Utang Baru Rp 775 Triliun di Tahun Pertama Prabowo Jadi Presiden RI

Nasional

Utang Baru Rp 775 Triliun di Tahun Pertama Prabowo Jadi Presiden RI

Shafira Cendra Arini - detikSumbagsel
Sabtu, 28 Sep 2024 15:31 WIB
Ilustrasi THR
Foto: Ilustrasi uang (Muhammad Ridho)
Jakarta -

Pada tahun pertama menjabat sebagai pemimpin Republik Indonesia, Prabowo Subianto akan dihadapkan pada utang baru sebesar Rp 775,9 triliun. Besaran utang tersebut telah ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025.

Dilansir detikFinance, Direktur Strategi dan Portofolio Pembiayaan DJPPR Kementerian Keuangan, Riko Amir mengatakan pembiayaan itu utamanya bersumber dari penerbitan Surat Berharga Negara (SBN).

"Rp 775 triliun dengan penerbitan SBN itu sebesar Rp 642,5 triliun, dan penarikan pinjaman itu sebesar Rp 133 triliun," ujar Riko dalam acara Media Gathering di Anyer, Banten, Kamis (26/9/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menuturkan, pinjaman ini bisa diperoleh dari dua sumber, antara lain pinjaman dalam negeri dan luar negeri. Untuk sumber dari pinjaman dalam negeri Rp 5,2 triliun dan pinjaman luar negeri Rp 128,1 triliun.

Ia menerangkan besaran utang tersebut jumlahnya meningkat cukup signifikan dibandingkan 2024. Pada tahun ini saja, target pembiayaan utang sebesar Rp 648,1 triliun.

ADVERTISEMENT

"Fenomena yang menarik adalah pinjaman yang besar, baik dari pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri dibandingkan APBN 2024 secara neto. Salah satu alasannya adalah karena ini tahun kelima dari periode 2020-2024," terang Riko.

"Dalam perencanaan pinjaman dari kementerian lembaga memang biasanya tahun-tahun awal mereka slow starter. Tapi kemudian naik penarikannya di tahun ini untuk pinjaman kegiatan, di tahun ketiga, keempat, kelima," sambung Riko.

Untuk mencapai target SBN, kata Riko, pihaknya menyiapkan sejumlah strategi. Pertama, penerbitan SBN melalui lelang. Lelang dilakukan dua minggu sekali secara bergantian antara SUN dan SBSN. Sehingga, dalam satu tahun dilakukan lelang masing-masing sebanyak 24 kali.

"Berapa targetnya Pak? Targetnya mengikuti perkembangan. Kita biasa akan tampilkan target dalam triwulan. SUN dalam bentuk SPN dan ON, SPN itu bentuknya jangka pendek, ON itu bentuknya jangka panjang. SBSN dengan SPNS jangka pendek, PBS jangka Panjang," ujarnya.

Lalu ada juga dari retail, yang tengah dimaksimalkan pengembangannya. Riko mengatakan, retail saat ini kira-kira hampir mencapai 15% dari pembiayaan SPN. Kemudian ada SPN Falas, yang untuk tahun 2024 ini penerbitannya sudah selesai.

"Jadi sampai akhir tahun kita tidak menerbitkan lagi SPN Falas kecuali untuk prefunding 2024. Prefunding, pembiayaan yang dilakukan tahun ini untuk dipakai di tahun berikutnya. Prefunding nggak boleh kita terbitkan di awal tahun," kata dia.

Sementara dari sisi pinjaman, baik dari dalam maupun luar negeri, Riko memastikan bahwa pemerintah terus mewaspadai dampak dari tekanan global dan menjaga pembiayaan di tahun tersebut.




(dai/dai)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads