Bersepeda di pagi hari adalah hal yang biasa bagi sebagian orang. Namun pemandangan berbeda terlihat saat seorang pekerja perempuan bernama Yasmin Alyazahra mengayuh sepedanya di area kilang.
Saat itu, perempuan yang mengenakan coverall Pertamina lengkap dengan helm serta sepatu safety mengayuh sepeda berwarna biru menuju ke area parkir khusus sepeda di gedung kendali Polypropylene Kilang Plaju.
"Setiap hari bersepeda. Jadi memang di sini (PT Kilang Internasional Pertamina RU III Plaju) ada bus dan sepeda untuk karyawan, namun biasanya memang lebih sering bersepeda, agar lebih enerjik sembari olahraga pagi," kata Yasmin.
Yasmin merupakan salah satu Perwira di Kilang Plaju. Dia baru masuk ke Pertamina pada 1 Desember 2023 dan langsung ditugaskan untuk Polypropylene, lebih tepatnya di bagian produksi. Dia selalu memonitor jalannya produksi Polytam, termasuk mengecek kesiapan produksi, hingga pengemasan, serta memantau jalannya mesin-mesin produksi di area tersebut.
"Saya ditempatkan di Kilang Polypropylene sejak awal menjadi Perwira Pertamina," kata dia, Jumat (24/10/2025).
Wanita asal Sekayu, Musi Banyuasin itu mengatakan, dirinya sudah terlibat dalam kegiatan operasional dan diperkenalkan dengan sistem kerja serta budaya di kilang. Pengalaman ini sangat berharga baginya karena bisa belajar langsung di lapangan dan beradaptasi dengan lingkungan kerja industri energi.
Alasannya memilih bekerja di Pertamina, karena perusahaan ini merupakan BUMN strategis yang memiliki peran penting dalam menjaga ketahanan energi nasional. Pertamina tidak hanya berfokus pada produksi dan distribusi energi, tetapi juga aktif dalam transisi energi bersih, seperti pengembangan biofuel, green refinery, dan energi terbarukan.
Dia memilih Kilang Plaju, karena secara historis, kilang ini merupakan kilang tertua di Indonesia yang berdiri sejak tahun 1904. Kilang Plaju juga menjadi pionir dalam proyek green refinery, yaitu pengolahan minyak sawit menjadi bahan bakar ramah lingkungan (green diesel), yang mendukung target net zero emission 2060.
"Dengan bergabung di Kilang Plaju, saya ingin berkontribusi langsung dalam inovasi tersebut, sekaligus belajar dari operasional kilang yang memadukan teknologi konvensional dan energi hijau," kata alumni Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang itu.
Dalam tugasnya, Yasmin bekerja dengan shift. Ada 3 shift yang dijalaninya, yakni shift pagi sejak pukul 08.00-16.00 WIB, shift sore dari pukul 16.00 -24.00 WIB dan shift malam dari 00.00-08.00 WIB. Menurutnya, bekerja pada shift malam memiliki tantangan tersendiri, khususnya dalam mempertahankan konsentrasi.
"Untuk mengatasinya, saya selalu berupaya menjaga pola istirahat yang teratur, memperhatikan asupan nutrisi, serta mematuhi standar keselamatan kerja. Walau pada awalnya terasa menegangkan karena suasana lebih tenang dan kondisi operasional berbeda dari shift lain, pengalaman tersebut justru membantu saya mengasah ketahanan mental, fokus kerja, serta kemampuan beradaptasi di lingkungan yang dinamis dan menuntut kesiapan tinggi," tambahnya.
Sebelum bertugas, Yasmin mempersiapkan fisiknya terlebih dulu. Baginya, fisik adalah hal yang utama mengingat pekerjaan yang dilakukan itu outdoor di lapangan dan berhubungan langsung dengan fisik.
"Hal yang saya lakukan untuk menjaga kondisi fisik tetap maksimal dengan berolahraga secara rutin dan teratur kak. Saya sering ke fasilitas fitness center di RU III Plaju 3-4 kali seminggu, Menjaga pola makan dan pola tidur serta selalu mengikuti MCU secara rutin sesuai jadwal untuk mendeteksi sejak dini jikalau ada beberapa kelainan dan sebagai mitigasi awal," kata dia.
"Sebelum masuk kilang juga kita rutin daily check up untuk memastikan agar fit to work," tegasnya.
Menurut dia, perempuan yang bekerja di Kilang Plaju adalah upaya membuktikan kesetaraan gender karena menjadi perempuan di dunia industri bukan penghalang, tapi kesempatan untuk membuktikan bahwa perempuan juga mampu berkontribusi nyata dalam bidang energi.
"Saya memahami bahwa bekerja di lingkungan kilang merupakan tantangan yang cukup kompleks, khususnya bagi perempuan. Namun, hal tersebut justru menjadi motivasi bagi saya untuk membuktikan bahwa kompetensi dan ketangguhan tidak ditentukan oleh gender, melainkan oleh etika kerja, komitmen, serta kemampuan beradaptasi terhadap situasi yang menuntut profesionalisme tinggi," kata dia.
Yasmin selalu berupaya menjaga keseimbangan antara ketelitian dan ketegasan, karena kedua aspek tersebut krusial dalam memastikan keselamatan kerja dan ketepatan operasional di kilang. Selain itu, dia meyakini bahwa kolaborasi tim yang inklusif dan saling mendukung merupakan faktor penting dalam menciptakan lingkungan kerja yang produktif, aman, dan berkelanjutan.
"Dan alhamdulillah, selama bekerja, saya tidak pernah mengalami diskriminasi, justru merasakan lingkungan kerja yang inklusif dan kolaboratif. Setiap individu dihargai berdasarkan kompetensinya, bukan gender atau latar belakang. Hal yang paling menyenangkan bagi saya adalah kesempatan untuk belajar langsung dari profesional berpengalaman, sekaligus merasakan kebersamaan dan dukungan tim dalam mencapai tujuan kerja secara aman, handal dan efisien," jelasnya.
Tinggalkan Momen Lebaran demi Tugas
Keyakinannya bekerja di Kilang Plaju juga mendapat dukungan besar dari keluarga besarnya. Keluarganya selalu memberikan semangat dan senantiasa mendoakan agar tetap bekerja dengan aman dan handal.
"Keluarga saya menyadari bahwa bekerja di kilang membutuhkan tanggung jawab besar dan kesiapan menghadapi situasi yang tidak mudah, namun mereka menaruh kepercayaan penuh terhadap kemampuan saya dalam menjalani peran tersebut," kata Yasmin.
Semangat dan keyakinan itulah yang menjadi dorongan utama bagi Yasmin untuk terus berkomitmen, bekerja dengan disiplin, serta mengutamakan keselamatan di setiap aktivitas kerja.
Bahkan keluarganya pun sangat menerima dengan jam kerja yang diterima Yasmin. Dia bercerita sudah beberapa kali mendapatkan shift pagi pada saat Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha. Momen berkumpulnya keluarga harus rela dan ikhlas dilewatkannya untuk menjalankan tugasnya di Kilang Plaju.
"Saya pernah dapet shift pagi saat Hari Raya Idul Fitri maupun Idul Adha. Bekerja di kilang memang menuntut kesiapan penuh karena operasionalnya berjalan 24 jam tanpa henti. Meski ada rasa rindu dengan keluarga, saya tetap menjalankannya dengan tanggung jawab," kata Yasmin.
"Saya meyakini bahwa menjaga kontinuitas operasional kilang adalah bentuk kontribusi penting bagi kebutuhan energi nasional. Bagi saya, menjaga kelancaran operasional merupakan bentuk pengabdian, dan suasana kekeluargaan di antara rekan kerja membuat momen tersebut tetap hangat dan bermakna," kata dia.
Perempuan kelahiran 9 November itu menuturkan bahwa dirinya menyakini setiap lingkungan kerja memiliki potensi risiko. Termasuk di area kilang yang menuntut tingkat kewaspadaan tinggi dan high risk. Namun, Yasmin tidak memandangnya sebagai ketakutan semata, melainkan sebagai tantangan profesional yang memerlukan kedisiplinan dan kepatuhan terhadap standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
Dengan menerapkan prosedur secara konsisten dan menjaga koordinasi efektif antaranggota tim, risiko dapat diminimalkan. "Pengalaman ini justru membentuk saya menjadi pribadi yang lebih tangguh, cermat, dan adaptif dalam menghadapi dinamika operasional di lapangan," kata dia.
Seperti Yasmin, Nadia Sapta Rini, yang juga merupakan Perwira di Kilang Plaju juga mengungkapkan hal serupa. Nadia yang mulai bertugas di Polypropylene pada 1 Desember 2023 ini mengaku bahwa sejak kuliah di D3 Politeknik Negeri Sriwijaya sudah bercita-cita bekerja di dunia energi.
"Saya tertarik banget sama bagaimana energi itu jadi bagian penting dari kehidupan kita sehari-hari. Nah, Pertamina buat saya bukan cuma perusahaan besar, tapi juga simbol tanggung jawab dan kebanggaan bangsa," kata dia.
Dia ingin berperan di dalamnya, agar ilmu yang dipelajari di bangku kuliah bisa bermanfaat untuk masyarakat luas, bukan hanya untuk diri sendiri.
"Saya tahu di Pertamina tantangannya besar, tapi justru itu yang bikin saya semangat. Karena saya percaya, dari tantangan itulah saya bisa tumbuh, belajar, dan berkontribusi lebih baik," kata dia.
"Saya memilih Kilang Plaju karena punya nilai historis dan emosional tersendiri. Kilang ini adalah salah satu yang tertua dan paling bersejarah di Indonesia, bahkan menjadi saksi perkembangan industri migas di tanah air. Saya bangga bisa ditempatkan di Kilang Plaju karena setiap kegiatan yang saya lakukan di sini, sekecil apa pun, punya kontribusi nyata bagi operasional kilang dan penyediaan energi nasional," lanjutnya.
Menurutnya, bekerja di kilang tidaklah mudah karena banyak tantangan besar di dalamnya. Namun dia percaya bahwa kekuatan bukan soal gender, tapi tentang mindset dan komitmen.
Sebagai perempuan, kata Nadia, tentu ada tantangan tersendiri di lingkungan kerja yang didominasi laki-laki, seperti adaptasi dengan ritme kerja di lapangan, shift malam, atau situasi yang menuntut ketahanan fisik.
"Sebagai perempuan, saya justru termotivasi untuk menunjukkan bahwa kita juga bisa. Saya berusaha selalu disiplin, mau belajar, dan gak ragu bertanya kalau ada hal yang belum paham. Dan yang bikin saya bertahan adalah dukungan dari teman-teman di tim. Kami saling bantu, saling ingatkan, dan gak pernah ngerasa sendiri. Jadi, saya bisa bilang saya 'strong' bukan karena saya sendiri hebat, tapi karena saya punya tim yang hebat juga," jelasnya.
(csb/csb)