Beras premium di sejumlah pasar tradisional dan pasar ritel di Palembang kosong dan harganya naik. Hal itu dikeluhkan Ely, salah satu warga Palembang yang mengaku sulit mendapatkan beras premium.
Ely menyebutkan dirinya bingung harus mencari beras premium karena di pasar tradisional kosong, bahkan di ritel pun harganya naik.
"Beberapa hari lalu saya mau beli beras premium 20 Kg namun stok beras tersebut kosong, yang ada hanya stok 10 Kg, jadi saya beli yang 10 Kg, lebih tinggi harganya," ujarnya Kamis (15/2/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Ely, harga beras premium tersebut harganya cukup tinggi. Untuk 20 Kg dijual dengan harga Rp 285 ribu sedangkan untuk 10 Kg Rp 147 ribu.
"Harga beras naik terus. Tidak apa-apa naik, tapi jangan sampai stoknya kosong," imbuhnya.
Senada dengan Wiwit, warga Bukit Kecil yang mengaku harga beras sekarang naik. Hal ini dinilainya cukup memberatkan, karena untuk mendapatkannya pun sulit karena rata-rata di toko ritel kehabisan stok.
"Biasanya beli beras premium seharga Rp 65 ribu per 5 Kg, sekarang sudah Rp 74 ribu," ucapnya.
Sementara itu, Pemimpin Perum Bulog Kantor Wilayah Sumsel Babel Mohammad Alexander mengatakan stok beras di gudang Bulog Sumsel Babel cukup melimpah bahkan stoknya aman untuk tiga bulan ke depan.
"Stok beras cukup untuk 3 bulan ke depan," ujarnya.
Alex mengimbau agar masyarakat tidak perlu panik dan khawatir mengenai ketersediaan beras apalagi jelang Ramadhan ini sebab memang stok beras di gudangnya terbilang aman.
"Insyaallah buat beras bantuan pangan, SPHP dan persiapan Ramadhan juga sangat cukup," tegasnya.
Sementara itu, Plh Kepala Dinas Perdagangan Provisi Sumsel Henny Yulianti mengatakan adanya stok minim untuk beras premium di ritel modern karena
para ritel tidak membeli beras di produsen beras. Hal tersebut karena harga eceran tertinggi (HET) beras mengalami kenaikan.
"Karena dari produsen naik maka ritel lebih baik tidak membeli barang karena mereka harus jual barang sesuai HET, ya dari pada mereka rugi lebih baik tidak menjual," katanya.
"Selain HET tinggi, hal ini juga karena dampak hujan dan banjir. Kita tahu banyak sawah yang banjir dan gagal panen sehingga belum ada panen raya," kata dia.
(dai/dai)