pinangan mereka. Mimi dan Mini menyesal karena ibunya seekor kucing.

Mimi dan Mini pada akhirnya berpikir untuk mencari ibu baru bagi mereka. Tapi, mereka tidak tahu betapa hancurnya hati sang ibu mendengar anaknya ingin mencari ibu baru.

Mereka berdua berpikir untuk meminta matahari menjadi ibu mereka. Mereka pergi mendatangi sang matahari.

"Coba lihat matahari itu Mini! Sangat indah jika muncul di pagi hari. Sinarnya indahnya menghiasi langit pagi dan memberi kehangatan. Sedangkan, jika pada siang hari dia tampak gagah menyinari seluruh jagat raya. Tidakkah kau bangga mempunyai ibu seperti matahari?" ucap Mimi kepada adiknya.

"Aku bangga sekali pada matahari," ujar Mini.

Lalu mereka mendatangi dan meminta matahari untuk menjadi ibu mereka. "Hai Matahari, di siang hari kamu sangat gagah dan sangat cantik di pagi hari. Apakah kamu mau menjadi ibu kami?" tanya kedua gadis cantik itu.

Matahari tersenyum mendengar pujian Mimi dan Mini. Ia berkata, "Kalian memuji terlalu berlebihan. Aku tidaklah sehebat yang kalian bayangkan. Jika awan datang maka sinarku akan terhalang sehingga aku tidak dapat terlihat. Jadi, yang lebih pantas menjadi ibu kalian adalah awan,"

"Benar begitu? Baiklah. Terima kasih Matahari. Kami akan menemui awan," ucap Mimi.

Kemudian, pergilah Mimi dan Mini menemui awan. Mereka berharap awan maut menjadi ibu mereka.

"Awan yang baik, sangat cantik parasmu. Bentukmu yang seperti kapas membuatmu terlihat lembut. Apabila dirimu berubah menjadi hitam, kamu terlihat sangat gagah. Matahari yang sangat panas pun mampu kamu kalahkan," ucap kedua gadis itu.

"Ha....ha...ha...kalian berdua terlalu berlebihan," awan tertawa "Terimakasih karena telah memercayaiku menjadi ibu kalian," ucap awan.

Awan membalas, "Memang bentukku lembut bak kapas dan terlihat gagah saat berwarna hitam, tetapi aku tidak sehebat yang kalian bayangkan. Jika angin datang, aku akan terempas ke gunung, Lalu gunung akan menghalangiku sehingga aku tidak akan tampak gagah atau lembut lagi."

"Jika kalian ingin mencari ibu yang kuar dan indah dipandang, lebih baik kalian datang ke gunung. Mintalah kepadanya untuk menjadi ibu kalian," ucap awan.

Mimi dan Mini beranjak meninggalkan awan dengan setengah putus asa. Mereka bingung mencari ibu yang hebat dan layak bagi mereka. Mereka pergi mencari gunung dengan jalan yang terhuyung-huyung.

Di tengah perjalanan yang cukup jauh, akhirnya mereka menemukan gunung. Gunung itu tampak besar dan kokoh. Kedua gadis itu berharap bahwa gunung pantas menjadi ibu mereka.

"Wahai Gunung, kami sudah lama mencarimu. Kamu terlihat gagah dan kokoh. Kamu pun terlihat sangat indah dari kejauhan. Maukah kamu menjadi ibu kami?" pinta Mimi dan Mini.

Gunung terlihat bingung melihat kedua gadis itu datang menemuinya. "Wahai gadis cantik, kenapa kalian berpikir kalau aku pantas menjadi ibu bagi kalian? Aku tidak sehebat yang kalian duga," ujar gunung heran.

"Aku memang tampak gagah dan besar. Tapi kalian lihat saja tubuhku. Meskipun tubuhku besar, namun banyak lubangnya. Tahukah kalian siapa yang telah melubangi tubuhku? Tikus. Dia mampu melubangi tubuhku yang besar dan kokoh ini. Tapi aku tidak berdaya ketika tikus melubangi tubuhku," ujar gunung.

"Pergilah temui tikus jika kalian mencari ibu yang hebat," saran gunung kepada Mimi dan Mini.

Mimi dan Mini akhirnya pergi mencari rumah tikus yang berada di dekat gunung. Mereka masih tetap berharap dapat menemukan seorang ibu yang hebat untuk mereka.

"Kakak, kamu tahu di mana tikus tinggal? Sepertinya, kita sudah berjalan jauh namun belum bisa menemukan ibu yang pantas untuk kita," ujar Mini pada Mimi.

"Aku juga tidak tahu di mana tikus berada. Tapi, semoga tikus bisa menjadi ibu yang hebat buat kita," ucap Mimi kepada adiknya.

Mereka melihat makhluk kecil hitam sedang menggali-gali tanah saat mereka menyusuri tanah lapang di pinggiran gunung,

"Kakak, lihat itu! Bukankah itu tikus?" teriak Mini kegirangan.

"Iya benar," ucap Mimi sambil menghampiri tikus.

"Wahai Tikus, apa yang sedang kamu lakukan?" tanya kedua gadis itu.

"Hai kalian gadis-gadis cantik. Aku sedang menggali tanah ini sampai berlubang dan kemudian akan aku jadikan sebuah rumah sebagai tempat berlindungku!" kata Tikus menjelaskan

Wah, betapa hebatnya dirimu. Meskipun tubuhmu kecil, tapi kamu mampu melubangi tanah yang keras, bahkan tubuh Gunung yang besar itu pun dapat kamu lubangi. Gigimu juga sangat tajam. Tikus yang kuat, maukah kamu menjadi ibu kami" tanya Mimi dan Mini.

Si tikus terkejut sembari berkata, "Apa kalian tidak salah memilih aku menjadi ibu kalian? Ha...ha...ha...aku tahu, kalian pasti sedang bercanda.

"Maaf tikus, kami sungguh ingin kamu menjadi ibu kami karena kamu sangat kuat," pinta kedua gadis itu.

"Bagaimana mungkin kalian bisa menganggap aku sangat kuat? Apa kalian tidak tahu, aku akan lari terbirit-birit jika seekor kucing mendatangiku," ucap Tikus sambil tersenyum malu.

"Aku menyarankan agar kalian menemui kucing dan memintanya menjadi ibu kalian karena kucing yang bisa mengalahkanku," lanjut Tikus.

"Seekor kucing?" teriak mereka berdua sembari bertatapan.

Betapa terkejutnya Mimi dan Mini mendengar bahwa tikus takut dengan kucing. Mereka tidak sangka bahwa apa yang sudah mereka dapatkan adalah yang terbaik. Meskipun ibu mereka hanya seekor kucing, tapi ternyata ibu merekalah yang paling hebat.

Mimi dan Mini pun akhirnya kembali ke rumah. Mereka malu pada ibu mereka. Kini, Mimi dan Mini sadar bahwa tidak yang dapat menggantikan ibu mereka. Mimi dan Mini pun pada akhirnya menyayangi sang ibu selama-lamanya.

5. Kisah Tan Talanai

Hiduplah seorang raja di Jambi bernama Tan Talanai yang berasal dari Rabu Menarah. Ia menjadi raja setelah Raja Jambi sebelumnya, Si Pahit Lidah wafat.

Kerajaan Jambi dipimpin dengan adil dan bijaksana oleh Tan Talanai. Titah raja dipatuhi oleh seluruh rakyat. Raja dan seluruh rakyat hidup sejahtera dan makmur.

Tan Talanai juga hidup bahagia, memperoleh penghormatan dan kemuliaan. Namun ia belum juga dikaruniai seorang anak yang akan melanjutkan takhtanya. Tan Talanai senantiasa memanjatkan doa.

Tuhan mengabulkan doanya dan lahirlah anak laki-laki yang membuat Tan Talanai sangat bahagia. Namun, beberapa saat setelah bayi lelaki itu lahir, ahli nujum Istana menjelaskan adanya bahaya dengan kelahiran bayi lelaki itu.

"Anak Paduka akan membunuh Paduka kelak!"

Tan Talanai sangat terkejut mendengar ramalan ahli nujum istana. la khawatir jika ramalan benar terjadi. la lantas memerintahkan Datuk Emping Besi untuk menghanyutkan anaknya itu di lautan.

Datuk Emping Besi memasukkan bayi laki-laki itu ke dalam kotak kayu dan menghanyutkannya ke laut lepas sesuai yang diperintahkan Tan Talanai.

Kotak itu akhirnya terdampar di tanah Siam. Ratu Siam melihat kotak itu dan memerintahkan prajuritnya untuk mengambilnya.

Dia terkejut melihat seorang anak bayi laki-laki di dalam peti itu. Ratu Siam tahu bayi itu berasal dari Kerajaan Jambi dari tanda-tanda yang didapatinya.

Bayi itu dirawat dengan penuh kasih sayang oleh Ratu Siam. Bayi itu pun tumbuh menjadi anak yang sehat dan juga kuat. Anak itu kemudian menjadi seorang pemuda yang gagah dan tampan rupa.

Ia selalu bertanya perihal ayah kandungnya karena ia sering diledek oleh teman-temannya. Ratu Siam akhirnya menjawab siapa dirinya. "Menurutku engkau adalah putra Raja Jambi."

Si pemuda sangat murka ketika mendengar kisah hidupnya. Ia bahkan berjanji akan membunuh bapaknya yang telah tega membuangnya ketika ia masih bayi la pun berniat menyerang kerajaan Jambi. Kekuatan Kerajaan Siam pun segera disusun dan disiagakan dan merencanakan penyerangan setahun kemudian.

Ratu Siam mengirimkan surat kepada Tan Talanai. Ia menjelaskan, anak Tan Talanai akan menyerang Kerajaan Jambi dengan membawa banyak prajurit.

Tan Talanai marah mendengar rencana penyerangan itu. Apalagi pemimpin penyerangan itu adalah anak kandungnya sendiri. Tan Talanai memerintahkan prajuritnya untuk siap siaga.

Terjadi perang setahun kemudian antara Tan Talanai dan anaknya. Mereka bertemu sebagai musuh.

Keduanya saling menyerang hingga beberapa saat pertarungan keduanya terlihat seimbang karena keduanya sama-sama sakti. Keduanya saling serang dan saling tangkis.

Tan Talanai berpikir untuk mengalah agar perang tidak menjatuhkan korban lagi. Ia berkata, "Wahai anakku, jika engkau ingin mengalahkanku, ambilah sebuah batu lalu pancunglah sekali batu itu dan tikamlah aku! Dengan cara itu aku akan menemui kematianku dan engkau akan keluar sebagai pemenang pertarungan kita ini."

Kemudian ia berkata lagi,

"Kiranya engkau mendengar penjelasanku dahulu sebelum membunuhku,"

Tan Talanai mengungkapkan kesalahan dan perbuatannya karena telah membuang anaknya pada saat dulu. Dia memohon ampun kepada anaknya itu.

Anak Tan Talanai langsung mendekati dan memeluk kaki ayahandanya. Ia menangis dan memohon maaf karena amarah yang membara-bara yang telah membuatnya buta.

Mereka pada akhirnya saling memaafkan. Kerajaan mereka pun bersatu dan semakin kuat.

Anak Tan Talanai kemudian mengajak kedua orangtuanya pergi menuju Siam. Mereka hidup berbahagia bersama-sama dengan Ratu Siam.

Ia dan kedua orangtuanya menetap di Siam. Anak Tan Talanai kini menjadi Raja Siam. Orang-orang masih percaya jika Raja Sementara itu sesungguhnya berasal dari Jambi. Raja Jambi berasal dari negara Turki, berawal dari Tan Talanai.

Demikian kumpulan cerita rakyat yang berasal dari Jambi. Semoga bermanfaat ya detikers!

Artikel ini ditulis oleh Aprilda Ariana Sianturi, peserta program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(des/des)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads