Matahari belum terlalu tinggi pagi itu, beberapa warga binaan Lapas Kelas IIB Muara Bulian, Batang Hari, Jambi, bergegas menuju ke lahan pertanian yang berada di halaman samping gedung lapas.
Di sana mereka menanam dan merawat masa depan melalui kegiatan bertani yang menjadi bagian program pembinaan kemandirian. Setiap pagi, blok tahanan yang sempit dan padat ditinggalkan sejenak.
Beberapa warga binaan berpindah ke dunia berbeda, dunia yang penuh tanah, air, dan tanaman. Di sana, mereka merawat benih-benih tanaman yang tumbuh di balik pagar kawat berduri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan lahan seluas 2.811 meter persegi yang disulap menjadi area pertanian dan peternakan, para warga binaan menanam berbagai jenis sayuran seperti cabai, kangkung, tomat, dan padi. Di sudut lain, terdapat kandang ayam kampung yang dikelola secara terintegrasi dengan lahan pertanian.
Program pembinaan kemandirian warga binaan ini dihimpun dalam program sentral ketahanan pangan lapas. Tak hanya mengelola lahan terbuka, warga binaan juga mengelola tanaman hidroponik yang dimanfaatkan untuk menanam sayuran seperti selada dan pakcoy.
![]() |
Adit, salah satunya warga binaan yang dipercaya mengelola hidroponik. Dengan mengenakan baju berlabel 'warga binaan', dia dengan telaten menjaga kestabilan air pada tanaman selada dan pakcoy yang disusun secara bertingkat dalam media tanam hidroponik.
Air berisi nutrisi mengaliri akar sayuran hijau tersebut. Tenaga listrik menggerakkan air dari ujung kanan hingga kiri. Sawi terlihat segar, sehat, dan membuat siapa saja yang memandang ingin memanennya.
"Kalau masa tanamnya ini 30 hari atau 3 minggu sudah bisa dipanen," kata Adit di sela memanen selada dan pakcoi saat ditemui.
Hidroponik ini memanfaatkan lahan 24 mΒ² di samping gedung Lapas Muara Bulian dengan media 600 lobang tanam. Setiap kali panen bisa menghasilkan 100 kg.
"Kalau hasilnya ada yang dibawa ke dapur untuk dikonsumsi di dalam, dan ada yang dijual," ujarnya.
Selain mengasah keterampilan, program ini juga memberi rasa percaya diri dan tanggung jawab bagi warga binaan. Mereka telah dibagi-bagi tanggung jawab dalam mengelola tanaman pertanian.
Program pertanian ini digagas untuk memberi bekal keterampilan bagi warga binaan agar mampu mandiri setelah bebas nanti. Banyak mantan narapidana yang setelah bebas justru kembali terjebak di lingkaran lama karena sulit diterima di masyarakat. Di sinilah program seperti pertanian di Lapas menjadi sangat penting.
Mereka diajarkan cara menanam, merawat, hingga memanen sayuran. Tidak sedikit yang sebelumnya sama sekali tak pernah bersentuhan dengan dunia pertanian.
"Sekarang saya malah suka. Kalau pagi nggak ke kebun, rasanya ada yang kurang," kata Adit.
![]() |
Dodi, juga salah satu warga binaan yang diberi tanggung jawab mengelola ayam kampung unggulan. Ada 700 ekor ayam kampung yang dikelolanya mulai dari usia 1 bulan hingga 12 bulan. Tentunya Dodi tak sendiri, dia juga dibantu 6-8 warga binaan lainnya untuk memproduksi pakan dan memberi pakan ke masing-masing kandang.
"Kami mendapat pendampingan untuk perawatan ayam ini. Misalnya di kandang ini menggunakan sekam padi sebagai alasnya, tujuannya biar tidak bau," ujarnya.
Yang menarik, pakan ayam kampung ini diproduksi sendiri oleh warga binaan. Sisa sayuran seperti sawi, kol, dan nasi dikumpulkan, kemudian dicacah dan direbus selama lima menit sebelum diberikan sebagai pakan ayam.
Program kemandirian ini memang tengah digagas oleh Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Permasyarakatan Jambi, yang diberi nama Kerabat Pangan Lapas. Program ini mendorong adanya ketahanan pangan lapas. Lapas Muara Bulian ditunjuk sebagai pilot project program ketahanan pangan.
"Hari ini di Jambi jumlah narapidana dan warga binaan mencapai 5.900, ini sudah overpopulasi mencapai 101 persen. Sehingga kami mencari cara program pembinaan kemandirian yang cocok ya salah satunya ini dengan Kerabat Pangan Lapas," kata Kakanwil Ditjen Permasyarakatan Jambi, Hidayat, Sabtu (27/9/2025).
Kata Hidayat, program ini sejalan dengan misi Asta Cita Presiden Prabowo dan program akselerasi Kementerian Imigrasi dan Permasyarakatan (Imipas). Di mana dalam amanat tersebut menumbuhkan semangat kewirausahaan dan ketahanan pangan.
"Kami ingin program ini dapat meningkatkan kompetemsi warga binaan agar lebih memahami dan mempunyai keterampilan setelah keluar Lapas. Warga binaan bisa kembali ke masyarakat dengan modal keterampilan ini salah satunya di bidang pertanian, sehingga kita tak ingin warga binaan ini kembali lagi setelah keluar," ungkapnya.
![]() |
Dalam program ini, warga binaan dibimbing agar mampu menguasai keterampilan baru mulai pertanian modern berbasis smart farming, hingga peternakan ayam kampung dan ayam petelur. Konsep smart farming dijalankan dengan mengintegrasikan mode kontrol penyiraman tanaman melalui aplikasi smartphone.
Pelatihan juga diberikan kepada petugas lapas, bekerja sama dengan Kementerian Pertanian. Hingga kini, sudah 60 warga binaan di Jambi yang mendapat pendampingan intensif. Meski lahan terbatas, namun semangat untuk memaksimalkannya tetap menyala.
"Dengan lahan terbatas ini, kita akan maksimalkan," ujarnya.
Keterampilan yang warga binaan peroleh bukan hanya mengisi waktu selama masa hukuman, tetapi juga menjadi bekal hidup setelah bebas. Selain pertanian, warga binaan juga diberikan pelatihan manajemen usaha kecil dan dasar-dasar kewirausahaan.
Ini ditandai dengan adanya kios pangan tempat mendistribusikan hasil pertanian warga binaan. Hasil usaha ini akan memberi kontribusi nyata terhadap Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
"Kita ingin dari apa yang mereka perbuat, dan nantinya hasilnya akan kembali lagi ke mereka," ujarnya.
Proyek ketahanan pangan ini, kata Hidayat, akan diikuti 11 lapas dan rutan lain di Jambi. Setiap lapas akan menyesuaikan dengan kondisi dan potensi wilayahnya masing-masing. "Dalam waktu dekat akan diikuti 5-6 UPT. Semua UPT diharapkan bisa menyesuaikan nantinya," pungkasnya.
Simak Video "Video: Ketua DPD Luncurkan Program Ketahanan Pangan, Bantu Target Prabowo"
[Gambas:Video 20detik]
(dai/dai)