Massa mengatasnamakan Suara Informasi Rakyat Sriwijaya (SIRA) mendatangi kantor Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas I Palembang. Mereka meminta petugas untuk memperketat pengawasan Sungai Musi terkait sering terjadinya insiden kapal batu bara yang menabrak struktur Jembatan Ampera.
Direktur SIRA Rahmat Effendi mengatakan aksi yang mereka lakukan bertujuan mengingatkan KSOP agar memperketat pengawasan lalu lintas kapal, terutama kapal batu bara, di Sungai Musi. Dia menilai perairan Palembang memiliki peran penting sebagai jalur ekonomi sekaligus kawasan ikon bersejarah.
"Banyak yang harus kita bedah dari KSOP. Sungai Musi ini bukan hanya jalur air biasa, tapi urat nadi ekonomi masyarakat. Tanpa Jembatan Ampera, kita kehilangan simbol kebanggaan kota. Karena itu, pengawasan KSOP harus lebih tegas," tegasnya, Selasa (14/10/2025).
Ia juga menambahkan, informasi tentang insiden tersebut diterima sejak pekan lalu dan ditindaklanjuti Badan Usaha Pelabuhan (BUP). Namun, bekas benturan di jembatan sudah tidak terlihat, diduga langsung dibersihkan oleh petugas.
Rahmat berharap ke depan KSOP dapat meningkatkan kontrol dan pengawasan, bukan hanya untuk melindungi Jembatan Ampera, tapi juga untuk memastikan manfaat ekonomi negara dari lalu lintas batu bara tetap terjaga.
Sementara itu, Kepala Bidang Keselamatan Berlayar KSOP Kelas I Palembang Zainudin mengatakan pihaknya telah melakukan pengecekan di lapangan dan tidak menemukan bekas benturan pada struktur jembatan. Namun, masukan dari masyarakat akan menjadi bahan evaluasi penting bagi pihaknya.
"Tadi saya dengar aksi yang dilakukan SIRA ini bukan karena benci atau tidak suka, tapi karena cinta pada ikon Kota Palembang, yaitu Jembatan Ampera. Mereka khawatir karena bagian tulang jembatan disenggol kapal bermuatan batu bara. Kami sangat mendukung aksi ini dan menjadikannya bahan evaluasi untuk memperbaiki kinerja kami," ujar ya.
Menurut Zainudin, KSOP telah melakukan sejumlah langkah antisipasi, seperti berkoordinasi dengan Polairud dan BUP, serta melakukan pengecekan volume pasang-surut air sungai untuk memastikan keamanan pelayaran. Ia juga menegaskan tidak ada Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) liar yang dilayani.
"Kami tidak bisa langsung mengklaim bahwa kejadian seperti ini sering terjadi. Namun kami terbuka terhadap kritik dan akan memperkuat pengawasan bersama pihak terkait," jelasnya.
Artikel ini dibuat oleh Fatih Rajih, mahasiswa magang Prima PTKI Kementerian Agama
Simak Video "Video Mahasiswa Curi Rp 80 Juta Milik Ibu Kos, Kabur-Nyebur ke Sungai"
(csb/csb)