Gubernur Lampung, Rahmat Mirzani Djausal mengajak seluruh pihak ikut menyukseskan Lampung Fest 2025. Kegiatan ini akan digelar pada 11-25 November 2025 di lingkungan PKOR Way Halim, Bandar Lampung.
Festival tahunan itu mengusung tema besar 'Coffee and Tourism', menggabungkan kekuatan industri kopi dan pariwisata sebagai dua sektor unggulan daerah. Menurut Mirza, tema tersebut menjadi strategi untuk memperkuat posisi Lampung sebagai daerah penghasil kopi terbesar di Indonesia sekaligus destinasi wisata unggulan.
"Kopi bukan hanya komoditas ekspor, tapi juga identitas budaya dan daya tarik wisata Lampung. Lampung Fest bukan sekadar pesta tahunan, tapi momentum untuk menunjukkan kekuatan ekonomi lokal kita," katanya.
Gubernur Mirza menegaskan, kesuksesan Lampung Fest 2025 bergantung pada kerja sama semua pihak. Ia berharap festival ini mampu memperkuat citra Lampung sebagai pusat inovasi kopi dan pariwisata Indonesia.
"Keberhasilan festival tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah. Kita perlu kolaborasi petani, pelaku usaha, komunitas kreatif, dan masyarakat. Lampung kaya akan alam, budaya, dan semangat gotong royong. Dengan kerja bersama, kita bisa membuat Lampung lebih maju, lebih dikenal, dan lebih sejahtera," jelas Mirza.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung, Bobby Irawan, mengatakan Lampung Fest 2025 lahir sebagai strategi menjawab tantangan pembangunan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
"Salah satu cara mengundang pergerakan wisatawan adalah dengan mengadakan event. Selain itu, kami ingin meningkatkan spent money, atau uang yang dibelanjakan wisatawan," ujarnya.
Melalui Lampung Fest 2025, kata Bobby, seluruh unsur akan dilibatkan, mulai dari pelaku industri pariwisata, ekonomi kreatif, asosiasi, komunitas, UMKM, BUMN, akademisi, hingga media.
"Semua bersinergi untuk mewujudkan visi-misi Gubernur Lampung. Festival ini sekaligus menjadi festival pertama yang diinisiasi langsung oleh Gubernur Rahmat Mirzani Djausal," tambahnya.
Bobby menegaskan Lampung Festival 2025 sama sekali tidak menggunakan APBD. Pola pembiayaan diambil dari sponsor swasta, skema bagi hasil dengan UMKM, hingga tiket konser musik.
"Idealnya memang seperti ini. Pariwisata bisa bergerak tanpa selalu bergantung pada anggaran pemerintah. Konsep besar dan tema tetap dari pemerintah provinsi, tetapi komunitas diberi kebebasan berinovasi. Semangat kolaborasi ini yang kami jadikan ciri khas festival," tutup Bobby.
Simak Video "Video Petani Kopi di Lampung Barat Tewas Dimangsa Harimau"
(dai/dai)