Tidak ada yang menyangka, Adhe Safitri merupakan lulusan teknik elektro dari Universitas Sriwijaya (Unsri). Pasalnya usaha yang digelutinya tidak berkaitan sama sekali dengan bidang elektronik. Perempuan yang pernah bekerja di perusahaan multinasional asal Jepang dan jadi dosen pemrograman ini dikenal sebagai produsen gula aren.
Bisnis tersebut digeluti sejak tahun 2018, dan saat ini sudah hasilkan omset puluhan juta rupiah. Adhe Safitri juga menjadi pelaku UMKM gula aren di Kota Serang yang memproduksi gula aren cair dan bubuk.
"Sekarang full di sini (di UMKM), sudah dari 2018, semua produknya gula aren. Waktu itu satu minggu sekitar 250 kilo, sekarang itu kita untuk dapat sekaligus banyak, susah," kata Adhe dalam percakapan dengan detikcom pertengahan Juni lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rumah yang huniannya di Kecamatan Serang diubah tempat produksi dan pengepakan. Bahan bakunya dikirim dari petani aren yang ada di Kabupaten Lebak.
Pada 2018 ia memilih mendirikan usaha gula aren cair dan bubuk dengan merek Tangkal Kawung. Omzetnya sekarang sudah mencapai Rp 20 hingga Rp 25 juta sebulan.
Saat memulai usaha ini, Adhe bekerja sama dengan kedai kopi yang ada di Jakarta. Di tahun kedua, ia pernah mengirimkan produk aren sampai satu ton setiap bulan. Tapi, pandemi COVID-19 di awal 2020 menghantam usahanya.
Hantaman Pandemi COVID-19 itu memang memukul sangat dalam usaha ia rintis itu. Apalagi, mitra usahanya kebanyakan adalah kafe atau kedai kopi. Pembatasan untuk nongkrong sambil ngopi di kafe membuat ia vakum.
Tapi, karena tidak ingin kalah dengan keadaan, pada pertengahan 2021, ia gabung di Rumah BUMN Serang. Ia bulatkan lagi tekad usaha yang ia rintis untuk merambah ke pasar digital. Kelas pelatihan ia ikuti dan fokus pada ke materi digital marketing, pembuatan rencana bisnis dan media sosial.
"Mulai ikut kelas online di Rumah BUMN, dimantepin lagi, pelan-pelan jalan lagi," paparnya.
Berkat gabung dan mengikuti pelatihan itu, jualannya kembali berkembang. Kafe kopi dan pembeli perorangan mulai memesan secara online. Saat ini bahkan ia jadi power merchant di Tokopedia dan star seller di Shopee. Langganan kafe yang beli aren miliknya mulai dari Jakarta, Bogor bahkan Lampung.
"Sekarang (langganan) Lampung, ada di Bogor kafe di IPB, di Kemang sama ada di Malang," ujarnya.
Dalam sebulan, pesanan aren pun terus mengalir dari dua marketplace tersebut. Pembeli ada yang minta dikirim per liter atau dalam bentuk paket bungkusan yang ia buat. Termasuk dari pembeli Instagram.
"Kalau omset belum gede Rp 20, Rp 25 juta sebulan. Karena kita kan istilahnya baru ngenalin lagi. Baru mau mulai, main besar juga banyak butuh marketing, main santai aja," paparnya.
Koordinator Rumah BUMN Serang Yudi Guntara ditemui terpisah menjelaskan, produk aren UMKM Tangkal Kawung memang pernah terpilih jadi BRILianpreneur pada 2020 dan ikut program inkubator BRI. Produknya juga pernah dibawa di berbagai pameran yang diselenggarakan oleh BRI.
"Salah satu produk unggulan, beliau adalah alumni BRILianpreneur 2020," ujarnya.
Di samping itu, Yudi mengatakan, Adhe juga aktif sebagai peserta yang fokus di digital marketing. Makanya, Rumah BUMN Serang memfasilitasi mulai dari fasilitas QRIS dan buku tabungan. Termasuk merekomendasikan usahanya mendapatkan kredit dari BRI.
"Jadi kami memberikan perhatian baik dari segi pemahaman terhadap materi atau event," pungkasnya.
Artikel ini dilansir dari detikfinance dengan judul "Dari Dosen Banting Setir Jualan Gula Aren, Eh Untung Puluhan Juta"
(bpa/bpa)