Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo menyebut harga beras diprediksi akan naik lagi. Kenaikan harga beras ini diperkirakan terjadi dalam 2-3 bulan ke depan.
Dilansir detikFinance, kenaikan harga beras itu disebabkan karena pada semester II atau Juli sampai Desember 2024 produksi diproyeksi menurun. Rendahnya produksi disebut akan mengerek harga gabah dan tentu berpengaruh pada harga beras di konsumen.
"Pada saat semester II, produksi pasti di bawah, sehingga akan ada perebutan gabah, itu yang akan memicu harga akan naik di setiap akhir tahun. Malah tahun ini dalam dua sampai tiga bulan ke depan akan diprediksi naik," kata Arief dikutip Selasa (11/6/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arief menyebut kenaikan harga gabah dan beras diprediksi akan menembus harga eceran tertinggi (HET) dan harga pembelian pemerintah (HPP) yang telah dinaikkan.
Kenaikan itu telah tertuang dalam Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan) Nomor 5 tahun 2024 tentang Perubahan atas Perbadan Nomor 7 tahun 2023 tentang HET Beras.
"Ada kemungkinan (kenaikan di atas HPP) pada saat gabah rendah," tukasnya.
Arief juga mengungkap proyeksi Survei Kerangka Sampel Area (KSA) Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras Januari sampai Juli 2024, hanya 18,64 juta ton. Angka itu lebih rendah 2,64 juta ton dibandingkan pada periode sebelumnya. Ini juga menjadi konsen dari pemerintah karena ke depan akan terjadi musim kemarau.
"Proyeksi KSA BPS, amatan April 2024 total produksi beras Januari sampai Juli 2024 18,64 juta ton lebih rendah 2,64 juta ton (-13,25%) dibanding periode yang sama pada periode tersebut. Hal tersebut menjadi konsen kami menghadapi bulan-bulan berikutnya mengingat kita memasuki musim kemarau," terangnya.
Selain itu, ada potensi kekurangan produksi beras tahun ini mencapai 5 juta ton. Meski begitu pihaknya masih yakin produksi dalam negeri bisa digenjot.
"Ini potensi kekurangan, kurang lebih 5 juta ton, potensi kekurangan (produksi tahun ini)," jelas dia.
(dai/dai)