Menyelisik Persoalan Narkoba dalam Lakon 'Tembak' Produksi Teater Air

Jambi

Menyelisik Persoalan Narkoba dalam Lakon 'Tembak' Produksi Teater Air

Dimas Sanjaya - detikSumbagsel
Minggu, 13 Agu 2023 17:39 WIB
Pertunjukan Tembak produksi Teater Air Jambi di Taman Budaya Jambi, Sabtu (12/8/2023) malam.
Foto: Dimas Sanjaya/detikcom
Jambi -

Teater Art in Revolt (Air) Jambi sukses menggelar pertunjukan lakon 'Tembak' pada 11-12 Agustus 2023 di Taman Budaya Jambi. Lakon 'Tembak' yang disutradarai oleh Deby Satria itu mengangkat isu persoalan narkoba.

Isu narkoba dihadirkan dalam dialog sentilan-sentilan hingga humor jenaka. Secara umum, pertunjukan ini mencoba membangkitkan emosi penonton soal isu narkoba mengenai bekingan aparat hingga bandar besar yang sulit ditangkap.

Pertunjukan ini mengusung konsep penataan panggung yang dibantu audio visual melalui kain putih di tengah panggung. Kain putih itu juga untuk membuat siluet beberapa tokoh dalam melalui tata cahaya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pertunjukan dimulai dari adegan penjual koran yang mengabarkan headline terkait penangkapan pengedar dengan berbagai modus hingga meningkatnya angka peredaran narkoba. Melalui bantuan audio visual, pemberitaan narkoba dibuat menjadi kebisingan.

Kondisi ini kemudian direspons oleh para demonstran yang mendesak Wali Kota untuk membuat kebijakan menumpas peredaran narkoba yang semakin hari semakin mengkhawatirkan.

ADVERTISEMENT

Wali Kota memanfaatkan kesempatan itu sebagai ajang politik dengan menaruh simpati pada masyarakat. Kemudian digelar rapat koordinasi dengan Kepala Polisi, Ketua Dewan, dan pejabat lainnya.

Rapat itu membahas untuk mencari cara baru memberantas narkoba, salah satunya penumpasan satu kampung narkoba yang diketahui merupakan jaringan narkoba mafia internasional. Dalam segmen ini disinggung bahwa razia tempat hiburan malam, operasi di perbatasan kota, hingga sosialisasi bahaya narkoba yang selama ini dilakukan tidak kunjung menyelesaikan permasalahan narkoba.

Dalam rapat tersebut Wali Kota memberi saran untuk menembak siapa saja yang terlibat dalam narkoba. Saran tersebut kemudian mendapat penolakan hingga meninggalkan kekhawatiran para pejabat akan solusi tersebut.

Namun solusi tetap dibulatkan oleh Wali Kota yang mengambil kesempatan itu sebagai ajang politik. Akhir cerita, kemudian disampaikan bahwa Ketua Dewan, Kepala Polisi, dan pejabat yang ikut rapat tersebut ditangkap dan ditembak. Pada akhirnya, Wali Kota dan ajudannya juga ikut ditangkap.

Sutradara 'Tembak' mengatakan bahwa sebelum produksi ini, pihaknya memilah 3 naskah karya anggota Teater Air Jambi. Lalu dipilihnya naskah 'Tembak' karya Titas Suwanda itu setelah melihat persoalan narkoba tengah hangat di Tanah Air maupun di Jambi.

"Ketika ada kasus yang Kapolda Sumbar itu, TM, itu semakin menguatkan saya untuk menyutradarai naskah yang dipilih ini. Ditambah lagi soal isu narkoba di Jambi. Kesedihan kita tentang narkoba yang semakin merajalela," ujarnya, Sabtu (12/8/2023) malam.

Kasus-kasus narkoba yang merajalela ini diangkat ke dalam panggung melalui simbol-simbol tulisan dalam lantai panggung dan dialog antar tokoh. Hal itu terlihat dalam segmen adegan Wali Kota yang diwawancarai wartawan soal emak-emak gerebek basecamp narkoba dan solusi penindakan narkoba yang tegas.

Meski beberapa segmen menggambarkan soal kampung narkoba di Jambi, Deby mengatakan sengaja membuat isu persoalan narkoba menjadi umum. Tidak dijelaskan di mana daerah lakon tersebut hingga menyamarkan melalui tata busana aktor.

"Secara keseluruhan kita tidak bahas Jambi juga sebenarnya. Ini persoalan narkoba di mana saja. Tadi di visual proyektor kan ada berita bukan hanya tentang Jambi, tapi keseluruhan di mana saja. Soalnya narkoba ini kan tidak ada pandang lagi. Mau orang miskin, pejabat, anak muda, tua, semua yang tidak menjaga diri terjerumus dalam narkoba," sebutnya.

Dalam pertunjukan 'Tembak' juga, saat segmen bandar narkoba, ada 3 aktor sebagai bandar yang berinteraksi. Satu aktor yang memerankan gembong narkoba dihadirkan lewat siluet kain putih di tengah panggung. Konsep ini, kata Deby, untuk memunculkan kesan bandar yang selalu berada di belakang layar.

"Jadi selama ini kan bandar itu selalu di belakang layar. Ini untuk memunculkan representasi bandar tersebut. Juga bandar ini kan tidak pernah tertangkap, yang ditangkap biasanya yang kecil-kecil saja," pungkasnya.




(des/des)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads