Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sumsel Babel memprediksi pengguna pinjaman online menjelang Nataru dan Ramadan 2026 naik tiga kali lipat. Kenaikan ini disebabkan kebutuhan konsumsi dan gaya hidup.
Kepala OJK Sumsel Babel Arifin Susanto mengatakan tren kenaikan pengguna pinjol sudah mulai terlihat sejak sekarang, baik dari platform legal maupun ilegal.
"Dari sekarang sudah mulai terlihat penggunaan pinjol. Hal ini dilihat dari kebutuhan tinggi, ilegal dan legal seimbang dan meningkat," katanya, Jumat (19/12/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Arifin, peningkatan penggunaan pinjol tidak hanya disebabkan kebutuhan konsumsi harian, tetapi juga dipengaruhi gaya hidup masyakarat.
Selain itu, banyak masyakarat memanfaatkan pinjol untuk memenuhi keinginan konsumtif, termasuk membeli barang elektronik terbaru menjelang pergantian tahun.
"Peningkatan penggunaan pinjol ada karena untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tetapi ada juga yang melakukan pinjol hanya untuk gaya hidup. Contohnya karena mau tahun baru beberapa orang sengaja pinjol untuk beli iPhone terbaru. Ini yang merusak ekonomi," katanya.
Meski demikian, lanjut Arifin, OJK belum dapat memastikan kenaikan pengguna pinjol di Sumsel karena masih menunggu hasil verifikasi data. Namun, berdasarkan tren dan siklus tahunan pengguna pinjol selama momen Nataru hingga Ramadan 2026 diperkirakan bisa meningkat hingga tiga kali lipat.
Ditambahkan Arifin, dari data sebelumnya Sumatera Selatan tercatat mengalami kerugian hingga Rp 107 miliar akibat kasus pinjol ilegal dan penipuan digital. Angka tersebut menempatkan Sumsel di peringkat delapan nasional dengan jumlah laporan mencapai lebih dari delapan ribu kasus.
"Angka prediksi harus lihat data dulu, nanti ada hitung-hitungannya. Namun kalau lihat tren, siklus pengguna pinjol di Sumsel sepanjang momen Nataru dan Ramadan 2026 bisa naik 3 kali lipat penggunaan pinjol," ungkapnya.
Arifin mengungkapkan wilayah penggunaan pinjol tertinggi di Sumsel masih di dominasi Kota Palembang, kedua Banyuasin dan OKI. Hal ini dipengaruhi tingginya kebutuhan ekonomi masyakarat di daerah tersebut.
Selain faktor kebutuhan dan gaya hidup, peningkatan pengguna pinjol juga didorong oleh strategi pemasaran berbasis kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI). Banyak perusahaan pinjol menawarkan layanan melalui sistem AI yang dinilai mampu memengaruhi calon konsumen secara psikologis.
"Kami mengimbau agar masyarakat lebih bijak dalam menggunakan layanan pinjaman online. Serta memastikan platform yang digunakan terdaftar dan diawasi secara resmi untuk menghindari kerugian di kemudian hari," ujarnya.
(csb/csb)











































