Iklim investasi di Sumatera Selatan (Sumsel) tumbuh positif. Hal itu terbukti pada realisasi triwulan I pada Januari-Maret tahun ini mencapai Rp 14,14 triliun atau tumbuh di atas 30-an% dibandingkan periode 3 bulan sebelumnya maupun secara year on year (yoy).
"Secara kuartal dibandingkan tahun lalu (Oktober-Desember) realisasi investasi di Sumsel tumbuh 33,27%. Sedangkan secara yoy (Januari-Maret 2023) tumbuh 31,41%," ujar Kepala Bidang Pengendalian dan Pelaksanaan Penanaman Modal DPMPTSP Sumsel, Eko Agusrianto, Minggu (11/5/2024).
Meski mengalami kenaikan, realisasi investasi itu baru mencapai 21,81% dari target Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). BKPM pada tahun ini punya target tinggi untuk Sumsel, sebesar Rp 64,82 triliun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara target kinerja Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Sumsel, realisasi itu sudah mencapai 34,07%. Target RPJMD Sumsel dipatok lebih rendah dari BKPM, hanya Rp 41,5 triliun.
"Dari realisasi investasi Rp 14,14 triliun itu, penanaman modal dalam negeri (PMDN) jadi penyumbang tertinggi dengan Rp 10,31 triliun. Raihan PMDN itu bahkan tertinggi bila dibandingkan dengan triwulanan (I-IV) sepanjang 2023 lalu," ungkapnya.
Sementara, kata dia, realisasi penanaman modal asing (PMA) hanya mencapai Rp 3,83 triliun. Lebih tinggi dibandingkan triwulan I, II dan IV. Tapi jauh lebih rendah dibandingkan triwulan III yang mencapai Rp 11,45 triliun.
Eko menjelaskan, 7 sektor yang memberi kontribusi terhadap investasi PMDN dan PMA di Sumsel yakni listrik, gas dan air: Rp 3,6 triliun (25,48%), industri kertas dan percetakan: Rp 2,02 triliun (14,32%), industri makanan: Rp 1,96 triliun (13,91%).
Kemudian, lanjutnya, pertambangan: Rp 1,95 triliun (13,82%), tanaman pangan, perkebunan dan peternakan: Rp 1,23 triliun (8,71%), perdagangan dan reparasi: Rp 1,17 triliun (8,29%), dan terakhir transportasi, gudang dan telekomunikasi: Rp 582 miliar (4,12%).
Kata dia, sepanjang triwulan I wilayah yang berkontribusi terhadap investasi baik PMDN maupun PMA yakni Banyuasin: Rp 2,86 triliun (20,24%), Muara Enim: Rp 2,71 triliun (19,22%), Ogan Komering Ilir (OKI): Rp 2,35 triliun (16,67%).
Lalu, Palembang: Rp 1,18 triliun (8,36%), Ogan Ilir (OI): Rp 991 miliar (7,01%), PALI: Rp 919 miliar (6,5%), dan Lahat: Rp 794 miliar (5,61%).
(csb/csb)