Masjid Jamik, Karya Arsitektur Bung Karno Saat Pengasingan di Bengkulu

Bengkulu

Masjid Jamik, Karya Arsitektur Bung Karno Saat Pengasingan di Bengkulu

Hery Supandi - detikSumbagsel
Selasa, 23 Mei 2023 16:48 WIB
Masjid Jamik peninggalan Bung Karno masih berdiri kokoh di Bengkulu
Masjid Jamik peninggalan Bung Karno masih berdiri kokoh di Bengkulu (Foto: Hery Supandi)
Bengkulu -

Masjid Jamik menjadi salah satu karya arsitektur Ir Sukarno semasa hidupnya yang masih berdiri kokoh hingga saat ini. Bangunan ini juga menjadi peninggalan Bung Karno semasa pengasingan di Bengkulu.

Masjid ini berada di kawasan pusat pertokoan Jalan Soeprapto, tepatnya di kelurahan Tengah Padang, Kecamatan Ratu Samban, Kota Bengkulu. Masjid monumental yang memiliki tiga bangunan inti saling menyatu terdiri atas, inti, serambi dan tempat wudhu ini, dirancang semasa pengasingan tahun 1938 hingga 1942.

Ciri khas dari masjid ini di bagian atap yang berbentuk dan bertingkat tiga, itu melambangkan, Iman, Islam dan Ihsan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada bagian-bagian tertentu arsitek masjid memadukan corak Jawa dan Sumatera. Misalnya pilar-pilar, dengan ukiran ayat-ayat suci Al Quran, atau pahatan-pahatan yang berbentuk sulur-sulur, yang di bagian atasnya dicat warna kuning mas gading, terdapat tiga pilar berjejer, dengan ornamen kayu di bagian kepala pilar masjid.

Sejarawan Bengkulu, Agus Setyanto menjelaskan Masjid Jamik merupakan salah satu karya arsitektur Bung Karno semasa pengasingan. Masjid ini terkenal dengan julukan 'masjid Bung Karno' ini dulunya hanya sebuah bangunan kecil yang dikenal dengan Surau Lamo.

ADVERTISEMENT

"Dari catatan sejarah, masjid ini dulunya berdiri di kelurahan Bajak/kecamatan Teluk Segara, atau di sekitar makam pahlawan nasional, Sentot Alibasyah Prawiradirja (panglima perang laskar pangeran Diponegoro), kemudian, sekitar awal abad ke delapan belas (18) dipindahkan ke jalan Soeprapto, kelurahan Tengah Padang kecamatan Ratu Samban," ungkap Agus.

Agus mengatakan, masjid yang memiliki luas 1.860 m2 itu, pada abad 19 bentuknya sangat sederhana berdinding kayu kayu, beratapkan daun rumbia dan beralantai sederhana.

Semasa Bung Karno diasingkan di Kota Bengkulu, masyarakat menginginkan perbaikan masjid ini dengan bantuan rancangan Sukarno. Meski sempat mendapat pertentangan dari kaum berpengaruh saat itu, Sukarno akhirnya menyelesaikan karya nya.

"Dana pertama pembangunan masjid ini, diperoleh dari swadaya masyarakat, sedangkan material bangunannya didatangkan dari desa Air Dingin, kabupaten Rejang Lebong, dan Ketahun, Kabupaten Bengkulu Utara," jelas Agus.

Hingga saat ini, masjid ini sudah tiga kali mengalami renovasi, pada tahun 2000, area masjid mengecil setelah penambahan jalan di sekitar masjid. Pada tahun 2004 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI menetapkan masjid Jamik Bengkulu, sebagai bangunan cagar budaya.




(mud/mud)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads